Tahun 2019 akan segera berakhir dalam beberapa minggu. Berada pada era digital saat ini tentunya membuat peranan teknologi menjadi besar untuk digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia kesehatan menjadi salah satu tempat dimana teknologi – teknologi baru dikembangkan dan banyak diterapkan, terutama untuk kepentingan diagnosa penyakit dan juga penanganan atau penyembuhan penyakit. Berikut adalah 10 teknologi yang dikembangkan hingga 2019 dan mendapat perhatian terbanyak dari dunia.
Archive for 2019
Seminggu Menjabat, Direktur RSUD Batara Guru Belopa Baru Akan Usulkan Rumah Tunggu
BELOPA – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batara Guru Belopa Luwu, dr Daud Mustakim akan mengusulkan rumah tunggu, Rabu (30/10/2019).
Dokter Daud baru menjabat seminggu lamanya sebagai direktur RSUD Batara Guru menggantikan direktur lama, dr Fatriwati Rifai, usai dilantik pada, Selasa (22/10/2019).
Dia mulai berkantor pada Senin (28/10/2019) dan menggelar silaturahim di DPRD dan di rumah sakit.
Ada beberapa program yang akan dilakukan dokter Daud kedepan.
Jokowi Resmi Naikkan Iuran BPJS Kesehatan 100 Persen
CNN Indonesia — Presiden Joko Widodo resmi mengerek iuran BPJS Kesehatan untuk peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja sebesar dua kali lipat dari sekarang. Kenaikan iuran bagi peserta mandiri itu berlaku awal 2020 mendatang.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan yang diteken Jokowi pada 24 Oktober 2019.
Implementasi Green Hospital RSUD dr. R Soetrasno Rembang Diversifikasi
KOTA, Radar Kudus – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R Soetrasno Rembang mengimplementasi green hospital. Kemarin tim penilai lomba implementasi green hospital tiba di Rembang. Untuk menilai langsung bagaimana kondisi di rumah sakit plat merah itu. Guna penilaian akhir dalam lomba yang digelar kementerian kesehatan.
Total ada 43 rumah sakit yang ikut lomba tersebut. RSUD dr. R Soetrasno masuk dalam kategori lomba rumah sakit Pemerintah/RSUD/TNI/Polri. ”Yang lolos ke tahap verifikasi lapangan ada 11 rumah sakit,” kata Catur Wahyu Prasetyo, salah satu tim penilai dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Pergantian Direktur RSUD dr Soedomo, Bupati Trenggalek klarifikasi
Trenggalek – Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengklarifikasi pergantian jabatan Direktur RSUD dr Soedomo, Trenggalek yang mendadak sengaja dilakukan percepatan karena pejabat yang lama mengundurkan diri.
“Direktur yang lama merasa kurang bisa mempertanggungjawabkan akreditasi, makanya beliau mengajukan pengunduran diri. Jadi bukan karena kesalahan atau evaluasi namun lebih kepada hal tersebut,” kata Nur Arifin di Trenggalek, Jawa Timur, Selasa.
Nur Arifin sengaja mengklarifikasi kebijakan mutasi struktural yang dilakukannya di lingkup manajemen RSUD dr Soedomo hingga tingkat pucuk pimpinan meski baru dijabat dua bulan oleh dokter spesialis paru dr. Joko Susilo, Sp.P.
Asap Cerobong Incinerator Dikeluhkan Masuk Ke Kamar Pasien, Ini Tanggapan Manajemen RSUD Banjarbaru
BANJARBARU – Fasilitas incinerator di RSUD Idaman Banjarbaru dikeluhkan. Pasalnya, tak jarang asap dari cerobong alat pembakar limbah medis masuk ke ruang perawatan pasien di lantai III rumah sakit setempat.
Kondisi tersebut terjadi karena tinggi cerobong asap incinerator sama dengan tinggi gedung RSUD Banjarbaru.
Warga Sungai Besar, Jauhari mengaku, terkejut ketika menengok seorang teman yang tengah di rawat di lantai III RSUD setempat.
RSUD RAA Soewondo Pati Ajukan Akreditasi Baru
PATI—Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RAA Soewondo di Pati sedang menjalani proses akreditas baru pada 28 Oktober—1 November 2019. Harapannya, fasilitas kesehatan itu mencapat bintang lima.
Dikutip dari siaran resmi Pemkab Pati, Suworo Nurcahyono, Direktur RSUD RAA Soewondo, mengatakan bahwa akreditasi yang dilakukan oleh tim Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) ini merupakan kali kedua. Akreditasi yang pertama dilakukan pada 2016 dan berakhir pada 14 November 2019.
Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Kesehatan di Indonesia, Thailand, dan Afrika Selatan
Reportase
Webinar Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Kesehatan di Indonesia, Thailand, dan Afrika Selatan
24 Oktober 2019
Dok. PKMK – (kiri) Piya Hanvoravongchai (Program Director, The Equity Initiative) dan (kanan) Prof. Laksono Trisnantoro (PKMK UGM) pada webinar terkait kesetaraan kesehatan pada Kamis (24/10/2019) di UGM.
Kesetaraan kesehatan melibatkan upaya bersama dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan bagi semua orang dan mengurangi ketidakadilan kesehatan. Kesetaraan kesehatan harus dicapai oleh setiap negara. Meskipun demikian, setiap negara masih menghadapi berbagai tantangan terkait akses pelayanan kesehatan dan proteksi finansial. Webinar kali ini membahas tantangan mewujudkan kesetaraan kesehatan di Thailand, Afrika Selatan, dan Indonesia.
