Dunia kesehatan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang ada saat ini di Indonesia terus bertambah. Penambahan rumah sakit tidak hanya di kota – kota besar, tetapi juga sampai ke pelosok wilayah Indonesia
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, maka yang dikatakan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat didirikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau swasta.
Untuk mendirikan rumah sakit, tidaklah mudah karena rumah sakit memerlukan modal yang besar dan sumber daya manusia yang banyak dalam arti kualitas dan kuantitas. Kualitas di sini dimaknai dengan banyaknya profesi yang bekerja di rumah sakit seperti dokter, perawat, penata laboratorium, penata anestesi, ahli gizi. Dari sisi kuantitas, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk melayani pasien di rumah sakit cukup banyak jumlahnya.
Saat ini masyarakat dan ataupun pasien – pasien juga semakin cerdas dalam memilih layanan rumah sakit. Masyarakat lebih selektif dalam memutuskan menggunakan layanan rumah sakit mana yang akan dituju. Masyarakat menengah atas cenderung memilih rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan plus dengan kualitas cukup bagus, kecepatan dalam penanganan terhadap pasien, pelayanan yang ramah dan personal, serta kenyamanan.
Kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan juga semakin meningkat dan akan lebih baik lagi jika sarana kesehatan tersebut dapat dengan mudah dijangkau dari tempat tinggal masyarakat. Terlebih lagi jika rumah sakit tersebut menyediakan berbagai layanan spesialisasi dengan harga yang dapat dijangkau serta memberikan layanan dengan kualitas yang cukup bagus.
Kebutuhan akan layanan tersebut merupakan suatu peluang untuk melayani masyarakat di daerah Pekanbaru dengan pembangunan rumah sakit baru. Untuk mewujudkan hal tersebut, harus diupayakan dengan hati – hati dan menghitung berbagai indikator untuk mengetahui besarnya peluang membangun rumah sakit tersebut.
Pembangunan sebuah rumah sakit membutuhkan investasi keuangan yang tidak sedikit. Berdasarkan banyaknya kebutuhan pelayanan kesehatan terutama rumah sakit, maka perlu diketahui kelayakan investasi keuangan dari pembangunan rumah sakit.
Menurut Ibrahim (1997: 3) studi kelayakan bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha/proyek dan hasil dari penilaian kelayakan tersebut merupakan suatu pertimbangan apakah usaha/proyek tersebut diterima atau ditolak. Faktor – faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan adalah menyangkut beberapa aspek antara lain aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, lingkungan dan keuangan. Aspek keuangan merupakan aspek utama bagi keberhasilan dan kesinambungan suatu usaha karena aspek ini menentukan kelayakan usaha yang akan dijalankan dapat memberi keuntungan atau tidak.
Rumah sakit sebagai entitas juga melaksanakan proyek investasi dan merupakan indikator khas dalam strategi pengembangan atau pembangunan rumah sakit. Secara umum, rumah sakit atau perorangan dapat melakukan investasi ke sumber daya nyata (barang berwujud) dalam hal ini yang bisa dilihat secara kasat mata atau melakukan investasi untuk aset tidak berwujud atau aset keuangan.
Banyak rumah sakit melakukan investasi, diantara rumah sakit tersebut dari sektor swasta, mendirikan rumah sakit baru, yaitu rumah sakit yang dibentuk dari awal atau dari kondisi tidak ada sama sekali. Kinerja rumah sakit yang melakukan usaha dimulai dengan menyusun suatu proyek investasi sebagai rumah sakit baru harus dilengkapi dengan aset tetap yang memadai seperti, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin serta lain – lain.
Dalam praktek ekonomi, dua metoda pembiayaan investasi dan penyelesaian proyek yaitu project finance dan corporate finance. Corporate finance yaitu mengambil keputusan investasi oleh perusahaan – perusahaan yang sudah berfungsi di pasar sebagai tahap pengembangan selanjutnya dari perusahaan. Project finance melibatkan tujuan tertentu. Satu – satunya tujuan yaitu untuk mengelola proyek yang dilakukan atas perusahaan atau perorangan dalam tahapan investasi. Dimulai pada tahap perencanaan sampai dengan tahapan operasional. Metoda pembiayaan proyek digunakan terutama untuk tujuan yang lebih luas, kompleks dan memerlukan investasi yang padat modal. Contoh umum investasi yang lebih luas adalah membangun pabrik atau membangun infrastruktur (Gabrys : 2013).
Menurut Husnan dan Muhamad (2000: 4) bahwa studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Sebelum melakukan keputusan untuk berinvestasi maka terlebih dahulu melakukan suatu studi kelayakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terlanjurnya penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Rumah sakit sebagai suatu entitas juga memerlukan investasi yang cukup besar. Investasi tersebut dipergunakan untuk membangunan bagunan dan membeli peralatan yang tidak sedikit jumlahnya.
