Reportase Webinar
“Efisiensi Pemakaian Oksigen Pada Pasien COVID-19 di Tengah Keterbatasan Suplai Oksigen dan Eskalasi Pasien COVID-19”
Kamis, 8 Juli 2021
Webinar ini diselenggarakan oleh Departemen Anestesi FK-KMK UGM/RSUP dr. Sardjito bekerja sama dengan Program Studi KMK Minat Utama Manajemen Rumah Sakit FK KMK UGM dan PKMK FK-KMK UGM. Dibuka oleh Prof. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D dan narasumber yang hadir adalah dr. Bhirowo Yudo Pratomo, Sp.An., KAKV (Konsultan Anestesi Kardiovaskular RSUP dr. Sardjito). Pembahas webinar ini adalah dr. Navy G.H Lolong Wulung, Sp.An., KIC (Ketua I Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia/Perdatin), Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M.Kes., MAS (Ketua Minat Utama Manajemen Rumah Sakit Prodi KMK FK KMK UGM), dan drg. Farichah Hanum, M.Kes (Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kementerian Kesehatan RI). Bertindak sebagai moderator adalah dr. M. Hardhantyo Puspowardoyo, MPH, Ph.D (PKMK FK-KMK UGM). Webinar ini diikuti oleh 555 peserta di Zoom dan 146 peserta melalui live streaming Youtube.
Prof. Laksono membuka dengan menyampaikan bahwa dalam webinar ini akan membahas pemasalahan terapi oksigen ini secara komprehensif, yaitu segi klinis, aspek mikro pelayanan klinis/manajemen rumah sakit, dan dari Kementerian Kesehatan. Tujuan webinar ini adalah mencari opsi selain high flow nasal canule (HFNC) sebagai terapi COVID-19, mengurangi kemungkinan terjadinya krisis oksigen, dan membahas aspek terkait keselamatan pasien.
Dr. Bhirowo memaparkan tentang penyebab krisis oksigen, yaitu industri (suplai), pelayanan, dan manajemen perencanaan. Kondisi terkini COVID-19 sedang mengalami eskalasi, bahkan hingga 10x lipat di akhir bulan Juni. Terapi oksigen yang disarankan menggunakan HFNC membutuhkan aliran oksigen tinggi, sedangkan kapasitas produksi belum tentu bisa diakselerasi mengikuti peningkatan kasus. Rumah sakit memiliki cadangan oksigen cair yang cukup besar, yang biasanya bisa bertahan untuk 10 hari. Namun, dengan jumlah pasien yang meningkat, sulit untuk meningkatkan cadangan. Yang bisa dilakukan adalah melakukan penghematan, salah satunya dengan membatasi operasi elektif, namun belum diketahui efektivitasnya. Bhirowo juga menjelaskan krusialnya terapi oksigen untuk pasien COVID-19 dan jenis-jenisnya, termasuk HFNC. Solusi yang ditawarkan antara lain impor oksigen namun perlu diperhatikan pula infrastruktur apakah sudah siap. Diperlukan kerjasama lintas disiplin dan lebih baik bila ada kontrol di hilir. Materi bisa diunduh disini.
Dr. Navy mewakili organisasi profesi dokter anestesi, yaitu Perdatin, menjelaskan protokol oksigenasi dan ventilasi untuk pasien COVID-19 yang sudah diadopsi oleh 5 organisasi profesi, Kemenkes, dan BNPB. Oksigenasi dilakukan bila pasien dinilai memburuk dan terdapat hipoksemia. Posisi telungkup disarankan karena memperbaiki oksigenasi dan menyebabkan kebutuhan oksigen bisa dikurangi, termasuk dengan HFNC. Strategi penghematan adalah: 3T agar cepat tertangani sehingga yang membutuhkan ICU hanya <1%, melaksanakan 6M, pengurangan operasi elektif tidak bermakna pada penggunaan oksigen namun bermanfaat dari segi SDM, penggunaan flow sekecil-kecilnya (SpO2 92-96%), penggunaan oxygen concentrator dan meningkatkan kesinambungan suplai oksigen. Materi bisa diunduh disini.
Drg. Hanum dari Kemenkes memaparkan asesmen situasi COVID-19 yang memang sedang mengalami peningkatan, sehingga demand pengobatan juga semakin besar. Kapasitas produksi oksigen nasional belum maksimal secara utilisasi, ada kapasitas idle yang masih bisa diotimalkan. Intervensi yang sudah dilakukan pemerintah yaitu prioritas suplai oksigen, termasuk konversi produksi oksigen industri ke oksigen medis. Walaupun produksi oksigen bisa memenuhi kebutuhan, namun kendala lain adalah iso tank container untuk transportasi distribusi oksigen tersebut. Supply chain oksigen ini perlu dipahami karena tidak sesederhana yang kita pikirkan. Hanum mengakhiri paparan dengan 7 dimensi mutu pelayanan kesehatan, terutama keselamatan pasien. Materi bisa diunduh disini.
Dari segi manajemen rumah sakit, Dr. Andreasta memaparkan tentang suplai oksigen yang jarang dibahas sebelumnya. Model pengelolaan oksigen di rumah sakit adalah suplai untuk rumah sakit, penghitungan penggunaan di rumah sakit, dan kecukupan di rumah sakit. Manajemen RS berperan di penghitungan penggunaan, yaitu kapasitas rutin dan emergensi, bagaimana perawatan dan regulasinya. Permasalahan yang terjadi adalah kebutuhan klinisi yang tidak tersampaikan kepada manajemen, bahwa ada penggunaan oksigen itu ada yang prioritas, rutin, dan untuk COVID-19. Sudah ada perhitungan dan pedoman kebutuhan oksigen dari unit mikro tapi belum ada perhitungan keseluruhan untuk 1 rumah sakit. Materi bisa diunduh disini.
Diskusi webinar ini membahas banyak membahas terkait hal teknis di lapangan, di antaranya membahas terkait pemilihan jenis terapi oksigen, efisiensi SDM terkait penundaan operasi elektif, kepastian keseimbangan demand dan supply oksigen di rumah sakit oleh Kemenkes. Kesimpulan dari webinar ini adalah isu oksigen merupakan prioritas bagi Kemenkes sehingga bisa meningkatkan supply. Dari segi pengguna, kita bisa mengurangi demand dengan cara penghematan penggunaan oksigen. Selain itu, 3T dan 6M juga harus selalu dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
Webinar ini bisa diakses pada link berikut:
Reporter : Srimurni Rarasati (PKMK FK-KMK)