Singaraja – Ruangan Intensive Care Unit (ICU) COVID-19 yang memiliki tekanan udara negatif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng, Bali, mulai beroperasi sejak Senin.
Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD mengatakan ruang bertekanan udara negatif adalah ruangan isolasi yang dilengkapi alat khusus untuk menyedot aerosol, sehingga jika ada aerosol di dalam ruangan, tidak akan sampai keluar. “Ruangan ini akan menjaga keamanan, baik pasien maupun orang-orang di luar ruangan isolasi.”
“Ini adalah ruang intensif dengan kapasitas sembilan kasur. Selama ini kita masih manfaatkan Ruang Jempiring untuk penanganan intensif dan merangkap gejala sedang. Setelah ini, akan dianalisis oleh tim, jika pasien memerlukan tekanan negatif dan ventilator, siang ini akan kita pindah ke ruangan intensif atau ICU COVID-19 di Ruang Lely,” katanya.
Ia menjelaskan keberadaan ruangan ICU COVID-19 atau ruangan isolasi bertekanan udara negatif ini akan mengurangi kontak perawat, paramedis, dan dokter secara efektif, sehingga menurunkan kemungkinan penularan.
“Dulu waktu menangani kondisi tidak COVID-19, keluarga pasien yang dirawat memanggil petugas, petugas cepat datang. Kalau sekarang, tidak bisa begitu. Karena Prosedur Tetap (Protap) yang dianjurkan adalah mengurangi kontak, sehingga kalau ada perawat, paramedis, maupun dokter yang perlu masuk ke ruang isolasi kan perlu pakai Alat Pelindung Diri (APD) dulu dan perlu waktu sampai 15 menit,” katanya.
Dengan adanya fasilitas CCTV dan ruang monitoring di ruangan ini, maka bisa lihat yang mana yang perlu perhatian, jadi lebih selektif. “Kita bisa lihat kondisi oksigennya, infusnya, semuanya bisa dilihat jarak jauh. Prinsipnya mengurangi kontak, kemudian memutus penularan,” katanya.
Arya Nugraha pun mengungkapkan ruangan bertekanan udara negatif tidak hanya berguna untuk menangani pasien dalam masa pandemi COVID-19. Ruangan bertekanan udara negatif ini kemudian hari juga bisa digunakan oleh pasien-pasien dengan penyakit menular seperti TBC.
“Sekarang kan kondisi wabah, jadi lebih banyak pasien COVID-19 dibandingkan kondisi umum. Tapi dalam kondisi normal kan pasien yang memerlukan ruangan bertekanan negatif tidak terlalu banyak. Jadi menjadi tidak realistis kalau kita buat banyak ruangan. Jadi, sekarang yang dibuat adalah satu yang sesuai dengan standar WHO di runag Lely ini,” katanya.
Ia mengatakan kalau dalam keadaan normal, tidak ada wabah, yang masuk ke ruangan tekanan negatif kan pasien TBC dengan resistensi obat. Jadi ruangan ini akan mengurangi kemungkinan kontak dengan petugas, untuk memutus mata rantai penularan. Seperti itu cara pandang dalam menangani wabah saat ini.
Sementara itu, Ketua Tim Dokter Ruang ICU COVID-19, dr. I Nyoman Agus Juliana, Sp.AN.,M.Sc. mengatakan bahwa ruangan ICU COVID-19 adalah bentuk nyata usaha RSUD Kabupaten Buleleng memberi pelayanan yang lebih aman, serta menyediakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Ini semuanya inisiasi dari pak direktur, kemudian kita tindak lanjuti dengan tujuan kita menjaga tenaga medis dan paramedis supaya bisa memberi pelayanan yang lebih aman,” katanya.
Selain itu, juga memberi keamanan pada pasien. “Ini supaya mencegah saling mengontaminasi antara pasien satu dan lainnya. Jadi kita membuat ICU COVID-19 supaya mendekati apa yang diisyaratkan oleh WHO. Mudah-mudahan dengan ICU COVID-19 dengan semua fasilitas yang ada, kita bisa memberi pelayanan yang terbaik,” kata Agus Juliana.
Dengan adanya ruang intensif atau ICU COVID-19 ini, kini RSUD Kabupaten Buleleng memiliki tiga kualifikasi ruang penanganan pasien terkonfirmasi COVID-19. Ketiga jenis ruangan tersebut ialah ruangan untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) dan gejala ringan, ruangan intensif untuk gejala berat dan kritis, serta ruangan untuk gejala sedang. Total ruangan penanganan pasien COVID-19 di RSUD Kabupaten Buleleng ada sekitar 60 kasur.
Sumber: antaranews.com