Pengelolaan data kesehatan pada akhirnya dapat memberikan perawatan lebih baik kepada pasien. Menurut IBM, diperkirakan rata – rata orang akan menghasilkan lebih dari satu juta giga byte data terkait kesehatan selama masa hidupnya dan akan tergandakan setiap dua hingga lima tahun. Penelitian dari IDC meramalkan bahwa data kesehatan akan tumbuh menjadi 2,314 Exabytes pada 2020 dari angka 153 Exabytes pada 2013, dengan tingkat pertumbuhan 48% per tahun. Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi penyedia layanan kesehatan. Bagaimana dapat mengatur dan menyiapkan data untuk meningkatkan kualitas perawatan untuk pasien?
Diketahui bahwa analisis data yang mendalam merupakan prasyarat untuk memanfaatkan Learning Machine (LM) dan Kecerdasan Buatan (AI). Di sisi lain, penyedia layanan kesehatan menghadapi dilema bahwa sekitar 80% data tidak terstruktur, sementara untuk mempersonalisasikan perawatan dan meningkatkan presisi obat, penyedia layanan harus memastikan bahwa mereka dapat menangkap, memilah, dan menindaklanjuti kumpulan data yang mereka miliki.
Marie Kondo – pelopor seni merapikan dari Jepang terkenal dengan metode mengorganisir barang – barang untuk tujuan hidup lebih baik dapat memberikan filosofi yang menarik untuk dipelajari terkait pengelolaan data kesehatan.
- Tips 1: Visualisasikan Tujuan
Penyedia layanan kesehatan perlu memikirkan cita – cita dan visi yang ingin dicapai, apakah hal tersebut untuk meningkatkan desain dan proses uji klinik, mengembangkan beberapa pilihan perawatan, atau untuk menetapkan pedoman perawatan yang konsisten. Memiliki visi yang jelas akan menghindari kesalahan investasi teknologi dan perlu diingat bahwa penyedia layanan kesehatan harus menjaga keamanan data tersebut. Selain itu dengan visi yang jelas dapat mengembangkan kerangka kerja strategis dan memutuskan jenis sistem data yang diperlukan.
- Tips 2: Merapikan Data
Mengidentifikasi dan mengatur serta mengkonsolidasikan data sesuai dengan kategori. Langkah awal yang perlu dikerjakan adalah membangun kerangka kerja untuk memandu pengumpulan data secara efisien dan terintegrasi, seperti status kesehatan pasien, informasi jenis perawatan dan obat yang diresepkan, maupun hasil tes laboratorium. Perekaman dan penataan data klinis yang tepat dapat mendukung pengambilan keputusan klinis dan mendukung optimalisasi alur kerja.
- Tips 3: Kerja sama
Pengelolaan data merupakan usaha bersama yang jarang dapat dicapai sendiri karena data kesehatan tersebut tidak hanya bersumber dari rumah sakit, tetapi juga perusahaan teknologi yang memungkinkan pengumpulan dan transmisi data kesehatan. Sebagai contoh kemitraan Google dan Fitbit, dimana Fitbit memanfaatkan Google Cloud API layanan kesehatan untuk diintegrasikan dengan catatan elektronik kesehatan pasien.
Metode ini dapat menjadikan penyedia layanan kesehatan mengembangkan strategi pengelolaan data. Perlu diingat bahwa strategi tersebut tidaklah statis, seiring dengan industri dan teknologi yang selalu berkembang, penyedia layanan kesehatan harus selalu mengevaluasi dan beradaptasi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan optimal bagi pasien (Elisabeth Listyani).
*Disadur dari Asian Hospital and Healthcare Management, Issues 45, 2019.