Atambua – Progress rehap ruang untuk dijadikan laboratorium/Lab untuk tes (Polymerase Chain Reaction)/PCR di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua berjalan tersendat lantaran keterlambatan material.
Akibatnya penyeleseaian pekerjaan di bagian dalam Lab sudah mandeg satu bulan. Pekerjaan penyelesaian yang terhambat adalah lantai dimana hingga Rabu (03/11/2021) lantai yang sudah harus dilapisi dengan finil lantai belum dikerjakan. Pasalnya bahan finil lantai belum disediakan kontraktor pelaksana.
Diketahui, renovasi ruang untuk dijadikan Lab PCR ini menelan anggaran sebesar Rp.951.937.611. yang bersumber dari Dana Alokasi Umum Kabupaten Belu (DAU) tahun 2021.
Komponen yang direhap dari ruangan itu tidak signifikan sesuai total anggaran proyek. Sebab komponen utama bangunan seperti lantai, tembok, dan plafon serta atap tidak direnovasi karena masih baik dan layak untuk dipakai.
Kegitan renovasi hanya berupa perombakan ruang dengan memasang partisi baru menggunakan kaca. Padahal sebelumnya pada ruangan itu terdapat dua kamar dan dipasang partisi kaca menjadi tiga kamar.Pekerjaan kaca partisi ini menelan anggaran sebesar Rp.141.000.000.
Hal itu diungkapkan Ketua Tim Pelaksana Teknis(TPK), Wilibrodus Ukat kepada awak media saat ditemui di lokasi proyek, Rabu petang(3/11/2021).
Selain itu menurut dia, komponen yang ikut dikerjakan adalah penambahan finil lantai anti bakteri yang hingga kini belum dipasang. Untuk kerjaan ini dibutuhkan anggaran sebesar Rp. 42.138.000 dengan diamenter 111.7 meter persegi karena volume ruang yang direnovasi adalah 14 x 11.3 meter.
Lanjut Wili, selain kedua pekerjaan di atas, pihak kontraktor juga diminta untuk menyiapkan pass box yang menurut kontraktor kedua pass box tersebut baru dipasang pada Selasa (2/11/2021) kemarin.
Sebagai penanggungjawab teknis, dirinya telah mewanti-wanti kontraktor sejak awal agar memesan lantai finil sejak dini guna menghindari keterlambatan. Namun himbauannya diabaikan kontraktor pelaksana hingga berdampak pada terlambatnya progress penyelesaian pekerjaan bagian dalam Lab yang sementara direhap.
“Sejak awal saya sudah ingatkan untuk memesan finil lantai anti bakteri karena kalau harus pesan di luar negeri. Tentu butuh waktu sehingga saya minta mereka (kontraktor) untuk pesan sejak awal tapi mereka tidak hiraukan. Ini sudah terlambat 1 bulan dan Pak Bupati perintah saya untuk buat surat teguran ke kontraktor,” sebut Wili.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa, sejauh ini sudah terjadi keterlambatan pekerjaan dimana presentasi pencapaian tidak sesuai dengan target.
Terpisah kontraktor pelaksana CV. Senjaya yang dikonfirmasi melalui direkturnya Benyamin Lasakar, mengakui bahwa pihaknya mengalami keterlambatan akibat bahan lantai finil anti bakteri yang belum didatangkan.
Dikatakan, meski sudah memasuki minggu ke 9 dan tersisa 3 minggu lagi, namun proyek tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Sejauh ini lantai finil anti bakteri sementara dalam pengiriman dan dalam waktu dekat sudah tiba di lokasi proyek.
Benyamin mengakui, mengenai keterlambatan progress pekerjaan tersebut mengalami keterlambatan sebanyak 5% dari target.
“Terus terang, kami sedikit mengalami keterlambatan pengiriman barang karena kapal barang sangat dibatasi untuk kirim barang. Tapi posisi barang sudah di pelabuhan dan akan tiba di Atambua besok,” sebut dia.
Sementara itu sesuai dengan pantuan awak media di lokasi proyek, nampak para pekerja tengah memasang batu puffing di bagian depan depan Lab yang direhap. Sesuai papan informasi proyek, kontraknya akan selesai pada 20 November 2021 mendatang.
Sumber: nttonlinenow.com