WHO telah memberikan peringatan mengenai keterbatasan suplai Alat Perlindungan Diri (APD) berupa masker yang terjadi secara global dapat membahayakan tenaga medis dari resiko terkena infeksi COVID-19 ataupun penyakit infeksi lainnya. Keterbatasan masker yang terjadi secara global ini disebabkan oleh kenaikan permintaan barang atau demand, fenomena panic buying, ataupun perilaku oknum – oknum khusus yang melakukan penimbunan dan penyalahgunaan masker.
Tenaga medis dalam melaksanakan pekerjaannya sangat bergantung pada alat perlindungan diri (APD) untuk melindungi diri mereka dan pasien dari resiko menginfeksi atau terinfeksi dari satu sama lain. Keterbatasan masker yang terjadi menyebabkan dokter, perawat dan pekerja – pekerja lain yang bertugas di garda depan pandemi ini berada dalam keadaan bahaya karena dengan kata lain resiko tertular akan menjadi lebih tinggi.
“Tanpa rantai suplai yang terjamin, resiko terinfeksi untuk tenaga medis di seluruh dunia sangatlah nyata. Industri dan pemerintah perlu bergerak cepat untuk meningkatkan suplai, meringankan pembatas ekspor, dan menerapkan langkah – langkah untuk menghentikan spekulasi dan penimbunan. Kita tidak bisa menghentikan COVID-19 tanpa melindungi tenaga medis terlebih dahulu” kata Dr.Tedros Adhanom Ghebreyesus (WHO Director-General)
Setelah munculnya COVID-19 sebagai wabah di beberapa belahan dunia, ketersediaan APD terutama masker bedah sangatlah menipis. Hal ini diperparah dengan permainan pasar yang membuat harga masker bedah (surgical masks) telah menjadi meningkat hingga 6x lipat, masker N-95 respirator telah mencapai 3x harga normal, sedangkan harga gown telah meningkat hingga 2x lipat. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini untuk menekan lonjakan harga yang sangat tinggi di pasaran dan juga menjamin ketersediaan stok APD mencukupi terutama untuk tenaga medis di rumah sakit – rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia.
Indonesia bukanlah satu – satunya negara yang menghadapi permasalahan ini. Singapura merupakan salah satu negara yang lebih dahulu dihadapkan pada permasalahan ini. Jika menengok pada apa yang dilakukan oleh pemerintah Singapura, peran pemerintah sangat krusial dalam menjamin ketersediaan APD untuk tenaga medis di negara itu. Seperti yang dikutip dari sebuah media cetak Singapura, Singapura telah secara efektif merespon dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi COVID-19 bahkan jauh sebelum kasus pertama COVID-19 di Singapura terkonfirmasi.
Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong, mengatakan bahwa sejak beberapa negara seperti Taiwan, Thailand, dan India telah menerapkan pembatasan ekspor masker, pihaknya telah memperkuat ketahanan rantai pasokan masker di Singapura termasuk mencari sumber – sumber baru dan mengembangkan kemampuan manufaktur lokal. Menurut Wong, pemerintah Singapura mengambil langkah yang sangat proaktif untuk mengamankan pasokan penting seperti masker dengan membangun persediaan masker bedah dan N-95 di masa tenang yaitu sebelum masuknya kasus positif COVID-19 di Singapura. Peran pemerintah Singapura pun tak berhenti disana, Wong mengatakan ketika kasus positif COVID-19 telah terkonfirmasi dan persediaan masker dan APD lainnya mulai terpakai, pemerintah segera mencari pasokan APD yang baru untuk mengisi persediaan yang telah terpakai itu.
Kebijakan setiap negara dalam menghadapi pandemi tentunya disesuaikan dengan berbagai profil dari negaranya. Tidak semua kebijakan yang berjalan baik di suatu negara dapat diimplementasikan dengan baik pula di negara yang lain. Namun demikian, hendaknya setiap negara agar dapat saling berkomunikasi dalam menghadapi pandemi yang sedang terjadi, berbagi informasi dan solusi, terus mengkaji perkembangan situasi terkini dan mengimplementasikan kebijakan terbaik agar pandemic Covid-19 dapat ditangani secara cepat dan tuntas. (Saraswati S Putri)
Source :