Reportase
Webinar PERSI
“Refleksi Akhir Tahun Kesiapan RS untuk Antisipasi Varian Omicron Menghadapi Libur Natal & Tahun Baru”
Minggu, 19 Desember 2021
Webinar ini dilaksanakan oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang membahas topik Refleksi Akhir Tahun Virtual: Kesiapan Rumah Sakit untuk Antisipasi Varian Omicron Menghadapi Libur Natal & Tahun Baru. Webinar dibuka oleh dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K)., MARS., FISQua selaku Ketua Umum PERSI. Menghadirkan narasumber Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K)., DTMH., MARS. (Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Mantan Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI), Dr Yulianto, M.Kes. (Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah), Prof. Dr. Abdul Kadir, Ph.D., Sp.THT-KL(K)., MARS. (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI), Prof drh. Wiku Bawono Adisasmito, M.Sc., Ph.D. (Ketua Tim Pakar dan Jubir Komite Pencegahan Penanganan COVID19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional), Dr. dr. Joni Wahyudi, SpBS (K). (Direktur Utama RSUD Dr Soetomo), dan Mayjen TNI dr. Budiman, Sp.BP-RE(K), MARS serta moderator Dr. Mulyadi Muchtar, MARS.
Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K)., DTMH., MARS.
Tjandra menyampaikan bahwa varian Omicron terkonfirmasi pada awal november, namun sebenarnya bisa jadi varian ini sudah ada sebelumnya. Saat ini, beberapa hal yang perlu dikaji adalah efektivitas dari vaksinasi, efektivitas screening test dan efektivitas pengobatan. Per 16 Desember 2021, sudah ada 15.778 kasus Omicron di 85 negara, terbanyak ada di Afrika Selatan. Saat ini belum dapat disimpulkan bahwa varian ini termasuk ke dalam kategori ringan atau berat karena dalam perjalanan kasusnya masih perlu ditinjau lebih jauh, misalnya saat ini yang lebih banyak terinfeksi adalah usia muda dan kasus kematian masih belum banyak. Namun kita tetap perlu waspada akan varian ini karena dalam beberapa penelitian (yang saat ini masih akan di review) varian ini diduga dapat menurunkan efikasi vaksin.
Hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah varian ini masuk dan menyebar di Indonesia adalah melakukan multi-layered risk mitigation approach, meningkatkan angka surveilans dan sekuensing, bukan hanya pada tenaga kesehatan melainkan juga pada masyarakat luas, identifikasi klaster dengan lab based-surveilance, penyelidikan lapangan dan penilian laboratorium untuk lebih memahami kemungkinan dampak dari varian baru ini, dan terus melakukan pembatasan social dengan PPKM level, giat 5M dan upaya vaksinasi secara menyeluruh.
Dr. dr. Joni Wahyudi, SpBS (K).
Joni menyampaikan tentang tindakan prioritas yang perlu diambil dari rekomendasi WHO antara lain mempersiapkan hospital disaster plan dimana salah satunya RSUD Dr Soetomo sendiri saat ini sudah menyiapkan 745 TT untuk pasien dengan penyakit menular. Selain itu peningkatan standar pelayanan, jumlah SDM, dan memasikan supply chain APD dan logistik dapat tercukupi dengan baik.
Pemanfaatan teknologi informasi untuk inovasi layanan kesehatan seperti sistem pendaftaran melalui telepon atau online untuk membatasi jumlah orang yang berada di rumah sakit dalam waktu yang bersamaan, layanan telemedicine untuk mengurangi jumlah orang yang berada di RS, rekam medik elektronik dan sistem pembayaran secara online atau melalui uang elektronik.
Prof. Dr. Abdul Kadir, Ph.D., Sp.THT-KL(K)., MARS.
Abdul Kadir menyampaikan bahwa Indonesia rentan terhadap berbagai ancaman ketahanan kesehatan salah satunya penyakit menular dikarenakan jumlah populasi yang besar. Saat ini varian Omicron terkonfirmasi sudah terdeteksi di 89 negara dimana di Indonesia sendiri per 16 Desember 2021 kasus pertama varian omicron terkonfirmasi. Indonesia memiliki 1.011 Rumah Sakit Rujukan COVID-19 dengan 83.609 TT COVID-19 dan BOR – nya sekitar 2,69%, hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah dan manajemen rumah sakit.
