Reportase
Webinar Scaling up Health Equity and Innovative Solution for UHC in South East Asia
Community of Practice for Health Equity
12 Desember 2019
Webinar masyarakat praktisi health equity kali ini membahas isu ketidaksetaraan kesehatan dalam implementasi Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia dan Filipina, dimoderatori oleh Senior Equity Initiative Fellow, dr. Tiara Marthias, MPH. Sebagai narasumber dari Indonesia, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD membahas seputar kondisi UHC di Indonesia.
Beberapa isu yang saat ini dihadapi oleh Indonesia antara lain defisit dan kesetaraan, fragmentasi sistem kesehatan dan kualitas layanan kesehatan. Defisit diakibatkan sebagian besar oleh kelas menengah dan terdapat perbedaan signifikan antar wilayah geografis dalam hal kualitas layanan. Alokasi pembelanjaan negara untuk kesehatan hanya 5% termasuk untuk orang tidak mampu , sementara lapangan kerja untuk kesehatan sangatlah terbatas, tidak cukup menampung tenaga kesehatan yang baru lulus di setiap tahunnya. GDP Indonesia selalu naik, tetapi pembelanjaan untuk kesehatan tidak meningkat. Di sisi lain, selama beberapa tahun terakhir Indonesia mencapai perbaikan taraf kesehatan seperti meningkatnya angka harapan hidup. Diharapkan, UHC di Indonesia hadir untuk kesetaraan bagi semua dalam akses layanan kesehatan.
Selanjutnya, Beverly Ho, MD, MPH, Senior Equity Initiative Fellow menggambarkan sejarah dan kondisi UHC di Filipina. PhilHealth adalah lembaga UHC yang berperan di Filipina dimana pembiayaanya disuplai oleh pemerintah, sipil, dan firma. Hal yang membedakan dengan Indonesia adalah implementasi UHC di Filipina dilakukan secara bertahap sejak 2000. Filipina memperluas cakupan UHC dalam 3 tahap, dimana cakupan bagi orang miskin semakin lama semakin meningkat. Kurang lebih serupa dengan kondisi di Indonesia, daftar penyakit dengan klaim tertinggi di Filipina, sebagai contoh prosedur cuci darah dan melahirkan adalah kelompok dengan klaim tertinggi.
Piya Hanvoravongchai, MD, M.Sc, Sc.D, Direktur Program The Equity Initiative memberikan tanggapannya terkait ketidaksetaraan pada kasus dua negara tersebut. Menurut Piya, sejauh ini kedua negara telah bergerak ke arah yang benar. Indonesia memiliki cakupan yang lengkap dan komprehensif tetapi berjuang untuk mempertahankan, sedangkan Filipina lebih fokus pada layanan kesehatan primer tetapi sedang memperluas manfaatnya. Tantangan besar UHC bukan hanya pembiayaan, namun juga bagaimana membangun sistem kesehatan yang kuat. Sejak adanya inisiasi UHC, investasi sebagian besar teralihkan ke asuransi kesehatan saja, sementara sistem kesehatan masih kurang dibangun. Selain itu, jangan melupakan isu determinan sosial kesehatan dan investasi dalam penelitian dan pengetahuan. Terakhir, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MBA National Committee The Equity Initiative juga memberikan tanggapannya, bahwa selain pembiayaan kesehatan, hal yang perlu lebih banyak diberi perhatian adalah health outcomes, sehingga dapat membawa kita merefleksikan apa yang telah kita capai selama UHC.
Reporter : Faiq Hilmi