Bogor – Perawat Puskesmas Sukaraja, Eka Agustina, merasa sedih pasien Covid-19 yang diantarnya ke RSUD Cibinong harus antre untuk mendapat penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Padahal pasien Covid-19 rujukan dari puskesmasnya itu bergejala berat.
Dengan membawa surat rujukan, perawat yang mengenakan baju hazmat dan Alat Pelindung Diri itu masuk ke ruang IGD untuk menemui dokter jaga RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor, agar pasien yang dibawanya bisa segera ditangani.
“Itu sedihnya saya, pasien di wilayah kami banyak yang berjatuhan. Sehari bisa ada laporan 20 orang terpapar, dengan berbagai gejala. Jika gejalanya ringan, kami bisa tangani dan rekomendasikan isoman. Tapi, jika seperti pasien yang saya bawa hari ini harus segera di bawa ke RS. Tapi ternyata RS juga penuh, kami ngantri,” kata Eka di RSUD Cibinong, Rabu 30 Juni 2021.
Eka mengatakan hampir semua RS rujukan Covid-19 di Kabupaten Bogor sudah penuh sehingga pasien Covid-19 harus antre. Sebelum merujuk pasien dari Puskesmas, Eka harus mencari rumah sakit yang tersedia lewat aplikasi khusus penuju RS rujukan.
“Jadi sebelum saya membawa pasien, biasanya kami ajukan dulu di aplikasi yang menampilkan ketersediaan ruangan di RS. Nah kami searching, kalau ada yang kosong kami langsung kontak. Tapi mendapat RS kosong itu, kami waiting list. Artinya tidak hari ini kami ajukan rujukan, hari ini juga dapat. Kadang harus nunggu hingga dua hari,” kata Eka.
Selanjutnya pasien Covid-19 yang datang langsung ke RSUD Cibinong
Selain pasien rujukan dari puskesmas, ada pula pasien Covid-19 yang langsung datang ke RSUD Cibinong. Warga Jonggol, Risky Ferdiansyah, 37 tahun, membawa tetangganya yang terkonfirmasi positif Covid-19 ke RSUD dengan harapan bisa langsung ditangani.
Setibanya di RSUD Cibinong, Risky juga harus antre. Pasien yang diantarnya terpaksa berbaring di dalam mobil selama dua jam hingga bisa dipindahkan ke bangsal di tenda darurat yang disediakan RSUD tepat di pintu masuk IGD.
Meski telah ditangani dokter jaga IGD, tetangga Risky tidak langsung dipindahkan ke ruangan isolasi pasien Covid-19. Alasannya, ruang isolasi sudah penuh.
“Saya disarankan untuk menunggu jika ingin dirawat di ruang isolasi yang ada ventilatornya. Jika enggan menunggu, saya diminta untuk mengisolasi pasien secara mandiri atau dirujuk ke tempat isolasi darurat lainnya,” ucap Risky.
Melihat tetangganya dalam kondisi berat, Risky sempat memohon kepada dokter agar tetangganya bisa segera masuk ruang isolasi. Namun karena ruang isolasi sudah penuh, tetangganya hanya bisa diisolasi di tenda.
“Gak mungkin saya bawa kemana-mana lagi, takut gak kuat di jalan. Kalau di RS meski di ruang darurat, minimal kalau ada apa-apa kan bisa diambil tindakan,” kata Risky.
Selanjutnya tenda darurat berubah fungsi jadi ruang rawat IGD.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Cibinong Fusia Mediawaty mengatakan hingga saat ini pasien Covid-19 terus berdatangan ke RS milik Pemda Kabupaten Bogor itu. Bahkan tenda darurat yang disiapkan untuk penanganan sementara pasien, akhirnya dijadikan ruang rawat IGD dan isolasi.
“Jumlah pasien sampai tadi malam yang dirawat, ada 379 orang,” kata Fusia.
Fusia menyebut bahwa pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Cibinong ini sudah bukan lagi di atas ambang batas WHO, tapi sudah kelebihan kapasitas. Menurut Fusia, RSUD hanya menyediakan 242 Bed untuk pasien Covid-19. Ditambah dengan velbed di tenda darurat, tempat tidur isolasi yang tersedia 370 unit.
“Awalnya kami hanya menyediakan sekitar 145 Bed dari total 561 bed milik RSUD,” ujarnya. “Seiring kebijakan kepala daerah menambah ruang, kami pun tambah lagi. Hingga mentok ke angka 270-an, tapi kini pasien kembali membeludak. Bayangin aja, jika pulang satu pasien yang datang sepuluh. Ini tinggi sekali,” kata Fusia.
Selain kekurangan tempat tidur dan ruang isolasi, RSUD Cibinong juga menghadapi masalah lain, yaitu persediaan alat kesehatan dan obat-obatan yang mulai menipis, khususnya oksigen. Fusia menyebut hingga saat ini, masih dalam keadaan aman.
Namun, jika Kemenkes tidak membayarkan klaim biaya perawatan yang sudah dikeluarkan, Fusia menyebut alkes juga akan sulit ditambah. “Artinya, kami pun bergantung pada Kemenkes. Semoga permasalahan ini bisa kita selesaikan bersama, saling berkoordinasi dan tentuya masyarakat juga harus berperan aktif, minimal bagi kesehatan dirinya,” kata Fusia.
Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor mencatat Suspek ada 448 Orang, Probable 11 Orang dan total kasus positif mencapai 20.528 Kasus. Lalu jumlah pasien positif meninggal ada 110 orang, serta meninggal dalam kondisi probable ada 309 orang. “Hingga hari Selasa kemarin, ada tambahan 205 orang positif baru, itu tersebar di 30 Kecamatan di Kabupaten Bogor,” kata Ketua Satgas Kabupaten Bogor Ade Yasin.
Sumber: tempo.co