Reportase
Stunting Intervention in Indonesia: Leaving no child behind by 2030, Can We ?
In the Context of COVID-19 Pandemic
Community of Practice for Health Equity
18 Juni, 2020
Indonesia termasuk salah satu negara dengan peringkat angka stunting tertinggi di dunia. Untuk menangani permasalahan tersebut, pentingnya identifikasi masalah dan solusi yang berkaitan dengan penyakit tersebut, terlebih lagi permasalahan yang ditambahkan oleh adanya pandemi COVID-19. Webinar yang diadakan pada 18 Juni 2020 mengundang tiga panelis untuk membicarakan hal tersebut. Ketiganya ialah Zack Peterson, IIng Mursalin dan Sri Sukotjo.
Zack Peterson, Lead Strategist 1000 Days Fund, secara garis besar berbagi perspektif pengalaman bagaimana organisasi tersebut melaksanakan program penurunan dan pencegahan stunting di Indonesia melalui turun tangan langsung pada daerah yang ditargetkan, salah satunya di Labuan Bajo (Flores). Mengingat bagaimana stunting terutama pada lingkungan masyarakat miskin yang tidak mahir dalam penggunaan teknologi dan berpendidikan rendah, program yang dikembangkan di kota maju akan tidak dapat dilakukan secara efektif. Aplikasi yang memerlukan keterampilan teknologi, pulsa dan internet akan susah dan mahal untuk diterapkan di pedesaan. 1000 Days Fund menggunakan alat ukur lebih sederhana yang dapat digunakan oleh ibu atau pengasuh untuk memantau tinggi atau panjang badan anak yang menjadi bagian dari program organisasi tersebut dan berupaya mengubah perilaku warga lokal yang mendukung pencegahan stunting pada anak di keluarganya.
Iing Mursalin, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan memberi sudut pandang non teknis dalam penanggulangan stunting. Iing menyatakan bahwa walaupun melihat secara kasat mata angka stunting di Indonesia menurun dari tahun ke tahun, kecepatan dalam penurunan tersebut masih jauh dari target. Untuk mempercepat pencapaian target, diperlukan beberapa tindakan. Poin pertama adalah komitmen pemerintah dari berbagai tingkat untuk penanggulangan stunting. Poin kedua adalah melakukan kampanye perubahan perilaku. Ketiga adalah konvergensi dari berbagai pihak. Kemudian keempat adalah memastikan kebutuhan dan akses nutrisi dan gizi terpenuhi. Poin terakhir adalah melakukan pemantauan untuk melihat kemajuan dan efektivitas suatu program atau sistem.
Pembicara selanjutnya, Sri Sukotjo, Nutrition Specialist UNICEF Indonesia, memaparkan penatalaksanaan stunting yang disulitkan oleh adanya pandemi COVID-19. Sri memaparkan permasalahan nutrisi pada anak di Indonesia seperti stunting dan wasting sudah bertahun – tahun terjadi di Indonesia sebelum pandemi terjadi. Namun, COVID-19 menyebabkan krisis finansial di seluruh penjuru negeri dan telah menyebabkan kesulitan ekonomi di berbagai keluarga. Hal tersebut akan mempengaruhi akses makanan yang bernutrisi. Selain itu, krisis pandemi juga menyebabkan penutupan banyak posyandu yang telah mempersulit masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Secara keseluruhan, banyak permasalahan yang dapat ditemukan dalam pengembangan dan pelaksanaan intervensi stunting di Indonesia. Contoh solusi untuk permasalahan tersebut dapat berupa mengenali kebutuhan dan keterbatasan masyarakat dengan stunting, komitmen pemerintah dalam pelaksanaan program atau sistem dan identifikasi dampak COVID-19 pada stunting dan membuat kebijakan yang tidak akan memperburuk kesehatan di masyarakat. (EY)
*Webinar ini diselenggarakan sebagai wadah diseminasi ilmu dan pengalaman, tidak mewakili pihak tertentu.
Bagus seksli….mksh materi nya