SINGARAJA, Penundaan pencairan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali di tahun 2021 ini berdampak pada rencana pengadaan cath lab (laboratorium kateterisasi -kateterisasi jantung, Red) di RSUD Buleleng yang terancam gagal.
Namun direksi RSUD Buleleng hingga kini masih terus melakukan lobi-lobi, lantaran cath lab sangat diperlukan di Buleleng. Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha, mengatakan jajaran direksi memahami masalah keterbatasan anggaran karena pandemi. “Kami tidak bisa memaksa dengan adanya refocusing ini. Kami paham situasi sekarang, tapi kami tetap memohon dan melobi yang bisa kami kontak dan dapat membantu,” ujar Arya Nugraha, Selasa (9/3).
Perjuangan pengadaan cath lab dengan anggaran Rp 15 miliar itu menurutnya sangat penting ada di Buleleng.
Melihat jumlah kasus penyakit pembuluh jantung semakin tahun trennya mengalami peningkatan. Selama ini penanganan penyakit jantung di poliklinik RSUD Buleleng hanya menggunakan obat-obatan. Sedangkan jika pasien penderita jantung yang memerlukan tindakan kateterisasi jantung harus dikirim ke RSUP Sanglah, Denpasar. Jumlahnya pun cukup tinggi yakni rata-rata mencapai 20 orang per bulan.
“Kami masukkan menjadi program prioritas, karena melihat topografi Buleleng yang jauh dari pusat cath lab. Selain itu pengadaan yang kami usulkan berdasarkan kebutuhan dan riset bagian Poliklinik Jantung. Pasien penyakit jantung di Buleleng terus meningkat yangjadi dasar pertimbangan kami,” kata dirut yang juga dokter spesialis penyakit dalam ini.
Selain itu, menurut Arya Nugraha, penyakit jantung pelayanan terbaiknya dengan tindakan intervensi langsung melalui kateter. Penyakit jantung yang diakibatkan penggumpalan darah di pembuluh darah jantung, tindakan yang paling efektif adalah penyingkiran gumpalan darah dan menaruh ring untuk memperlancar kembali peredaran darah ke jantung.
Selain itu, Arya Nugraha juga menyebutkan alasan lainnya dengan melihat status RSUD Buleleng sebagai rumah sakit pendidikan kerjasama Fakultas Kedokteran Undiksha dengan misi medical tourism. “Bagaimana mungkin bisa jadi medical tourism jika RSUD Buleleng sebagai rumah sakit jejaring utamanya tidak memiliki cath lab. Ini bukan sekadar visi misi saja, tetapi realitasnya tidak ada,” imbuh Arya Nugraha.
Sementara itu program prioritas cath lab sudah disiapkan sumber daya manusia dengan 2 orang dokter ahli jantung dan seorang dokter ahli syaraf yang sudah terbiasa melakukan tindakan kateterisasi jantung. Bahkan jika program cath lab terwujud, RSUD Buleleng pun siap menyekolahkan dua dokter ahli jantung dengan biaya sendiri. Termasuk kesiapan rekanan yang sudah dikoordinasikan sebelumnya untuk penyediaan bangunan berstandar khusus, pengadaan alat hingga pelatihan perawat yang diperlukan dalam cath lab ini. “SDM-nya kita siap. Kita siap mau melatih kalau memang sudah pasti bisa anggarannya. Agar pelayanan di Buleleng ini ada terobosan lah. Kalau medis harus berpikir semakin ke depan, tidak bisa yang sekarang-sekarang saja. Kalau tidak begitu, semua berobatnya ke Penang (Malaysia) atau ke Singapura,” tegas dirut asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng, ini.
Selain lab kateter jantung, sejumlah pelayanan medis juga diprioritaskan di RSUD Buleleng dan masuk dalam rencana pengadaan. Seperti pelayanan pemeriksaan kanker, pengadaan bronkoskopi, hingga alat set THT(telinga, hidung, tenggorokan). *k23
Sumber: nusabali.com