Reportase
Webinar Era Digitalisasi Pelayanan Kesehatan dan Strategi RS dalam Membangun Budaya Organisasi yang Siap Menghadapi Disrupsi
Era digital yang pada beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang pesat dan memiliki pengaruh yang besar terhadap dunia kesehatan, terutama dengan tujuan memberikan pelayanan yang terbaik. Saat ini, berbagai rumah sakit di Indonesia telah mencoba untuk mengadaptasikan diri dengan mengintegrasikan teknologi dalam pelayanan keseharian, salah satunya dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM RS). Namun, perlu juga dilihat bahwa belum semua rumah sakit dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada untuk memperbaiki sistem pelayanan kesehatan saat ini. Adaptasi untuk menggabungkan perkembangan teknologi dalam sistem yang sudah berjalan di rumah sakit merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, PKMK UGM mengadakan pengenalan teknologi untuk rumah sakit melalui webinar yang berjudul “Era Digitalisasi Pelayanan Kesehatan dan Strategi RS dalam Membangun Budaya Organisasi yang Siap Menghadapi Disrupsi” pada hari Rabu (24/7) di RS Ortopedi Prof. dr. R Soeharso Surakarta.
Transformasi pelayanan kesehatan merupakan hal yang sulit untuk dihindari, dan pertanyaan terbesarnya adalah apakah rumah sakit siap untuk menghadapi perubahan ini. Pelayanan kesehatan kini mengalami peningkatan tuntutan akibat peningkatan ageing population, perubahan pola penyakit yaitu sekarang didominasi penyakit degeneratif, serta tuntutan pasien untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang lebih baik. Topik terkait dengan digitalisasi dan disrupsi serta pengaruhnya ke rumah sakit dibawakan oleh Adj. Prof. Hans Wijaya, selaku CEO National Hospital Surabaya serta CEO Life Partners Health System.
Hal pertama yang memiliki peran besar terkait dengan terjadinya perkembangan teknologi adalah perubahan gaya hidup. Salah satu yang dapat kita lihat dari perubahan gaya hidup adalah penggunaan smartphone yang tinggi, sehingga kasus hand & microsurgery kini mengalami peningkatan. Selain itu, perubahan gaya hidup dapat terlihat dengan tidak adanya batasan, contohnya dalam memperoleh informasi. Selain dari perubahan gaya hidup secara umum, sistem kesehatan sendiri juga mengalami perubahan. Contohnya di Amerika Serikat, pengeluaran health care merupakan yang terbesar namun performa menurun, hal ini disebabkan salah satunya karena alokasi pengeluaran diutamakan untuk teknologi.
Bagaimana dengan Indonesia? Perkembangan teknologi tentu sudah mulai masuk di dunia kesehatan di Indonesia, beberapa diantaranya adalah terkait dengan rekam medis elektronik dan penggunaan komputer dalam keseharian. Namun, sebagian besar personil rumah sakit belum bisa sepenuhnya menggantikan kebiasaan sebelumnya dengan kebiasaan baru dengan memanfaatkan teknologi. Di Indonesia sendiri, terdapat gapantara pasien BPJS dan non BPJS dan perlu penyeimbangan diantara keduanya dengan tidak mengesampingkan salah satunya.
Sistem kesehatan kini berfokus pada pasien sebagai pusat utamanya. Kebijakan pelayanan yang berfokus pada pasien, melihat pada tiga aspek yaitu efisiensi, kolaborasi dan personal touch. Efisiensi dalam hal ini bisa diterapkan dalam hal seperti pendaftaran, dimana pasien tidak perlu mengantri langsung di rumah sakit, namun bisa digantikan dengan pendafraran online. Kolaborasi juga dapat melibatkan berbagai lembaga dalam mengembangkan teknologi. Kemudian, personal touch juga menjadi hal yang penting agar manusia tidak sepenuhnya digantikan oleh teknologi.
Teknologi yang sudah mulai dikembangkan dalam dunia kesehatan seperti, robotic surgery, artificial intelligence, precision medicine, serta patient engangement. Operasi robotik sudah mulai dikembangkan di luar negeri dengan bantuan spesialis di bidang bedah yang kemudian menggerakkan robot dari jarak jauh untuk kemudian dapat melalukan tindakan operasi pada pasien. Selain itu, artificial intelligence tanpa meninggalkan keahlian dari manusia dapat digunakan secara bersamaan untuk meningkatkan kemampuannya. Contoh yang sudah dilakukan adalah terkait pembacaan patologi anatomi, dimana kesalahan pembacaan dapat berkurang dengan melihat hasil pembacaan menggunakan algoritma tertentu dari AI ditambah dengan interpretasi dari spesialis patologi anatomi. Precision medicine sendiri adalah perkembangan teknologi yang dikaitkan dengan kode genetik. Teknologi patient engangement ini juga memberikan suatu kesan personal pada pasien, seperti penggunaan Google Assistant, Siri dan berbagai teknologi lain yang dapat digunakan sebagai pemantauan pasien dalam kesehariannya di luar rumah sakit.