Kesetaraan kesehatan di Thailand menunjukkan bahwa Thailand memulai proteksi jaminan sosial pada 1970 untuk rakyat miskin, pegawai pemerintah, dan sektor formal dengan tantangan adverse selection pembiayaan, cakupan yang rendah dari sektor informal. Hal tersebut bukan hanya menjadi tantangan teknis, melainkan juga sangat politis. Pada 2002, Thailand menerapkan universal health coverage (UHC) yang terkenal dengan program asuransi kesehatan “30 Baht” dengan cakupan 92.4% dari total penduduk. Akhirnya pada 2008, cakupan UHC di negara tersebut mencapai 99%. Pencapaian tersebut tetap menghadapi tantangan seperti kesetaraan untuk akses pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan, dan proteksi terhadap resiko finansial. Tantangan lain yang dihadapi Thailand adalah non communicable diseases, rendahnya utilisasi fasilitas kesehatan bagi penduduk lanjut usia terutama menurunnya jumlah lansia yang hidup bersama anak dan dukungan untuk biaya non medis, terutama untuk lansia miskin di daerah pedesaan. Hal tersebut belum termasuk tantangan asuransi kesehatan untuk migran.
Di sisi lain, berbicara mengenai Afrika Selatan, banyak pencapaian penting dalam status kesehatan sejak demokrasi 1994 namun dirusak oleh ketidaksetaraan dan tingkat kemiskinan tinggi untuk negara berpenghasilan menengah. Penduduk kulit hitam tetap menghadapi kesulitan untuk mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan serta ketidaksetaraan gender karena sejarah kolonial dan apartheid. Pada 2012 dengan dikeluarkannya Rencana Pengembangan Nasional, Afrika Selatan memiliki peta jalan untuk memberantas kemiskinan absolut, mengurangi tingkat pengangguran, dan secara signifikan mengurangi ketidaksetaraan. Rencana pengembangan nasional tersebut menargetkan bahwa pada 2030 Afrika Selatan dapat mencapai tingkat harapan hidup 70 tahun, menghasilkan generasi di bawah 20 tahun yang bebas HIV, mengurangi beban penyakit (NCD, HIV/TB, kekerasan, kesehatan ibu dan anak), mencapai UHC, dan secara signifikan mengurangi social determinant penyakit dan faktor lingkungan yang merugikan. Namun saat ini, Afrika Selatan masih menghadapi tantangan pencapaian indikator kesehatan yang tidak merata antar provinsi, pendapatan rumah tangga, pendidikan, perlakuan rasis, pengangguran dan kemiskinan, minimnya faktor kepemimpinan pemerintah pada sistem kesehatan, maupun perencanaan kesehatan yang terfragmentasi.
Demikian pula kondisi di Indonesia yang ditunjukkan dengan portabilitas layanan rujukan dengan kasus jantung masih menunjukkan bahwa penduduk di wilayah Indonesia Timur seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur lebih banyak mencari fasilitas layanan jantung di kota – kota besar di Jawa. Meskipun jaminan kesehatan nasional sudah diterapkan sejak 2014, utilisasinya belum dapat dinikmati oleh semua penduduk Indonesia. Kesenjangan antara penduduk miskin dan kaya semakin lebar terutama untuk cakupan dan pembiayaan. Indonesia masih menghadapi ketimpangan distribusi rumah sakit dan tenaga spesialis ditambah dengan tantangan lain seperti kondisi geografis.
Kesetaraan kesehatan masih menjadi masalah di Thailand, Afrika Selatan, bahkan Indonesia. Tantangan mengurangi ketidaksetaraan masih memerlukan berbagai upaya, diantaranya perlu aksi seperti meningkatkan pemahaman terhadap kesetaraan kesehatan, memperkuat bukti, mengintegrasikan berbagai pandangan mengenai kesetaraan kesehatan, mengubah narasi publik, mobilisasi untuk perubahan sistemik, dan membangun kemitraan dan kepemimpinan.
Reporter: Elisabeth L (PKMK UGM)
Kabupaten Tasikmalaya Kekurangan Rumah Sakit
SINGAPARNA – Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya memiliki jumlah penduduk 1.747.318 jiwa yang tersebar di 39 Kecamatan. Jika melihat dari jumlah penduduk itu, Pemkab Tasikmalaya masih kekurangan Rumah sakit. Hal ini mengacu pada aturan WHO dimana idealnya jumlah bed di Kabupaten Tasikmalaya 1:1000. Artinya untuk 1 bed digunakan untuk 1000 orang.
“Kalau jumlah penduduk kita saat ini 1,7 juta, berarti masih kekurangan 1700 bad. Itu jika mengacu pada ketentuan WHO, “ kata Kabid Kemedikan RS Singaparna Medika Citrautama dr.Iman Firmansyah melalui sambungan telepon, Sabtu (26/10/2019).
Fokus ke Layanan RS yang Lebih Baik, Bupati Mas Ipin Mutasi Banyak Pejabat RSUD dr Soedomo
TRENGGALEK – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin memutasi enam pejabat di RSUD dr Soedomo Trenggalek, Senin (28/10/2019).
Mutasi ini berbarengan dengan mutasi beberapa pejabat lain di lingkungan pemkab.
Posisi Direktur RSUD kini diduduki oleh dr Sunarto. Ia sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Menunjang Medis di instansi yang sama.