foto : https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/telemedicine-system
Dulu rumah sakit didirikan untuk tujuan sosial dan keagamaan, kini dalam rangka mengikuti perkembangan zaman dan persaingan global (globalisasi), banyak langkah dan kebijakan rumah sakit sudah bergeser ke arah profit oriented atau berorientasi ekonomi bahkan komersial. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai kisaran 260 jutaan jiwa, yang jika dilihat dari kacamata bisnis hal tersebut merupakan pasar potensial yang menarik untuk dikelola secara bisnis, sehingga membuat para pelaku bisnis mencoba menggeser paradigma rumah sakit yang dulunya berorientasi sosial keagamaan menjadi institusi yang dikelola secara profesional bisnis tanpa harus meninggalkan fungsinya salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit.
Menurut Kotler (1996), pemasaran merupakan kunci untuk meraih tujuan organisasi yang lebih efektif dari pada pesaing karena memadukan kegiatan pemasaran untuk menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan sasaran pasar. Oleh karena itu, rumah sakit mulai menempatkan kebutuhan, keinginan dan harapan pasien terhadap produk dan jasa sebagai nilai pelayanan yang harus dipenuhi agar mereka mau membelanjakan/ mengiventasikan uangnya untuk urusan kesehatannya pada rumahsakit guna dapat memenuhi harapannya.
Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan baik lingkungan eksternal maupun internal. Tuntutan eksternal antara lain adalah rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan biaya pelayanan yang terkendali yang berujung pada kepuasan pasien. Sedangkan tuntutan dari pihak internal antara lain adalah memberikan kesejahteraan untuk staf dan perkembangan teknologi untuk menunjang pelayanan rumah sakit itu sendiri.
Di era pandemi COVID-19 ini, rumah sakit tetap dituntut untuk memberikan pelayanan seperti biasa sebelum ada pandemi. Faktanya masyarakat takut mendatangi rumah sakit untuk berobat dengan alasan khawatir terpapar dan menjadi korban, sehingga akan menambah banyak korban yang berjatuhan karena COVID-19.
Akhirnya pendapatan rumah sakit menjadi seperti terjun bebas atau anjlok hingga mencapai 30% – an dari pendapatan normal, yang tentunya akan mempengaruhi cash flow rumah sakit itu sendiri. Di satu sisi rumah sakit tetap harus mengeluarkan biaya rutin berupa biaya operasional rumah sakit seperti biaya SDM atau biaya rutin lainnya. Sehingga rumah sakit menjadi terengah – engah dalam menghidupi dirinya sendiri berakibat rumah sakit membuat keputusan yang menyesakkan hati seperti melakukan pengurangan pegawai atau penundaan gaji karyawan bahkan ada yang melakukan pengurangan belanja obat hanya demi bisa survive di tengah pandemi ini.
Mengutip pakar pemasaran sekaligus Founder Mark Plus Inc, Hermawan Kartajaya bahwa untuk menghadapi hal tersebut maka diperlukan strategi yang tepat sehingga penting untuk menerapkan konsep surviving atau bertahan, preparing atau bersiap, dan actualizing atau aktualisasi dari yang telah direncanakan ditengah pandemi ini.
Salah satu strategi pemasaran yang dapat dimanfaatkan adalah menggunakan tehnologi digital dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti virtual health atau telemedicine, seperti Halodoc dan Teknologi telemedis terintegrasi (TEMENIN) yang dikembangkan oleh Kemenkes RI untuk membantu stabilitas dan meningkatkan layanan kesehatan dengan menggunakan kemajuan tehnologi digital di masyarakat yang sudah familiar digunakan untuk memudahkan dalam komunikasi secara interaktif dan berkelanjutan seputar dunia kesehatan.
Masyarakat sudah sadar betul akan peran teknologi ini yang membuat adanya keterbukaan informasi dan perubahan perilaku masyarakat itu sendiri yang saling bertautan. Perubahan perilaku masyarakat ini telah mempengaruhi sikap masyarakat yang dulunya pasif ketika menggunakan jasa dokter menjadi sikap perilaku yang aktif dalam menentukan keputusan medis yang diambil. Perlu diingat jika promosi rumah sakit adalah satu bentuk dari pemasaran rumah sakit (Hospital Marketing), dengan tujuan memberikan informasi tentang jasa pelayanan dan kondisi rumah sakit secara jujur dan informatif untuk dapat membuat seseorang memahami tentang pelayanan kesehatan yang akan didapatkan dengan memperhatikan prinsip kehati – hatian dalam menyampaikan pesan.