Reportase
Mengelola Pandemi, Menyelamatkan Nyawa dan Rumah Sakit
23 April 2021
Telah dilaksanakan webinar internasional dengan judul Managing Pandemic, Saving Lives and Hospitals In collaboration with University of Pittsburgh Medical Center (UPMC) in Italy Medical Systems pada Jumat, 23 April 2021. Webinar ini diselenggarakan oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM bekerjasama dengan National Hospital dan PERSI. Narasumber yang hadir adalah dr. Giovanna Panarello (Chief of ISMETT’s Intensive Care Unit), dr. Dicky Fachri, SpBTKV (Rumah Sakit Jantung Harapan Kita), Adj. Prof. Hananiel Prakasya Widjaya (National Hospital Surabaya), dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK, PhD, FISQua (PERSI) dan Putu Eka Andayani, SKM, M.Kes (PKMK FK – KMK UGM). Bertindak sebagai moderator adalah Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS.
Diskusi dibuka oleh Prof. Laksono Trisnantoro yang menyampaikan tentang dunia masih berjuang melawan pandemi COVID-19, dimana saat ini masih banyak negara yang berjuang dengan meningkatnya jumlah kasus/surge COVID-19. Dalam diskusi ini akan dibahas pengalaman dari berbagai rumah sakit di Indonesia, dan keadaan global COVID-19 yang akan dipaparkan oleh UPMC.
Panarello memaparkan tentang kondisi pandemi COVID-19 di Italia. Case-fatality rate di Italia mencapai 7.2% pada 17 Maret 2020. Respon Italia terhadap pandemi tidak terlalu baik dikarenakan adanya desentralisasi dan fragmentasi pelayanan kesehatan yang menyebabkan keterbatasan intervensi dan efektivitas. Dalam kondisi darurat, seharusnya hubungan antara sektor publik dan swasta harus lebih kuat lagi. Terdapat perbedaan antara kondisi di Italia Utara dan Selatan, dengan beberapa faktor penyebab, antara lain di Italia selatan lebih cepat dalam mengimplementasikan restriksi umum. UPMC di Italia menangani pandemic ini dengan melihat 3 kategori : pasien, staf, dan tempat. UPMC juga menyiapkan untuk scenario terburuk dengan menyediakan tambahan bangsal di rumah sakit. Materi bisa diunduh disini.
Dr. Dicky memaparkan tentang kondisi pandemi COVID-19 di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. RS Harapan Kita (Harkit) sudah siap untuk menghadapi new normal dalam era pandemi ini, dengan slogan yang diterapkan adalah mendahulukan pasien (patient first). Keselamatan adalah perhatian utama RS untuk semua pasien, dokter, dan tenaga Kesehatan di RS Harkit selama badai pandemi ini. Salah satu inovasi yang digunakan sejak pandemi adalah telekonsultasi. RS Harkit menyediakan pelayanan yang luar biasa kepada pasien VIP sejak penutupan perbatasan negara pada April 2020. Materi bisa diunduh disini.
Dilanjutkan dengan Prof. Hans memaparkan tentang bagaimana RS mempertahankan diri selama pandemi COVID-19 ini. Pelajaran yang bisa kita ambil dari Italia adalah kolaborasi dan hubugnan antara sektor publik dan swasta sangat penting. Kita juga harus berfokus kepada prevensi kepada lansia, disiplin, dan menyeimbangkan layanan COVID-19 dan non COVID di RS. Maka, untuk bisa bertahan di masa pandemi ini, terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan RS, yaitu menyeimbangkan layanan antara COVID-19 dan non COVID, RS bisa memberikan jaminan keselamatan kepada pasien, dan mempunyai cara untuk meningkatkan platform digital dan layanan homecare. Materi dapat diunduh disini
Sesi berikutnya diisi oleh dr. Tonang yang menjelaskan resiliensi RS di Indonesia selama pandemi ini. Terdapat 3 isu besar pada RS di Indonesia, yaitu : JKN, pandemi (surge capacity, safety concern, dan kekurangan SDM), dan Omnibus Law. Pada masa pandemi ini, jumlah RS di Indonesia tetap bertambah, dan 63% adalah RS Swasta. Dari seluruh RS tersebut, 33% diantaranya ditunjuk sebagai rujukan COVID-19. Bed Occupancy Ratio (BOR) ruangan isolasi di Indonesia pada 20 April 2021 sebesar 36,65%, dimana standar dari Kemenkes adalah di bawah 30%. Namun, total kapasitas isolasi sudah meningkat. Pertumbuhan ekonomi untuk sektor kesehatan meningkat 11,60% walaupun sektor lain menurun. Diharapkan setelah pandemi terdapat new norm, new form, and new hope. Materi bisa diunduh disini.
Dilanjutkan dengan paparan Putu Eka tentang pelajaran yang bisa diambil dari pandemi COVID-19 tentang kapasitas RS. Dari segi infrastruktur fisik, terdapat strategi menghadapi new normal, menambah kapasitas di RS rujukan, dan menyediakan tempat isolasi, serta berkembangnya telemedicine. Dari segi SDM Kesehatan, terdapat 2.500 ahli paru di Indonesia, dan terdapat kebijakan untuk penugasan sementara SDM kesehatan non COVID-19 di bangsal COVID-19 serta adanya taskshifting. Terdapat pula program volunteer dan redistribusi SDM. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah alat dan suplai medis, manajemen limbah, dan mengatur Kembali berfokus pada budget lokal dan nasional. Materi bisa diunduh disini.
Sesi diskusi membahas tentang desentralisasi dan sektor swasta adalah hal yang baik, asalkan masih bisa bekerja sama untuk menjaga kesehatan sebagai public goods. Hal yang dapat dipelajari dari Italia adalah adanya desentralisasi menyebabkan adanya gap yang besar antara Italia Utara dan Selatan. Hal ini juga bisa terjadi di Indonesia, namun Kementerian Kesehatan berhasil membuat regulasi yang menjadi payung besar sehingga tidak terlalu banyak variasi di daerah. Untuk menangani pandemi, diperlukan kepemimpinan yang kuat dan gotong royong dari semua sektor. Saat ini, pasien yang memiliki uang, tidak bisa berobat ke luar negeri. Hal ini harus dimanfaatkan oleh RS, terutama swasta. Di RS Harkit, sudah diberlakukan area khusus pasien VIP untuk menarik minat para pasien yang biasa berobat ke luar negeri.
Diskusi ini ditutup dengan kesimpulan bahwa pembelajaran adalah faktor yang penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Untuk RS, kita bisa belajar bahwa manajemen yang baik itu mau belajar dari bukti baru dan memiliki kapasitas serta kemampuan untuk mengimplementasikan pengetahuan baru tersebut di RS – nya.
Reporter: Srimurni Rarasati (PKMK)
Video Rekaman