Di tengah maraknya perayaan tahun baru di seluruh pelosok dunia, Indonesia kembali menghadapi bencana melalui peristiwa banjir yang terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta, hanya beberapa jam setelah pergantian tahun pada 2019 – 2020. Rabu lalu, tepatnya 1 Januari 2020 banjir terjadi di sejumlah wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, mengubah semarak kegembiraan perayaan tahun baru menjadi kesedihan dan kecemasan di hati para penduduk ibukota. Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia, khususnya ibukota Jakarta ketika curah hujan yang turun cukup tinggi. Dampak banjir dirasakan penduduk Jakarta mulai dari kerugian ekonomi, sulitnya mencari makanan dan air bersih, hingga ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh banjir.
Seorang akademisi dan praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Indonesia, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD – KGEH, MMB, FINASIM, FACB dalam wawancaranya dengan Kompas pada Sabtu (4/1) lalu mengatakan bahwa penyakit – penyakit pasca banjir akan meningkat insidensinya setelah banjir dan musim hujan. Beragam penyakit pasca banjir dibagi berdasarkan 3 vektor penyebaran yaitu: penyakit yang diakibatkan oleh bakteri di dalam makanan dan minuman; penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk; dan penyakit yang dibawa oleh vektor hewan pengerat yaitu tikus.
Infeksi bakteri yang muncul setelah banjir umumnya adalah infeksi kolera, disentri, infeksi rotavirus serta demam thyphoid. Sulitnya mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi, higienitas yang kurang saat terjadi banjir, terbatasnya makanan yang memadai, imunitas masyarakat yang menurun mengakibatkan terjadinya penyakit – penyakit ini. Sedangkan demam berdarah adalah penyakit yang juga sering muncul setelah bencana banjir yang dibawa oleh vektor nyamuk. Banyaknya tumpukan sampah dan rongsokan dalam kondisi yang lembab akibat banjir menyebabkan nyamuk demam berdarah dengan mudah berkembang biak.
Leptospirosis merupakan penyakit yang paling sering menjadi wabah baru setelah bencana banjir. Menteri Kesehatan RI, Letjen (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad(K) RI menyatakan, genangan air yang memasuki setiap sudut rumah memudahkan penularan leptospirosis ke dalam tubuh manusia karena tercampurnya air genangan tersebut dengan air kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri leptospira dalam air kencing tikus masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput mukosa seperti di dalam hidung, mulut, mata, kulit yang terbuka serta melalui makanan yang dikonsumsi.
Gejala penyakit Leptospirosis dapat berupa demam, sakit kepala, menggigil, ruam, nyeri otot, mual dan muntah, mata merah, jaundice (kekuningan pada mata dan kulit), diare serta nyeri perut.
Rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan harus dipersiapkan menghadapi hal-hal diatas khususnya jika rumah sakit berada di daerah – daerah yang rawan banjir seperti DKI Jakarta. Kementerian Kesehatan pada tahun 2006 telah menyusun Pedoman Teknis “Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana” dan
“Buku Banjir” yang mengcacu pada standar internasional WHO dalam mengatur hal-hal yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah bencana seperti banjir.
Sebelum Banjir
Langkah – langkah yang dapat dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan sebelum banjir antara lain :
- Membuat peta wilayah
Peta dapat digunakan untuk memperkirakan wilayah yang akan terkena banjir serta sebagai pegangan untuk merencanakan kegiatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir, misalnya, menentukan lokasi pos kesehatan pada daerah rawan banjir
- Koordinasi lintas program dan lintas sektor
- Pelatihan terpadu dengan melibatkan petugas berbagai sektor antara lain Dinkes, Dinsos, TNI/ Polri, PMI, Dinas Kebersihan, Tim SAR
- Peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat
- Pembentukan tim kesehatan dan mobilisasi tenaga kesehatan
Perlu dipersiapkan tenana kesehatan yang khusus dengan keterampilan tertentu (bisa berenang, mendayung, mengoperasikan perahu karet, dan lain – lain)
- Menyiapkan bahan sanitasi (kaporit, aquatab, PAC, kantong sampah, desinfektan, dan lain – lain)
- Melibatkan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir
- Sebelum banjir
- Kerja bakti membersihkan saluran air
- Menutup dan menimbun benda – benda yang dapat menjadi sarang nyamuk
- Membuang sampah pada tempatnya
- Saat banjir :
- Terlibat dalam pendistribusian bantuan
- Membantu proses evakuasi korban
- Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum
- Sesudah banjir
- Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah
- Terlimbat dalam kaporisasi sumur gali
- Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
- Sebelum banjir
- Menyiapkan sarana transportasi pelayanan kesehatan (perahu karet, ambulans, dan sebagainya)
- Menyiapkan sarana komunikasi
- Menyiapkan perlengkapan lapangan
- Menyiapkan obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai
Persiapan obat disesuaikan dengan jenis penyakit yang mungkin timbul
- Menyiapkan identitas untuk pos kesehatan dan petugas
Saat Banjir
Upaya – upaya yang dapat dilaukan saat terjadinya banjir, antara lain:
- Membuka pos kesehatan
- Membantu evakuasi korban
- Memberikan pertolongan pada korban
- Memberikan pelayanan kesehatan gratis
- Merujuk pasien jika diperlukan
- Melakukan penilaian kesehatan secara cepat (Rapid Health Assessment)
- Melakukan surveilans penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB)
Surveilans dilakukan untuk mengantisipaso adanya peningkatan kasus, khususnya beberapa penyakit yang potensial menjadi KLB, antara lain ISPA, diare dan leptospirosis.
- Membuat pencatatan dan pelaporan
Setelah Banjir
Kegiatan – kegiatan yang dapat dilakukan paska banjir antara lain :
- Melakukan perbaikan kualitas air bersih (kaporosasi, pemberian PAC, aquatab)
Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan pemberian penjernih air cepat (Poly Aluminium Chlorine/PAC 1 sachet untuk 20 liter), tawas (1 sendok the untuk 20 liter). Kegiatan kaporisasi dilakukan setelah penjernihan air denan CaOCl2 (14.4 mg/hari dengan sisa chlor 0.2 mg/l)
- Melakukan desinfeksi
Melalui pemberian bahan desinfektan pada barang, tempat dan peralatan lain khususnya untuk sterilisasi peralatan kesehatan.
- Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain dengan 3M (menguras, menutup dan mengubur) tempat – tempat yang memungkinkan nyamuk berkembang biak serta pengasapan (fogging).
- Membantu perbaikan jamban dan sarana pembuangan air limbah (SPAL)
- Melakukan surveilans penyakit berpotensi KLB
- Inventarisasi perbaikan sarana kesehatan
- Evaluasi
(Saraswati S Putri)
Lampiran:
Sumber :
- https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/01/05/ancaman-kesehatan-mengintai-seusai-banjir/
- Kevin, et al. 2015. Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana Banjir di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol3. No3. Aptril 2015. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
- https://www.kemkes.go.id/article/view/20010300003/waspada-leptospirosis-saat-banjir-lakukan-6-hal-ini-untuk-menghindarinya.html
- https://www.cdc.gov/leptospirosis/exposure/hurricanes-leptospirosis.html
- https://www.floodmanagement.info/publications/tools/Tools_23_Health_and_Sanitation_Aspects_of_Flood_Management.pdf
- depkes.go.id