Equity, diartikan sebagai keadilan, dan equality, diartikan sebagai persamaan. ‘Adil’ dan ‘sama’, adalah kata yang mempunyai makna tidak begitu jauh sebatas dari pengertian kita sebagai masyarakat biasa. Akan tetapi, di dunia kesehatan, ekonomi, ataupun untuk para ahli yang lainnya, dua kata tersebut mempunyai makna yang sangat berbeda secara signifikan. Secara sederhana, equity memastikan hasil yang sama melalui pemberian pertolongan yang berbeda, dan disisi lain equality memberikan pertolongan yang sama yang tidak memandang perbedaan dari hasil akhir. Konsep ini mudah dimengerti melalui analogi, dimana tiga anak dengan tinggi badan berbeda ingin melihat pertandingan sepak bola tetapi ditutupi oleh sebuah pagar. Dengan konsep equity, kita dapat memberikan blok tapak kaki, dengan jumlah dua blok untuk yang paling pendek, satu blok untuk yang menengah dan tidak memberikan blok tapak kaki pada anak paling tinggi. Dengan itu, semua anak dapat melihat pertandingan sepak bola. Hasil akan berbeda jika ketika mengikuti konsep equality, tiga blok tersebut akan dibagi sama rata yang membuat semuanya mendapatkan satu blok. Anak yang paling pendek akan tetap tidak bisa melihat pertandingan sepak bola karena satu blok tidak cukup untuk melewati tinggi pagar tersebut.
Melihat analogi tersebut, kita dapat menyimpulkan kalau equity adalah pilihan pendekatan yang tepat untuk penatalaksanaan kesenjangan. Akan tetapi, realita tidak semudah teori. Equity pada kesehatan tidak hanya sebatas pengaturan alokasi sumber daya pada target kelompok yang sesuai. Hal tersebut adalah suatu sistem yang komplek dimana adanya dinamika antar politik dan adat setempat. Yang kadang terlewat dari pikiran kita, tidak semua disparitas kesehatan adalah sesuatu yang tidak adil. Sebagai contoh, kita tidak bisa menargetkan kondisi kesehatan kelompok lansia untuk menjadi sebaik kelompok orang muda. Bayi perempuan akan cenderung untuk mempunyai berat badan yang lebih ringan dibanding dengan bayi laki – laki. Para laki – laki akan mempunyai permasalahan prostat dimana kelompok perempuan tidak. Contoh kesenjangan kesehatan yang disebutkan akan sulit untuk dinyatakan sebagai hal yang tidak adil. Akan tetapi, perbedaan status nutrisi atau tingkat imunisasi antara kelompok anak perempuan dan anak laki – laki, ataupun perbedaan kemudahan untuk sebagian kelompok etnis untuk mendapatkan penanganan dari henti jantung, adalah permasalahan yang serius dilihat dari perspektif keadilan.
Di Indonesia, upaya pendekatan equity dalam kesehatan telah diterapkan melalui Jaminan Kesehatan Nasional. Sistem tersebut memastikan semua orang mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik tanpa membebani masyarakat secara finansial. Jaminan Kesehatan Nasional mengumpulkan dana dari masyarakat dengan jumlah yang sesuai dengan kemampuan finansial, dimana kelompok sosioekonomi rendah yang telah disubsidi oleh negara. Walau masalah equity dan equality kesehatan di Indonesia masih ada ruang untuk perkembangan, pendirian JKN adalah langkah awal yang tepat untuk pembentukan sistem kesehatan yang adil untuk semua masyarakat.
Referensi:
https://jech.bmj.com/content/57/4/254
Disadur oleh : Eugeu Yasmin
mantep