Reportase
International Hospital Federation World Congress 2019
Hari 1 Bagian 1 | Hari 1 Bagian 2 | Hari 2 Bagian 1 | Hari 2 Bagian 2
Hari Ke – 1 (6 November 2019)
Kegiatan hari pertama International Hospital Federation World Congress pada 6 November 2019 di Oman utamanya mencakup aktivitas pra kongres dan opening ceremony oleh Kementerian Kesehatan Kesultanan Oman. Kegiatan pra kongres terbagi ke dalam dua sesi paralel, yaitu workshop on unlocking hospital transformative potential for primary health care (PHC) and universal health coverage (UHC), serta workshop on economics for healthcare leaders.
Workshop pertama berorientasi pada komitmen bersama pemimpin dunia dalam mewujudkan UHC, dimana dalam pelaksanaannya memerlukan sistem kesehatan yang memiliki pelayanan primer yang kuat. Rumah sakit saat ini terkesan ‘jauh’ dengan urusan layanan primer, yang menuntut upaya promotif dan preventif yang masif. Selain itu, institusi layanan primer dan sekunder/tersier sering tidak terkoneksi, baik oleh karena faktor institusi maupun sistem. Transformasi rumah sakit diperlukan agar dapat mendukung upaya pelayanan komprehensif yang diharapkan dalam sistem kesehatan berbasis UHC.
Kegiatan ini mendorong peserta untuk berpikir out of the box terhadap peran dan tanggung jawab rumah sakit di masing – masing negara dan merumuskan rumah sakit yang ideal dalam mendukung misi UHC. Topik yang dibahas diantaranya:
- Peningkatan care pathway untuk perawatan ambulatori kronis;
- Peningkatan akses, keberlanjutan, dan kualitas pelayanan paliatif;
- Penguatan pelayanan kegawat daruratan; dan
- Penguatan governance rumah sakit.
Aktivitas ini merupakan bagian dari pilot program World Health Organization (WHO) bertajuk “Fast forward initiative for community – and person -centered hospitals and health services”, dimana hasil proses diskusi ini akan menjadi masukan untuk pengembangan hospital transformation incubator. Sebuah proyek untuk mendukung pengelola rumah sakit dalam menghasilkan inovasi bersama terkait layanan kesehatan yang komprehensif dan berbasis komunitas.
Workshop kedua berfokus pada penerapan konsep health economics dalam mendukung manajemen rumah sakit. Secara umum, pembicara menekankan pentingnya pemahaman pimpinan rumah sakit terhadap business and behavioral economics, dan strategi mengaitkan konsep ini untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.
Workshop ini terbagi dalam dua sesi, dimana sesi pertama berorientasi pada teori ekonomi yang perlu dipahami oleh stakeholder kesehatan. Secara umum, sesi ini memberikan gambaran mengenai pentingnya pemahaman terhadap kebutuhan, persediaan, dan pilihan dalam sistem kesehatan. Konsep economic incentives, dimana mempelajari motivasi stakeholder kesehatan untuk berperilaku dalam suatu sistem. Principal – agent model, yaitu relasi antara pengambil keputusan, pemberi biaya, dan sistem kesehatan; serta behavioral economics sebagai metode analisis terhadap pengambilan keputusan stakeholders.
Sesi kedua mencakup ranah aplikasi teori ekonomi dalam meningkatkan performa rumah sakit. Menurut pembicara, terhambatnya kinerja sistem kesehatan dapat dipengaruhi oleh perbedaan perspektif terkait efektivitas dan efisiensi antar stakeholders. Teori ekonomi dapat menjadi panduan yang reliable dalam merencanakan target efisiensi kinerja dalam suatu sistem. Selain itu, teori ekonomi dapat diaplikasikan dalam mendukung stakeholder dalam memperoleh profit apabila diintegrasikan dengan strategi bisnis institusi tersebut.
Kegiatan hari ke – 1 ditutup dengan opening ceremony yang dihadiri langsung oleh H.E. Dr. Ahmed Mohammed Obaid Al Saidi, Menteri Kesehatan Kesultanan Oman. Dalam sambutannya, Ahmed menyampaikan bahwa Kesultanan Oman masih berada dalam fase pengembangan infrastruktur dan sumber daya yang berbasis pada technology based healthcare dan sistem kesehatan yang terintegrasi. Selain itu, tema yang diangkat dalam kongres ini, “People at the Health of Health Services in Peace and Crisis”, merepresentasikan situasi kesehatan di Mediterania Timur yang beberapa negaranya berjibaku dengan krisis kemanusiaan dan konflik antar etnis. Penyelenggaraan kongres ini diharapkan dapat membantu negara – negara Timur Tengah dalam membangun sistem kesehatan yang adaptif, berkelanjutan, dan inovatif baik dalam situasi apapun.
Dr. Francisco R. Balestrin, Presiden International Hospital Federation (IHF), memulai sambutannya dengan menjelaskan peran rumah sakit yang semakin kompleks dalam mengimplementasikan layanan komprehensif. Selain itu, UHC memberikan tantangan untuk mewujudkan people centred care, dimana patient safety dijunjung tinggi, dengan tidak mengesampingkan financial sustainability. Semakin beragamnya jenis dan model stakeholder juga menuntut integrasi antar institusi. Untuk itu, transformasi diperlukan oleh rumah sakit untuk menyesuaikan diri dengan sistem terkini, paradigma value based healthcare, dan perkembangan teknologi.
Keynote speaker dalam kegiatan ini adalah Dr. Ahmed Al-Mandhari selaku WHO Regional Director for the Eastern Mediterranean dengan tajuk “key role to achieve Sustainable Development Goals (SDGs) and UHC in challenging region”. Pemaparan diawali dengan inisiasi program triple billion oleh WHO pada 2019 untuk mendukung capaian SDGs. Inisiasi ini menargetkan dalam lima tahun ke depan, terdapat satu milyar orang yang telah tertanggung asuransi kesehatan, satu milyar orang yang terlindungi kebutuhan pelayanan kegawatdaruratannya, serta satu milyar orang penerima manfaat program promosi dan perlindungan kesehatan. Untuk mewujudkan misi tersebut, diperlukan faktor – faktor pendukung, diantaranya:
- Kestabilan sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik;
- Sistem kesehatan yang responsif, efisien, berkeadilan, berkualitas, dan adaptif; serta
- Kerja sama lintas sektoral
Situasi sistem kesehatan di Mediterania Timur saat ini sangat kompleks, dipengaruhi oleh tingginya beban penyakit tidak menular dan situasi konflik bersenjata di beberapa negara. Untuk itu, WHO memfasilitasi pengembangan strategi lintas negara dengan tujuan untuk mengembangkan UHC, menjamin tersedianya pelayanan kegawatdaruratan, dan mempromosikan masyarakat sehat. Perubahan transformatif dipersiapkan melalui enam pendekatan: 1) pembangunan kapasitas kesehatan masyarakat; 2) peningkatan kesiapsiagaan di bidang kesehatan; 3) penguatan kerja sama lintas stakeholder; 4) advokasi kesehatan yang efektif; 5) mobilisasi sumber daya; dan 6) perumusan inovasi.
Sebagai penutup, pembicara menekankan perlunya pergeseran paradigma pelayanan kesehatan di era UHC. Pergeseran ini mencakup:
Reporter: Haryo Bismantara (HPM UGM)