National Hospital Surabaya merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang sudah menerapkan teknologi dalam pelayanannya. Strategi utama yang diambil oleh rumah sakit ini adalah pengembangan manusia, fokus pada pasien, berdasarkan nilai serta inovasi. Integrasi data merupakan hal yang sangat penting, dimana setiap data mulai dari pemeriksaan hingga diagnosis dan penanganan dapat dilihat dari satu sumber yang sama. Beberapa contoh yang telah diterapkan adalah melalui alat pemeriksaan yang datanya dapat dikirimkan langsung kepada dokter melalui WiFi, rekam medis elektronik, alat yang digunakan untuk pengantrian obat dengan memberikan notifikasi pada pembeli apabila obat sudah dapat diambil, display status dokter dan yang juga mulai dikembangkan adalah pemanfaatan virtual reality pada pemeriksaan anak.
Setelah mengetahui berbagai hal tersebut, langkah berikutnya adalah memulai perubahan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah memulai dengan sektor informal, atau melakukan pendekatan secara personal untuk dapat mengajak orang – orang disekitar untuk bekerja sama dalam memulai perubahan.
Salah satu hal penting lainnya adalah terkait tantangan untuk regulator dan operator dalam pelayanan kesehatan di era industri 4.0. Topik ini dibawakan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD. Meskipun dunia sekarang sudah mencapai 4.0, apakah Indonesia sendiri sudah masuk dalam 3.0? Jika belum, maka perlu terjadi beberapa lompatan untuk mengejar ketertinggalan ini. Tantangan utama untuk mengejar dan menyesuaikan diri dengan era industri 4.0 adalah kebutuhan akan modal dan sumber daya yang sebagian besar belum memiliki hal ini. Jaringan atau tim, misalkan asosiasi rumah sakit, menjadi penting karena dapat membagi anggaran untuk penyesuaian diri tersebut.
Gross Domestic Product (GDP) di Indonesia meningkat namun rasio pajak meskipun mengalami peningkatan tetapi tidak sesuai dengan GDP. Digital economy di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Dunia kesehatan pun diharapkan dapat masuk menjadi bagian dari digital economy untuk dapat menyesuaikan. Saat ini perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan sudah cukup maju, terutama dalam bidang genomic, digital medicine, dan artificial intelligence and robotics. Pemanfaatan teknologi sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk misalkan terkait dengan perawatan homecare yang saat ini belum di – cover oleh BPJS. Dalam hal ini, tampak terjadi discontinuity of care, jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan oleh rumah sakit untuk mengaplikasikan teknologi dalam pelayanannya. Jika rumah sakit tidak bertindak maka peluang ini akan diekspoitasi oleh pemberi pelayanan yang bertumpu pada digital. Contoh lainnya yang dapat semakin dikembangkan adalah terkait dengan penggunaan telemedicine yang dapat memberikan kesempatan untuk pelayanan kesehatan dengan jangkauan yang lebih luas. Hal ini pun dapat membantu dalam pemerataan pelayanan kesehatan di berbagai daerah di Indonesia.
Bagaimana peran Kemenkes dalam era digitalisasi ini? Terdapat beberapa aspek dimana Kemenkes memiliki peran, seperti dalam penyusunan pedoman nasonal, undang – undang terkait dengan hak dan kewajiban baik pasien maupun penyedia jasa dalam era industri 4.0, serta bagiaman sistem pelayanan yang kemudian dapat menembus batas negara. Selain itu, tantangan lainnya adalah terkait dengan sertifikasi terhadap berbagai inovasi teknologi, kemudian terkait perijinan, serta keterlibatan berbagai inovasi ini dengan akreditasi rumah sakit. Apabila kita melihat berbagai kebutuhan peran di atas, maka terdapat kemungkinan bahwa pihak pemerintah akan tertinggal dan perlu untuk segera mengejar ketertinggalan ini. Untuk para operator yaitu para pemberi pelayanan kesehatan konvensional baik milik pemerintah maupun swasta, maka dapat berhadapan dengan operator – operator baru yang sudah menyesuaikan diri.
Dalam mengahadapi era digitalisasi, hal yang perlu menjadi perhatian bahwa penyesuaian terhadap era ini adalah lebih pada perubahan pola dibandingkan dengan perubahan teknologi itu sendiri. Fokus pada perubahan haruslah konsisten dan dipahami bahwa proyek penyesuaian ini merupakan proyek yang berkelanjutan. Selain perubahan internal dari rumah sakit itu sendiri, tantangan juga diberikan pada regulator dan operator. Inisiatif menjadi penting agar pemanfaatan teknologi ini dapat menguntungkan bagi dunia kesehatan, dan untuk mencapai pelayanan yang terbaik perlu adanya pengembangan inovasi dengan pihak luar yang memahami era digitalisasi ini. PKMK UGM, pada waktu yang akan datang, akan mengadakan berbagai seminar lainnya yang akan membahas topik yang lebih detail terkait dengan era digitalisasi beserta langkah – langkah berikut untuk mengintegrasikannya dalam rumah sakit. Materi dan video webinar ini dapat dilihat langsung melalui link berikut : Klik di sini