BANYUWANGI – Kabar gembira dari RSUD Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Saat ini, telah memiliki alat medis canggih dan secara resmi membuka layanan operasi bedah Laparoskopi.
Layanan ini secara resmi telah tersedia sejak satu pekan lalu. Dengan tambahan fasilitas operasi ini, tentunya akan meningkatkan kinerja RSUD Genteng dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Di RSUD Genteng sendiri, ada tiga dokter spesialis bedah dengan pengalaman di dunia medis yang cukup mumpuni. Peralatan yang tersedia pun cukup lengkap dan terbaru.
Sekilas tentang metode bedah laparoskopi. Adalah sebuah tindakan operasi yang memungkinkan ahli bedah untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus memberikan sayatan yang lebar.
Metode ini juga dikenal sebagai operasi lubang kunci atau invasi minimal yang sudah digunakan dalam dunia medis dalam 30 tahun ini.
“Bedah ini mampu mengurangi trauma pada tubuh yang disebabkan operasi. Menggunakan teropong untuk melihat kondisi di dalam perut,” kata dr Adith Fileanugraha kepada TIMES Indonesia, Selasa (6/7/2021).
Laparoskopi ini berbentuk sebuah tabung kecil yang dilengkapi dengan pencahayaan dan kamera micro. Kamera tersebut akan mengirimkan gambar kondisi dalam tubuh secara langsung melalui monitor. Pada umumnya bekas luka sayatan yang ditimbulkan antara 0,5 sampai 3 sentimeter saja.
Dengan metode yang efisien ini, akan memudahkan dokter untuk menjalanankan prosedur operasi dengan baik karena visualisasi yang sangat akurat. Jenis metode ini seringkali digunakan untuk tujuan diagnostik dan berbagai jenis pembedahan di berbagai disiplin ilmu bedah.
“Setelah diketahui kondisi di dalam perut selanjutnya bisa diambil tindakan yang diperlukan sesuai indikasi. Dengan bekas luka kecil, berbeda dari bekas luka dari operasi biasanya,” katanya.
Pada umumnya metode ini banyak digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi di dalam perut. Paling sering untuk medis kandungan wanita. Laparoskopi mampu mendeteksi infeksi bakteri pada saluran genital wanita bagian atas, kista ovarium, kehamilan ektopik, endometriosis, radang usus buntu, fibroid, hingga infertilitas pada wanita dan masih banyak lainnya.
Namun seiring berkembangnya teknologi metode ini bisa diterapkan dalam ilmu kedokteran lainnya. Dalam dunia bedah, metode ini bisa dipakai untuk mengetahui batu empedu, infeksi usus buntu, indikasi tumor dan kanker.
“Masih banyak lagi yang bisa dilakukan dengan ini dan RSUD Genteng ini sudah memilikinya dan siap untuk melayani di pelayanan,” katanya.
Keunggulan Laparoskopi
1. Resiko kompilasi yang kecil.
2. Waktu pemulihan yang cepat karena bekas luka kecil.
3. Meminimalisir rasa sakit atau trauma tubuh.
4. Memperpendek waktu rawat inap.
5. Hasil estetika lebih baik dan hanya meninggalkan bekas luka jahitan yang nyaris tak berbekas.
6. Mengurangi resiko pendarahan.
7. Mengurangi resiko transfusi darah selama proses pembedahan dan sesudahnya.
8. Berkurangnya efek samping analgesia yang tidak diinginkan
9. Meminimalisir resiko infeksi setelah operasi.
Menurut dr Adith, calon pasien tidak perlu merasa khawatir dengan metode laparoskopi ini. Dia berharap, dengan teknologi ini calon pasien tidak merasa takut akan proses operasi yang diperlukan.
“Sejauh ini operasi umum membutuhkan pembedahan yang besar. Namun ini berbeda, bahkan satu hari setelah operasi bisa pulang. Karena proses pemulihannya cepat. Diharapkan pasien tidak perlu khawatir lagi. Semuanya akan mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal,” kata dr Adith.
Tidak Dianjurkan Bagi Pasien Covid-19
Meskipun demikian, dr Adith menggaris bawahi jika laparoskopi tidak dianjurkan untuk diterapkan kepada pasien Covid-19. Namun untuk kondisi mendesak tertentu, operasi ringan masih bisa dilakukan. Seperti kasus kecelakaan yang menyebabkan pasien harus segera mendapatkan pertolongan.
“Misalnya saja kecelakaan atau yang bersifat emergency, maupun itu pasien Covid-19 atau bukan ya harus segera dilakukan,” katanya.
Namun untuk metode laparoskopi sendiri, Ia menyarankan agar sebisa mungkin dilakukan penundaan hingga pasien dirasa telah siap dan aman dilakukan pembedahan.
Sebagaimana diketahui, proses laparoskopi mengharuskan dokter melakukan sayatan di bawah pusar dan memasukkan kanula. Alat ini kemudian membuat perut mengembang dengan memasukkan gas karbon dioksida. Kondisi ini dikhawatirkan akan memudahkan virus untuk menyebar di dalam tubuh pasien.
“Berkaitan dengan tehnik laparoskopi ini sebaiknya kepada pasien Covid-19 ditunda dahulu. Karena dokter harus memasukkan udara, jadi aerosol. Sedangkan penyebaran virus ini menggunakan aerosol. Sehingga sebisa mungkin ditunda, jika memang mendesak sekali jangan menggunakan tehnik laparoskopi namun bedah konvensional biasa,” jelas dr Adith.
Sementara Humas RSUD Genteng, dr Sugiyo, mengatakan jika layanan laparoskopi secara resmi dibuka pada Sabtu (3/7/2021) lalu. Diharapkan, dengan fasilitas ini RSUD Genteng mampu memberikan segala jenis pelayanan umum yang di butuhkan masyarakat. Sehingga, masyarakat yang membutuhkan layanan laparoskopi tidak perlu jauh-jauh ke luar daerah.
“Dengan adanya layanan operasi canggih ini yang metodenya hanya butuh pembedahan 2 sampai 3 sentimeter, pasien bisa lebih cepat sembuh dan segera beraktifitas normal kembali,” kata dr Sugiyo.
Untuk diketahui, metode laparoskopi ini merupakan satu-satunya yang dimiliki RSUD Genteng dari beberapa rumah sakit di wilayah Banyuwangi Selatan.
“RSUD Genteng satu-satunya rumah sakit di wilayah Banyuwangi Selatan yang mempunyai alat dan metode operasi yang canggih tanpa pembedahan ini. Laparoskopi ini juga digunakan untuk mendiagnosis bagian pencernaan pasien,” jelas dr Sugiyo. (*)
Sumber: timesindonesia.co.id