Pemerintah sudah melakukan beberapa upaya penanggulangan COVID-19 yaitu dengan melakukan testing, tracing, vaksinasi, isolasi dan menerbitkan peraturan pemerintah maupun peraturan menteri terkait. Namun, pemerintah tidak bisa sendiri, diperlukan peran aktif masyarakat dengan senantiasa melakukan upaya 5M. Sementara itu, rumah sakit memiliki tanggung jawab dalam menciptakan keamanan bagi pasien dan petugas serta lingkungan masyarakat untuk mengantisipasi penularan COVID-19 dengan beberapa hal, yang pertama, memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan menerapkan prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus, yang kedua, melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna layanna, yang ketiga, menerapkan protokol pencegahan COVID-19, yang keempat, menyediakan fasilitas perawatan terutama ruang isolasi untuk pasien kasus COVID-19, yang kelima, terintegrasi dalam sistem penangnan COVID-19 dan yang terakhir, melaksanakan Kembali pelayanan yang tertunda selama masa pandemi COVID-19.
Prof drh. Wiku Bawono Adisasmito, M.Sc., Ph.D.
Wiku menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kunci sukses dalam penanganan COVID-19 menurut WHO melalui penilaian COVID-19 Risk Assessment Level, antara lain Peningkatan Imunitas secara alami di populasi karena merebaknya penularan COVID-19 pada gelombang kedua, meningkatnya cakupan vaksinasi COVID-19, pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat secara proporsional di tiap Kabupaten/Kota (berdasarkan level asesmen), dan Pengaturan prokes bagi pelaku perjalanan dalam negeri dan internasional serta disiplin protokol kesehatan.
Penanganan COVID-19 di Indonesia dengan Pendekatan S51T yaitu strategi, struktur, sistem, skill, speed dan target. Namun, saat ini kita semua sedang menghadapi tantangan dimana pada libur nataru ini banyak masyarakat yang pergi ke luar kota maupun ke luar negeri untuk berlibur.
Dr Yulianto, M.Kes.
Yulianto menyampaikan tentang strategi pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Jawa Tengah dengan pemerintah wajib melaksanakan test, trace, treat (3T) sementara masyarakat melaksanakan Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Memakai Masker (3M). Salah satu program pemerintah yang cukup terkenal dan efektif di masyarakat bernama Jogo Tonggo dimana program ini bertujuan untuk saling menjaga antara satu masyarakat lain untuk saling peduli terhadap kesehatan maupun kebutuhan ekonomi. Selain hal tersebut, capaian vaksinasi di Jawa Tengah salah satu yang tertinggi di Indonesia yang diharapkan segera tercapainya herd immunity di daerah tersebut. Salah satu kunci dari tingginya angka vaksinasi adalah vaksinasi secara door to door untuk penjangkauan sasaran di desa, membuka pelayanan vaksinasi di tempat – tempat wisata dan pelibatan kerjasama dengan semua elemen baik pemerintah maupun swasta.
Mayjen TNI dr. Budiman, Sp.BP-RE(K), MARS
Budiman menyampaikan tentang laporan dan kondisi terkini di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Jakarta. Salah satunya kemungkinan perjalanan kasus Omicron yang terkonfirmasi pertama pada 16 Desember 2021 dan 2 pasien lain yang terkonfirmasi pada tanggl 17 Desember 2021, yang artinya saat ini ada 3 orang pasien yang ada di RSDC Wisma Atlet. Selain itu, Budiman juga menyampaikan analisa perkiraan adanya peningkatan kasus varian Omicron saat libur Nataru. Saat ini RSD Wisma Atlet Kemayoran yang saat ini memiliki kapasitas 7.894 bed sudah ditingkatkan kapasitasnya dengan penambahan 800 TT IMCU, ventilator, oksigen generator dan menyiagakan 1.200 relawan.
Untuk mengakses webinar tersebut dapat diakses pada link berikut Refleksi Akhir Tahun Kesiapan RS untuk Antisipasi Varian Omicron Menghadapi Libur Natal & Tahun Baru – YouTube
Reporter: Fajrul FF (PKMK UGM)