Pelayanan bedan RSUD Banten untuk sementara waktu ini tak bisa difungsikan dan memberikan pengobatan kepada pasien.
Pasalnya, infrastruktur sekitarnya mengalami kerusakan akibat hujan lebat dan angin kencang yang melanda Kota Serang, belum lama ini.
Demikian terungkap dalam inspeksi mendadak (sidak) Komisi V DPRD PBanten ke RSUD Banten, Kecamatan Curug, Kota Serang, Selasa (19/11).
Selama sidak dimulai sekitar pukul 10.00 WIB. Sejumlah anggota wakil rakyat tersebut menelusuri setiap ruang di rumah sakit plat merah itu. Mulai dari instalasi gawat darurat (IGD), ruang rawat inap, hingga layanan poli.
Dalam kesempatan itu pula, Anggota Komisi V ini memantau sejumlah bangunan gedung yang mengalami kerusakan. Kerusakan berat terlihat di lantai tiga, tepatnya berdekatan dengan ruang bedah.
Di sana, atap dan plafon mengalami jebol cukup besar, bahkan saat itu wartawan bisa melihat langit secara langsung dari lubang atap.
Lantaran hal tersebut, sejumlah ruangan ditutup dan tak bisa digunakan. Sejumlah ruangan itu porak poranda oleh reruntuhan atap dan plafon.
Anggota Komisi V DPRD Banten Furtasan Ali Yusuf mengatakan, sidak dilakukan untuk melihat pelayanan di rumah sakit plat merah tersebut terutama pasca dilanda angin kencang. Hasilnya, pihaknya mendapati ada pelayanan yang terganggu, yakni untuk layanan bedah.
“Apa lagi tadi saya lihat kejadian luar biasa soal dan itu sudah kita lihat fakta, semua posisi pelayanan terganggu atau tidak. Cuma tadi yang tidak dilayani adalah soal (pelayanan) bedah saja,” ujarnya kepada awak media usai sidak.
Ia menjelaskan, tak beroperasinya layanan bedah jelas sangat berdampak bagi RSUD Banten. Pasalnya, bedah merupakan layanan dasar yang ada di rumah sakit.
“Itu menurut saya pelayanan yang dasar, karena rumah sakit tanpa bedah seperti apa gambarannya. Harus dirujuk sana-sini, khawatirnya pada saat pelaksanaanya khawatir dipingpong,” ungkapnya.
Diakui Furtasan, kekhawatirannya sudah diantisipasi oleh pihak rumah sakit. RSUD Banten telah bekerja sama dengan tiga rumah sakit terdekat yaitu RSUD Drajat Prawiranegara, RS Hermina dan RS Sari Asih Serang.
“Menurut saya itu solusi sementara. Kalau soal (ruangan di tiga rumah sakit) penuh memang kembali ke rumah sakit yang tersedianya, tetapi sebagai tanggung jawab rumah sakit di sini sudah dilaksanakan dan menurut saya SOP (standar operasional prosedur)-nya semua hampir sama,” ungkapnya.
Selain soal pelayanan, hasil sidak juga menyoroti menyoroti soal arsitektur atau tampak kasat mata bangunan RSUD Banten. Dia menilai, tampilannya tak mencerminkan sebagai rumah sakit milik Pemprov Banten.
“Setelah saya melihat secara langsung, kaget saya. RSUD Banten tidak seperti yang ada di benak kita. Artinya masih banyak pembenahan dari sana sini. Dari sisi penampilan, arsitekturnya tidak tahu seperti apa benaknya dalam perencanaan. Yang jelas ini tidak enak dipandang mata,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSUD Banten Danang Hamsah Nugroho memengaku menutup sementara layanan bedah pasca atap jebol. Meski demikian, pihaknya tetap melayani jika ada pasien yang datang.
“Kami tak menolak pasien, tetap kita layani. Kalau perlu bedah kita rujuk ke RS yang memungkinkan. Kita kerja sama dengan (RSUD) Drajat (Prawiranegara), Hermina dan Sari Asih. Sejak hari kejadian, sudah ada 10 (pasien) yang dirujuk,” tegasnya.
Agar pelayanan bisa kembali normal, pihaknya mulai kemarin sudah memulai proses perbaikan. Seluruh pembiayaan yang timbul sepenuhnya di tanggung oleh kas RSUD Banten selaku Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
“Sudah kami drone dan ukur itu perkiraan perbaikan membutuhkan anggaran Rp 150 juta dengan perkiraan lama pengerjaan selama dua minggu,” pungkasnya. [ars]
Sumber: rmolbanten.com