Cikalongwetan – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalongwetan, berencana akan menjadi RS Pusat Rujukan Pelayanan Ibu dan Anak (Maternal Neonatal) di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Namun rencana membuat RS Pusat Pelayanan Ibu dan Anak ini, sempat tertunda karena beberapa hal, salah satunya dengan kondisi keuangan RSUD saat ini.
Hal ini diungkapkan Direktur Utama (Dirut) RSUD Cikalongwetan, Ridwan Abdulah Putra saat ditemui Bangbara di ruang kerjanya, Senin (09/11/2020) setelah kesibukannya melakukan operasi hari itu.
“Kita ada rencana untuk jadi RS Pusat Rujukan Pelayanan Ibu dan Anak di KBB, karena RSUD kita merupakan yang paling lengkap dan siap baik dari sisi tenaga medis maupun fasilitas peralatan dan ruangan”, ungkap Ridwan.
Hal ini telah menjadi mimpi Ridwan sejak menjabat sebagai sebagai Dirut untuk menjawab kegelisahan karena KBB sebagai salah satu dari 5 Daerah terbesar penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Propinsi Jawa Barat (Jabar) saat ini.
“Rendahnya angka kematian ibu dan bayi di suatu Daerah menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan, hal ini kadang tidak disadari oleh semua pihak, terutama para pengambil kebijakan”,ungkap Ridwan sambil menghela nafas.
Namun Ridwan mengakui rencana tersebut masih terhalang dengan belum ditetapkannya RSUD Cikalongwetan sebagai kelas RS tipe C yang menjadi salah satu syarat sebagai pusat rujukan disamping dengan kondisi keuangan RS pada masa pandemi ini.
“Insya Allah kita sudah siap 90% dari segi SDM, peralatan dan fasilitas. Namun masih harus menunggu rekomendasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk mendapatkan Sertifikasi Kelas C yang merupakan salah satu syarat utama”, terang Ridwan kembali.
Pria yang juga seorang Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) ini menyebutkan sejak diangkat menjadi Dirut RSUD Cikalongwetan, dirinya sudah mempunyai 3 target yang ingin dicapai.
“Saya punya 3 target yang ingin dicapai yakni RSUD Cikalongwetan ini dapat terakreditas, Alhamdulillah dalam 2 tahun usia RSUD ini meraih akreditasi utama bintang 4 dan merupakan tingkatan tertinggi yang diraih oleh RSUD yang ada di KBB”, jelasnya.
Target selanjutnya adalah dapat menjadi RS Kelas C sebagai pintu masuk sebagai RS pusat rujukan khususnya Ibu dan Anak, serta menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
“Ingat, BLUD lho bukan BMUD (Badan Usaha Milik Daerah). Jadi yang sifatnya layanan tidak mengejar profit”, ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, Ridwan berharap Pemda membantu dan mendukung sepenuhnya keberadaan BLUD dengan tetap mendampingi, agar tidak terulang lagi perihal krisis keuangan seperti yang belum lama ini terjadi.
“Kita belum siap dilepas secara penuh oleh Pemda, jadi alangkah baiknya kami masih disapih dulu seperti bayi yang baru tumbuh dan berkembang”, tuturnya.
Dengan usia RSUD yang baru 3 tahun, Ridwan mengakui pendapatan RS belum sesuai yang diharapkan, terlebih status BLUD masih UPT (Unit Pelayanan Teknis) Dinkes KBB.
Ridwan mengungkapkan cita-citanya menjadikan RSUD Kelas C adalah agar masyarakat bisa menikmati pelayanan yang lebih baik lagi, baik itu pelayanan medik umum, gawat darurat, medik spesialis dasar dan spesialis lainnya.
“Selain itu, kita juga bisa lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan dan juga mendapatkan pendapatan yang lebih maksimal dari pihak ketiga yang otomatis akan bisa membantu pemasukan hingga tidak mengalami masalah dalam keuangan atau anggaran”, ucap Ridwan.
Saat disinggung apakah dirinya tidak mengalami kesulitan menjalankan tugas sebagai Dirut RS sekaligus Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Ridwan menyebut hal tersebut sudah menjadi risiko dan tanggung jawabnya baik sebagai Direktur maupun tanggung jawab profesi sebagai dokter kandungan yang super sibuk.
“Itu risiko dan tanggung jawab jabatan dan profesi. ini saja saya tadi baru selesai melakukan 5 tindakan operasi kepada pasien. Sudah tanggung jawab saya itu,” jelasnya sambil tersenyum.
Dijelaskannya, dengan posisinya yang juga merupakan seorang Konsultan Fetomaternal, yang saat ini di Indonesia hanya ada sekitar 200 orang, semakin menguatkan keinginannya untuk menjadikan RSUD Cikalongwetan sebagai pusat rujukan ibu dan anak.
Ridwan tidak memungkiri berharap bisa ada penambahan tenaga medis spesialis di bidangnya untuk kemajuan pelayanan yang lebih baik kedepannya.
Namun dirinya berusaha realistis melihat dana dan anggaran yang ada saat ini tidak memungkinkan adanya penambahan tenaga baru.
“Sebagai pribadi dan pimpinan, saya selalu berusaha bekerja maksimal dan menurut aturan yang berlaku. Manusiawi dan wajar jika masih ada yang menganggap saya belum maksimal bekerja. Saya pasrah saja, biar Allah SWT yang lebih berhak menilainya”, terangnya.
Ditambahkannya, dirinya akan selalu siap menerima konsekwensinya apapun yang akan diputuskan oleh atasan.
“Seperti saat ada permasalahan soal gaji TKK kemarin, saya siap menerima apapun keputusan dari atasan sebagai tanggung jawab saya selaku Kepala UPT RSUD, dan kami melakukan itu sesuai Tupoksi yang ada berdasarkan arahan dan petunjuk atasan,” pungkasnya.
Reporter: Mohammad Addien
Editor: Guntur Priyo
Sumber: bangbara.com