SLEMAN – Alat pemeriksa tes cepat molekuler (TCM) untuk deteksi virus corona sudah dioperasikan di RSUD Sleman sejak awal Oktober lalu. Mesin ini memiliki kelebihan waktu pemeriksaan yang lebih pendek dibandingkan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Joko Hastaryo mengungkapkan, pemeriksaan sebuah sampel dengan TCM bisa selesai dalam waktu kurang lebih dua jam. Jauh lebih singkat dibanding metode PCR yang butuh waktu sekitar 2-3 hari sampai bisa diketahui hasilnya. Selain itu, pemeriksaan PCR hanya dapat dilakukan di laboratorium yang ditunjuk oleh pemerintah.
Namun di lain sisi, pengoperasian mesin TCM juga menghadapi kendala lantaran jumlah cartridge yang terbatas. “Satu cartridge digunakan untuk pemeriksaan satu sampel. Harganya pun sangat mahal, dan jumlah ketersediaannya dijatah,” ungkap Joko, Kamis (12/11).
Dalam sehari, RSUD Sleman hanya mampu memeriksa 40 sampel uji Covid-19. Sebab tiap alat TCM hanya bisa digunakan untuk pemeriksaan 20 sampel. Artinya dalam seminggu, kapasitas uji dengan metode TCM sekitar 240 spesimen. “Alat TCM ini diutamakan untuk pemeriksaan hasil tracing karena jumlahnya cukup banyak, dalam sehari bisa sampai 200 sampel. Selebihnya, diuji di laboratorium lain,” terang Joko.
Mengenai kemungkinan aplikasi alat GeNose untuk deteksi Covid-19, pihaknya menyatakan tertarik namun masih harus menunggu rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. “Kalau dapat segera diaplikasikan tentu sangat menguntungkan,” ujarnya.
GeNose adalah alat ciptaan tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendeteksi virus corona yang menggunakan sampel dari hembusan nafas. Cara kerjanya adalah mendeteksi volatile organic compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19.(Amelia Hapsari)
Sumber: suaramerdeka.com