Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB membangun Rumah Sakit (RS) Darurat khusus untuk penanganan pasien Covid-19 berstandar internasional di kompleks RSUD NTB. Pembangunan RS Darurat Covid-19 tersebut dikebut selama tiga bulan dan ditargetkan beroperasi pada 17 Agustus mendatang.
‘’Ini rumah sakit darurat (Covid-19). Alhamdulillah ternyata bisa juga cepat pembangunannya. Bisa tiga bulan jadi, ini luar biasa. Pada saat kita sedang peak-peak-nya (puncaknya), banyak pasien Covid,’’ kata Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd dikonfirmasi usai melakukan peninjauan, Rabu, 29 Juli 2020.
Wagub didampingi Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.TP, Kepala Dinas PUPR NTB, Ir. H. Sahdan, ST, MT, Direktur RSUD NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS dan kontraktor pelaksana.
Wagub mengatakan, RS Darurat Covid-19 yang dibangun di RSUD NTB akan beroperasi 17 Agustus mendatang. Di tengah kondisi RS Rujukan dan RS Darurat Covid-19 yang sudah penuh di kabupaten/kota. Keberadaan RS Darurat Covid-19 yang dibangun di RSUD NTB diharapkan dapat mengatasi kekurangan ruang isolasi untuk pasien Covid-19. ‘’Ini akan sangat membantu,’’ katanya.
Meskipun telah dibangun RS Darurat, Wagub mengingatkan masyarakat jangan sampai lengah. Justru, dengan adanya RS Darurat ini, kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan harus semakin tinggi. Jangan sampai terjadi seperti fenomena sekarang.
‘’Ada daerah yang zona hijau, bukannya bertahan di zona hijau. Malah menjadi zona oranye, zona merah. Ini yang harus kita jaga. Pasien yang sedang dirawat 600 lebih. Terkonsentrasi di Mataram dan Lobar. Dengan adanya RS Darurat ini akan sangat membantu,’’ katanya.
Wagub yang akrab disapa Umi Rohmi ini mengatakan, pemerintah terutama petugas kesehatan sudah mulai kewalahan menangani pasien Covid-19. Apalagi dengan jumlah pasien yang terus bertambah setiap hari.
‘’Selama masyarakat tak patuh, pemerintah akan kewalahan. Selama masyarakat tidak patuh terhadap protokol kesehatan, nggak akan selesai-selesai Covid ini sampai ditemukannya vaksin,’’ tandasnya.
Umi Rohmi menambahkan, RS Darurat Covid-19 yang dibangun di RSUD NTB nantinya akan difungsikan untuk mendukung pelaksanaan MotoGP 2021. RS Darurat ini akan menjadi gedung trauma center untuk penanganan pebalap MotoGP.
‘’Akan banyak fungsinya. Karena memang RSUP ini kekurangan ruangan. Memang kita rencanakan mau nambah. Alhamdulillah ini ada,’’ tandasnya.
Terpisah, Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.TP mengatakan, gedung yang dibangun tersebut merupakan IGD Pelayanan Covid-19 dan Trauma Center. Gedung ini rencananya dibangun tujuh lantai dilengkapi dengan helipad.
Ia menjelaskan, pembangunan gedung ini sesuai perencanaan awal untuk menyongsong NTB sebagai tuan rumah MotoGP. Sehingga, gedung yang dibangun berstandar internasional sesuai dengan apa yang dipersyaratkan Dorna sebagai penyelenggara MotoGP.
‘’Dalam perjalanannya ketika Covid terjadi, dari analisa dokter RSUD NTB dan maupun Unram bahwa prediksinya bulan Juli atau Agustus pasien Covid akan membeludak. Kenyataannya, iya. Sekarang ini, ratusan tempat tidur yang seharusnya untuk pasien umum dialihkan untuk menangani pasien Covid. Dengan beroperasinya gedung ini walaupun dua lantai, paling tidak bisa mengembalikan 70 persen kamar RSUD NTB untuk pasien non Covid,’’ katanya.
Karena keterbatasan anggaran daerah, baru bisa dibangun dua lantai. Dengan kapasitas 70 orang untuk penanganan pasien Covid-19. Jika Covid-19 sudah selesai, maka gedung tersebut akan dimanfaatkan untuk trauma center.
Ridwan menyebutkan, total anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan gedung tersebut ditambah dengan pengadaan alat-alat kesehatan (Alkes) sebesar Rp78 miliar. Progres pembangunannya sudah mencapai 80 persen dan ditargetkan tuntas dan dapat digunakan 17 Agustus mendatang.
Untuk pembangunan gedungnya saja menghabiskan anggaran sekitar Rp50 miliar. Sedangkan sisanya untuk pengadaan Alkes dan pelatihan tenaga kesehatan. Secara keseluruhan, kata Ridwan untuk membangun gedung trauma center tujuh lantai dilengkapi helipad membutuhkan anggaran sebesar Rp200 miliar. ‘’Tetapi kita hanya membangun dua lantai dulu. Namun fondasinya untuk tujuh lantai. Tinggal dilanjutkan lagi pada tahun anggaran mendatang,’’ katanya. (nas)
Sumber: suarantb.com