Gray dkk (1997: 6) menyatakan bahwa tujuan analisis proyek ada 4 (empat). Tujuan tersebut antara lain:
- Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi suatu proyek.
- Menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan.
- Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek yang menguntungkan.
- Memilih prioritas investasi.
Penilaian Kelayakan Investasi
Husnan dan Muhammad (2000: 17-19) mengungkapkan beberapa aspek yang dapat diteliti dalam studi kelayakan antara lain aspek pasar, teknis, manajemen, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Aspek keuangan adalah menghitung rasio antara pengeluaran dan penerimaan proyek (cost and revenue earnings). Dalam hal ini dapat diketahui apakah proyek tersebut nantinya mampu berkembang dan berdiri sendiri secara finansial. Penentuan kelayakan keuangan perlu diestimasi dan diekspektasikan dari setiap potensial kegunaan tertinggi dan terbaik. Analisis kelayakan keuangan ini memperhatikan tarif rumah sakit, biaya operasional rumah sakit, pendapatan bersih dan tingkat pengembalian.
Metoda Capital Budgeting
Menurut Brigham dan Daves (2007: 397) yang dimaksud dengan Capital Budgeting adalah proses pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajer untuk mengidentifikasi semua proyek yang menambah nilai perusahaan. Capital budgeting juga memutuskan arah strategi perusahaan karena melibatkan produk baru, jasa dan pasar yang akan dicapai dengan menyediakan atau mengeluarkan modal. Selain itu, hasil dari capital budgeting merupakan keputusan jangka panjang, tidak fleksibel dan pada perencanaan capital budgeting yang kurang bagus bisa mengakibatkan konsekuensi keuangan. Rumah sakit yang melakukan banyak investasi bisa mengakibatkan kelebihan kapasitas dan menghabiskan modal investor dilain sisi jika rumah sakit tidak melakukan investasi maka peralatan yang ada tidak bisa berproduksi secara optimal.
Dalam menghitung biaya modal sangat banyak metoda yang dapat dilakukan. Brigham dan Daves (2007: 400-416) mengelompokkan menjadi 7 metoda utama yang sering digunakan untuk mengurutkan dan memutuskan apakah proyek tersebut diterima dan dilaksanakan. Ketujuh hal tersebut adalah: 1) Payback, 2) Discounted Payback, 3) Net Present Value (NPV), 4) Internal Rate Of Return (IRR), 5) Modified Internal Rate Of Return (MIRR), 6) Profitability Index (PI), 7) Accounting Rate Of Return (ARR). Untuk metoda ketujuh yaitu ARR, menurut Brigham dan Daves (2004: 400) sebaiknya tidak digunakan sebagai bagian dalam menilai kelayakan suatu proyek.
- Payback dan discounted payback memperlihatkan waktu pengembalian, tingkat risiko dan likuiditas suatu proyek. Waktu payback yang pendek berarti proyek tersebut baik untuk dilaksanakan, dan waktu payback yang panjang berarti bahwa investasi akan tertutup dalam waktu yang lama dan proyek relatif tidak likuid.
- Net Present Value (NPV) merupakan hitungan selisih nilai sekarang dengan nilai – nilai pada masa yang akan datang yang diterima saat ini.
- Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol dengan tingkat diskonto dalam bentuk persentase. Modified Internal Rate of Return (MIRR) hampir sama dengan dengan IRR, tetapi pada MIRR diasumsikan bahwa aliran kas dari semua proyek diinvestasikan kembali pada biaya modal, sedangkan pada IRR diasumsikan bahwa aliran kas dari masing – masing proyek yang diinvestasikan kembali pada proyek IRR itu sendiri.
- Profitability Index (PI) menunjukkan tingkat keuntungan relatif dari setiap proyek.
- Accounting Rate of Return (ARR) mengukur pendapatan bersih dari investasi dan dinyatakan dalam persentase. Time value of money pada pengukuran ARR ini tidak diperhatikan, sehingga bisa salah dalam pengambilan keputusan.
Biaya Modal (Cost of Capital)
Penentuan tingkat diskonto atau kapitalisasi ini sebagai denominator untuk mengkonversi arus kas bebas menjadi indikasi nilai dari suatu business interest. Tingkat diskonto adalah proses untuk mengkonversi satu atau rangkaian pendapatan mendatang menjadi suatu perkiraan atau indikator nilai kini (present value). Tingkat kapitalisasi dan tingkat diskonto adalah tingkat bunga atau tingkat balikan dalam persen untuk mengkonversi pendapatan atau arus kas menjadi nilai.
Sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan dalam melangsungkan usahanya disebut sebagai kapital. Kapital yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah hutang dan ekuitas saham. Menurut Ruky (1999: 140) komposisi hutang dan ekuitas yang digunakan perusahaan tersebut disebut struktur kapital. Pada umumnya yang termasuk dalam struktur kapital adalah hutang jangka panjang dan ekuitas. Nilai perusahaan selalu mengacu kepada nilai pasar struktur kapital perusahaan tersebut yang terdiri atas hutang dan ekuitas untuk menghasilkan pendapatan. Tingkat balikan atau tingkat diskonto yang diinginkan harus mencerminkan biaya setiap komponen struktur kapital yang digunakan.
Untuk menghitung tingkat diskonto/biaya kapital yang menggunakan rata – rata biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital) dimulai dengan menghitung biaya ekuitas terlebih dahulu kemudian menghitung biaya hutang.
- Biaya Ekuitas (cost of equity)
Biaya Ekuitas (cost of equity) adalah tingkat pengembalian dari investasi yang dibutuhkan atas investasi modal dalam suatu perusahaan. Menururut Brigham dan Daves (2007: 301) terdapat tiga metoda yang dapat digunakan untuk menentukan biaya ekuitas (cost of equity) yaitu: Capital Asset Pricing Model (CAPM), Discounted Cash Flow dan Bond Yield Plus Risk Premium Approach. Ketiga metoda tersebut tidak saling menggantikan. Tidak ada satu metoda yang mendominasi di antara ketiganya dan semuanya bisa saja terjadi kesalahan dalam implementasi metoda tersebut.
Dalam pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), tingkat pengembalian adalah biaya ekuitas (Cost of Equity). Cost of Equity ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
Re (rate of return) equity = Risk Free Rate (Rf) + Beta x Risk Premium (Rp)
Di mana:
Re (rate of return) equity = tingkat pengembalian ekuitas yang diinginkan
Risk Free Rate (Rf) = tingkat pengembalian bebas risiko
Beta = tingkat risiko saham terhadap pasar
Risk Premium (Rp) = tingkat risiko tambahan atas risiko sistematik
Dalam pendekatan Discounted Cash Flow (DCF), tingkat pengembalian ekuitas (Cost of equity) ditentukan dengan rumus.
Re (rate of return) equity = D1 + Expected Growth
P0
Di mana:
D1 = Dividen yang akan diberikan pada tahun 1
P0 = Harga saham pada saat sekarang
Expected Growth = tingkat pertumbuhan dividen
Pada pendekatan Bond Yield Plus Risk Premium Approach, tingkat pengembalian ekuitas (cost of equity) ditentukan dengan rumus:
Requity = Bond Yield + Risk Premium
Di mana:
Requity = tingkat pengembalian ekuitas yang diinginkan
Bond Yield = tingkat hasil utang jangka panjang perusahaan
Risk Premium = tingkat risiko tambahan
- Biaya Utang (Cost of Debt)
Biaya utang (cost of debt) mengukur tingkat pengembalian bagi investor atas dana yang digunakan dalam pembiayaan perusahaan. Menurut Damodaran (2011: 208), biaya utang harus mempertimbangkan tingkat bunga bebas risiko, tingkat kegagalan perusahaan (default risk) dan tingkat keuntungan pajak yang akan diperoleh.
Pre tax cost of debt = risk free rate + default spread
After tax cost of debt = Pre tax cost of debt (1-Tax)
- Biaya Kapital (cost of capital)
Biaya kapital merupakan tingkat bunga minimum yang cukup menarik bagi penyedia kapital agar mau menginvestasikan kapitalnya pada suatu perusahaan. Menurut Ruky (1999: 140) biaya kapital harus mencerminkan biaya setiap komponen dalam struktur kapital yang digunakan (Weighted Average Cost of Capital). WACC ditentukan dengan memakai formula (Ruky, 1999: 142)
WACC = We x Ke + Wd x Kd (1-d)
Di mana:
WACC = Weighted Average Cost of Capital
Ke = biaya ekuitas
Kd = biaya utang
We = persentase ekuitas kapital dalam struktur kapital
Wd = persentase utang dalam struktur kapital
t = pajak efektif perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F., and Daves, Philip R., 2007, Intermediate Financial Management, 9th Edition, Thomson, South Western, Ohio
Damodaran, A., 2011, Investment Valuation: Tools and Tecniques for Determining the Value of Any Asset, 3th Edition, John Wiley and Sons, Inc., New York, USA.
Gabrys, Teresa Szot, 2013, “Application of the feasibility study in project finance on the basis of a selected investment project”, Hyperion International Journal of Econophysics & New Economy, hal 117-132
Gray, C., Payaman Simanjuntak., Lien, K.Sabur., Maspaitela,P.F.L., Varley, R, C, 1997, Pengantar evaluasi proyek, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Husnan, Suad dan Suwarsono, Muhammad, 2000, Studi Kelayakan Proyek, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Ruky, Syaiful M., 1999, Menilai Penyertaan dalam Perusahaan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
_________, 2009, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit