KUPANG – Dalam rangka menyiasati keterbatasan tenaga ahli (dokter) bedah saraf di Provinsi Nusa Tenggara Timur, RSUD Prof Dr Johannes Kupang menggandeng dan membekali para dokter umum yang bertugas di seluruh NTT dengan pengetahuan tentang bedah saraf.
Pembekalan yang digagas oleh Divisi Bedah Saraf Departeen Bedah RSUD Prof Dr Johannes Kupang ini dikemas dalam kegiatan seminar “1st Neurosurgery NTT Update; How to Deal with Spine Fase In Rural Area”.
Seminar yang dibuka oleh Wakil Direktur RSUD Prof Dr Johannes Kupang, dr Stevanus Dhe Soka, Sp.B ini diikuti sebanyak 200an dokter umum yang tersebar di seluruh rumah sakit di provinsi NTT.
Kepada POS-KUPANG.COM, Dr Stev kegiatan ini diperuntukkan bagi para dokter umum yang bertugas di wilayah NTT termasuk para dokter yang bekerja di wilayah terpencil agar memiliki pengetahuan dan pemahaman dasar agar bisa menangani kasus-kasus tulang belakang atau spain sesusi dengan kompetensinya.
“NTT ini kepulauan sehingga kita harap dokter umum yang bekerja di daerah terpencil juga bisa menangani kasus kasus tulang belakang atau spain sesuai dengan kompetensinya mereka,” ungkap dr Stev.
Tujuan kegiatan ini, jelasnya, adalah untuk memberikan penyegaran berupa tips dan trik khusunya dalam kaitan dengan penanganan pertama pada pasien bedah terutama pada kasus bedah tulang bekalang. Harapannya agar kegiatan ini dapat bermanfaat secara nyata bagi peserta.
Latar belakang diselenggarakan kegiatan ini, ungkapnya, karena keterbatasan dokter ahli bedah saraf yang dimiliki oleh NTT yang dalam praktiknya harus melayani sekian banyak pasien dengan kasus bedah saraf khusunya tulang belakang.
“Di NTT ini dokter bedah saraf hanya dua orang untuk melayani hampir 5 juta orang dengan daerah tugas yang begitu luas, maka itu butuh semacam agen atau satelit pelayanan yang bisa digerakan oleh dokter,” katanya.
Dua dokter ahli (spesialis) bedah saraf tersebut saat ini bertugas di RSUD Prof Dr Johannis Kupang dengan status ASN dan Kontrak.
“Kita punya dua (ahli bedah saraf), satunya ASN dan satunya lagi tenaga kontrak di rumah sakit. Ya, semoga bisa difasilitasi menjadi salah sau asset daerah, karena dr Erik Malelak ini selain karena putra daerah tetapi juga mau mengabdi untuk NTT,” tambahnya.
Penggagas Kegiatan, dr. Donny Argie, SpBS mengatakan, ide awal seminar ini adalah karena penanganan yang belum optimal kepada para pasien spine atau tulang belakang karena keterbatasan tenaga yang ada. Ia berharap dengan tambahan satu dokter ahli maka pelayanan terhadap pasien pasien lebih optimal.
“Kami masih kurang secara optimal terhadap pasien spine atau pasien tulang belakang, entah itu yang penyebebnya dari trauma, entah itu tumor, infeksi. Dengan bertambahnya satu tenaga bedah saraf (sehingga) menjadi dua, mudah-mudahan pelayanan kami lebih optimal terutama di bidang spine atau tulang belakang ini,” katanya.
Menurutnya, sebagai rumah sakit rujukan provinsi sekaligus rumah sakit kebanggaan, RSUD Prof Dr Johannes harus meningkatkan kualitas sumberdaya dan fasilitas agar dapat melayani pasien dengan paripurna.
“Banyak yang sudah terbantu, tetapi harus ada yang ditingkatkan, bagaimanapun juga penyakit akan bertambah kompleks, bagaimanapun dalam keilmuan, sumber dadya manusia kayaknya juga harus diupgrade, alatanya juga harus makin baik supaya bisa melayani secara paripurna,” ungkapnya.
Salah satu peserta, yang merupakan dokter magang pada Dvisi Bedah Saraf mengungkapkan, kebutuhan akan dokter spesialis bedah saraf makin banyak karena saat ini hamper setiap kasus kecelakaan atau pasien IGD butuh tindakan bedah saraf.
Ia berharap dengan kegiatan ini dapat membantu para dokter melakukan tindakan pertama pada pasien yang tepat berkaitan dengan kasus kasus bedah saraf di rumah sakit mereka masing masing.
“Mudah mudahan dengan seminar ini para dokter umum dari seluruh NTT bisa merujuk pasien dengan tepat dengan kondisi yang sesuai dengan treatmen awal sehingga tindakan lebih cepat lagi dilakukan,” katanya.
Ia juga berharap akag ada banyak dokter bedah saraf berminat bertugas di NTT agar dapat memberi pelayanan masimal terkait kasus kasus bedah saraf di NTT.
“Daerah juga semoga bisa memberi semacam stimulan supaya dokter bedah saraf berminat ke NTT. Stimulan tidak harus berupa jasa yang besar, tetapi fasilitas, yang memadai sehingga para dokter bisa bekerja secara maksimal,” katanya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)
Sumber: tribunnews.com