Jakarta – Pelayanan setiap rumah sakit seharusnya terus meningkat seiring berkembangnya zaman dan teknologi. Begitu yang ingin dicapai oleh RSUD Dr Iskak Tulungagung Jawa Timur, sehingga dapat meningkatkan harapan hidup masyarakat kabupaten itu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, direktur utamanya, dr Supriyanto, SpB, FINACS, MKes pun membuat sebuah konsep baru untuk mencapai Low Cost High Quality dan berkarakter Social Responsibility. Konsepnya berfokus pada menajemen rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan yang aktif dengan memanfaatkan teknologi dan infomasi.
Semula, petugas rumah sakit yang menunggu pasien datang ke rumah sakit, namun kini kususnya di Kabupaten Tulungagung, pasien lah yang dijemput saat mengalami keadaan darurat, misalnya saat mengalami serangan jantung, kecelakaan, ataupun kondisi darurat lainnya dengan menembangkan aplikasi Public Safety Centre (PSC).
“Karena orang sakit jantung perlu setengah jam sampai satu jam bisa meninggal, kita ambil cepat kan kayak Gojek persis. Ambulans di wilayah Tulungagung yang sedang lewat dia lah yang dapat penugasan paling pertama. Untuk segera diambil ditolong duluan, misalnya dikejut jantung atau apa kasih obat langsung bawa ke rumah sakit. Di rumah sakit nggak usah nunggu, karena mengancam nyawa respons time kami 0 menit. Itu janji layanan publik,” ungkap dr Supriyanto saat ditemui detikHealth di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2019).
Perpaduan antara managemen Rumah Sakit Low Cost-High Quality dan prinsip Social Responsibility dengan Public Safety Centre (PSC) memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat setempat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Tulungagung pun telah terintegarasi satu sama lain untuk melayani keadaan darurat seluruh masyarakat.
dr Supriyanto menambahkan, seluruh masyarakat Tulungagung tidak perlu memikirkan biaya pengobatan, terutama pada keadaan darurat. Semua masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa perbedaan, baik peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) maupun tidak.
“Tidak boleh ada orang yang nggak bisa berobat karena nggak ada duit misalkan, nggak boleh,” tegasnya.
Program PSC itu pun dipadukan dengan manajemen yang didasari dengan konsep low cost atau pembiayaan serendah mungkin. Salah satunya dengan lebih menggunakan obat generik daripada obat paten yang harganya lebih mahal, padahal manfaat dan kualitas keduanya sama.
“Di mindset orang itu kan kalau obat paten itu lebih baik dari obat generik, itu kan ada pembodohan masal. Nggak ada itu, orang sama persis, jadi saya harus melawan itu. Kalau kita pake generik semua itu kan low cost,” jelas dr Supriyanto.
Selain itu, dr Supriyanto juga menekan pembelian obat secara bertatap muka, ia mengalihkannya dengan menggunakan sistem teknologi untuk mengurangi moral hazard atau tindakan yang dapat menimbulkan kerugian.
Kosepnya ini pun membawa dr Supriyanto menjadi salah satu finalis dalam The International Hospital Forum and Award untuk kategori Corporate Social Responsibility berkat inovasi Public Safety Centre yang akan diselenggarakan di Oman Convention Exhibition Centre Muscat tanggal 08 November 2019 mendatang.
Dan juga menjadi nominasi The Best Hospital kategori Rumah Sakit Regional/distrik pada acara UROPEAN AWARDS NIGHT yang diadakan oleh Excellence In Quality and Management Forum Cannes yang akan diselenggarakan di ‘ibu kota’ festival dunia Cannes Perancis pada tanggal 04 oktober 2019 mendatang.
Sumber: detik.com