Digital Health : Menerapkan Perkembangan Teknologi Dalam Pelayanan Kesehatan
Digital Health merupakan salah satu fenomena yang semakin berkembang di dunia kesehatan. Digital health ini didefinisikan sebagai sebuah transformasi budaya mengenai bagaimana teknologi menyediakan data digital dan objektif yang dapat diakses baik oleh tenaga kesehatan maupun pasien, menuju hubungan dokter – pasien yang setara dengan pengambilan keputusan bersama dan demokratisasi perawatan. Berbagai revolusi hardware dan software seperti alat – alat kesehatan baru hingga akses internet yang memudahkan siapapun untuk memperoleh informasi.
Hal ini tidak hanya meningkatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas informasi namun juga mendorong kesempatan untuk self care. Pada sistem kesehatan tradisional, pasien kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga pasien menjadi lebih dependen terhadap tenaga kesehatan. Namun, sekarang pasien cenderung ingin lebih terlibat dalam pembuatan keputusan dan mulai mencari pendapat kedua, melibatkan tenaga kesehatan lainnya serta mengumpulkan informasi dari pasien lain sebelum kemudian membuat keputusan. Tenaga kesehatan diharapkan dapat menjawab berbagai pertanyaan terkait medis maupun teknologi terkait kesehatan yang dapat dengan mudah diakses.
Pada 1990 – an ketika komputer personal mulai dikenal, e-health pun mulai berkembang, kemudian ketika internet mulai dapat diakses kalangan luas, muncul pula layanan telemedicine. Setelah itu, sosial media juga membuka pengembangan medicine 2.0 atau health 2.0. Ketika telepon genggam mulai banyak digunakan, area kesehatan pun mulai dicoba untuk diintegrasikan dengan teknologi ini. Namun, masuk pada 2010, perkembangan teknologi menjadi terlalu cepat untuk diimbangi baik oleh tenaga kesehatan maupun pasien.
Di Indonesia, penggunaan teknologi atau e-health sudah mulai diaplikasikan pada 1985 dengan memanfaatkan komputer dan satelit untuk teleconference dan teks dalam pertukaran informasi. Universitas di Indonesia kemudian mulai mengenal informasi kesehatan pada 1999 terkait dengan berbagai website kesehatan. Pada 2001, Indonesia mulai menggunakan telekomunikasi untuk membahas penanganan medis antar pulau. Kemudian 2003, dengan memanfaatkan akses internet, komunikasi antara dokter umum di area terpencil dan spesialis di kota juga menjadi mungkin. Pada 2004, telemedicine kemudian difokuskan pada puskesmas di Indonesia dengan berbagai aplikasi untuk mengakomodasi tele consultation, tele diagnose, tele coordination, tele education dan database obat. Setelah itu, pada 2005 sebuah teknologi sistem kesehatan didesain untuk manajemen epidemik dengan mendukung stasiun pelaporan dan pengawasan dengan sistem manajemen epidemik yang user-friendly. Pada 2007, mobile telemedicine kemudian didesain untuk proyek tele emergency untuk menyediakan layanan kesehatan di area terpencil. Beberapa layanan dasar di dalamnya seperti elektrokardiogram digital, oksimeter, data pasien dan informasi lokasi berdasarkan GPS. Pada 2010, teknologi cukup berkembang sehingga memungkinkan konsultasi antara dokter umum dan dokter spesialis secara real time.
Dalam implementasi teknologi pada layanan kesehatan, penting untuk memperhatikan komponen kemanusiaan di dalamnya dan tidak hanya teknologi itu secara independen. Beberapa penelitian yang melibatkan sensor kesehatan untuk mendorong perubahan perilaku dari pasien tidak melibatkan pelatihan untuk pemahaman dan penggunaan teknologi. Salah satu contohnya adalah ketika pasien diberikan akses untuk memperoleh hasil pemeriksaan Hemoglobin A1c atau tekanan darah melalui web, namun tidak diberikan pelatihan sebelumnya, maka akan ada kemungkinan untuk kemudian mengalami masalah pada proses pendaftaran atau mengalami kesulitan memahami alat yang diberikan untuk mengakses data kesehatan atau informasi kesehatan lainnya, sehingga hasil dari studi tersebut menunjukkan tidak adanya perbaikan yang signifikan. Ketika pasien dilatih dan diberikan pemahaman yang lebih baik, maka teknologi tersebut akan lebih bermanfaat untuk pasien.
Salah satu masalah yang kemudian dihadapi di era digital adalah kebijakan terkait teknologi kesehatan pun belum jelas, hal ini diyakini sebagai salah satu alasan penggunaan digital health belum optimal. Hal ini pun tidak berbeda dengan tantangan terkait digital health secara global. Kebijakan terkait teknologi juga penting ketika data – data yang sensitif yang dimiliki pasien memiliki kemungkinan untuk diakses oleh pihak ketika atau salah satu contohnya suatu kebijakan terkait Genetic Non – Discrimination Act di Amerika Serikat yang diharapkan untuk melindungi pasien dari perusahaan terkait untuk mengumpulkan data mengenai hasil pemeriksaan genetik yang dapat merugikan pasien. Tantangan lain terkait dengan digital health adalah informasi dari alat kesehatan digital atau sumber online yang tidak terpercaya yang kemudian dapat disalahartikan jika tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional dan dapat membahayakan pasien.
Selain itu, validasi dari sensor kesehatan dan alat kesehatan digital maupun aplikasi di telepon genggam juga dibutuhkan, yaitu dengan membandingkan keakuratan dengan teknologi yang terpercaya atau dengan studi double blind. Hambatan lain yang juga cukup penting adalah keengganan baik dari pihak tenaga kesehatan maupun pasien untuk mulai menerapkan digital health dalam pelayanan kesehatan sehari – hari. Di Indonesia sendiri, dengan adanya berbagai perkembangan teknologi, namun sebagian besar hanya dilakukan oleh beberapa institusi pendidikan dengan rumah sakit atau layanan kesehatan tertentu sehingga pemanfaatan teknologi ini pun belum terdistribusi secara menyeluruh.
Tenaga kesehatan dan pembuat kebijakan memiliki tanggung jawab dalam pengembangan layanan kesehatan dengan melibatkan pasien dalam menentukan keputusan dan membimbing pasien untuk memahami teknologi kesehatan yang selalu berkembang. Teknologi yang semakin berkembang dapat dimanfaatkan untuk meringankan tugas dari tenaga kesehatan sehingga dapat menjadi semakin fokus pada pasien. Pendekatan baru juga perlu diberlakukan dalam edukasi kesehatan modern termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan mahasiswa dengan berbagai kemampuan serta mempersiapkan tenaga kesehatan untuk dapat memanfaatkan teknologi yang ada.
(Oleh : Alvina Simanjuntak)
Referensi.
Meskó B, Drobni Z, Bényei É, Gergely B, Győrffy Z. Digital health is a cultural transformation of traditional healthcare. mHealth 2017; 3: 38.
Nugraha D, Aknuranda I. An Overview of e-Health in Indonesia: Past and Present Applications. International Journal of Electrical and Computer Engineering 2017; 7(5): 2441-50