Masih berkaitan dengan Kuba, minggu lalu telah digambarkan kondisi umum Kuba dan pada tulisan kali ini lebih membahas pada layanan kesehatan di Kuba. Pada pertengahan 1970-an, indikator kesehatan di Kuba terlihat sudah mulai membaik setelah embargo 5 dekade. Namun yang masih menjadi permasalahan adalah waktu tunggu pasien yang lama dan waktu konsultasi yang terlalu pendek dengan dokter. Layanan preventif dan kuratif tidak terintegrasi dengan baik, koordinasi dan kontinuitas perawatan medis tidak memadai, sistem masih terlalu berorientasi pada rumah sakit, dan dokter lebih memilih spesialisasi daripada layanan primer. Kemudian pada 1974, pemerintah Kuba membuat model baru berbasis poliklinik masyarakat yang menempatkan spesialis kandungan kebidanan, spesialis anak, dan spesialis penyakit dalam, serta dokter gigi di setiap poliklinik tersebut.
Memasuki tahun 1980-an, Kuba mulai memberi prioritas lebih tinggi terhadap pusat penelitian kesehatan, fasilitas kesehatan tersier dan diperluas dengan akreditasi spesialisasi medik untuk 55 bidang, dan mendirikan institut nasional sebagai center of excellence. Kesemuanya itu dipercepat dengan investasi di bidang bioteknologi, mengembangkan program skrining prenatal, transplantasi organ, dan menyediakan layanan MRI yang pertama di Amerika Latin. Bersamaan dengan hal tersebut, diterapkan jaminan kesehatan nasional untuk meningkatkan kapasitas teknis dan layanan kesehatan secara lebih efisien sehingga dapat meningkatkan status kesehatan.
Di Kuba terdapat 12 institut riset, 265 rumah sakit, 488 poliklinik, yang didukung oleh dokter keluarga dan perawat seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Piramida Kesehatan Kuba
Sumber : C. William Keck, MD, MPH, and Gail A. Reed, MS, The Curious Case of Cuba, American Journal of Public Health, August 2012, Vol 102, No. 8.
Poliklinik merupakan fasilitas kesehatan primer di Kuba yang menyediakan layanan spesialis, layanan gigi, laboratorium, prosedur diagnostik, dan layanan rehabilitasi. Poliklinik juga menyediakan layanan rawat inap. Selain poliklinik, terdapat 33 rumah bersalin untuk ibu hamil resiko tinggi dan 234 senior day care. Kemudian fasilitas kesehatan sekunder adalah rumah sakit. Level teratas adalah rumah sakit khusus di tingkat provinsi dan 14 institut yang melakukan penelitian serta perawatan klinis di bidang tertentu seperti oncology institute, laparascopy surgery institute, transplant institute, maupun geriatric medical institute. Jumlah rumah sakit terbanyak ada di Havana yaitu 45 rumah sakit yang melayani 2.2 juta penduduk, sedangkan di provinsi Cienfuegos dengan jumlah paling sedikit yaitu 4 rumah sakit melayani 406,000 penduduk. Setidaknya 1 provinsi memiliki 1 rumah sakit umum, 1 rumah sakit ibu melahirkan, 1 rumah sakit anak, bahkan lebih.
Kuba menerapkan proses Continuous Assessment and Risk Evaluation (CARE) untuk memastikan riwayat medis, pemeriksaan fisik pasien, lingkungan rumah, dan karakteristik lingkungan dimana pasien tinggal dapat digunakan untuk memantau kesehatan individu dan keluarga. Penduduk diklasifikasikan berdasar penyakit dan faktor resiko seperti pasien perokok, obesitas, diabetes, hipertensi, dan lain-lain. Proses tersebut cukup memakan waktu tetapi penting untuk rencana intervensi dalam mempromosikan kesehatan, memodifikasi faktor resiko, menerapkan obat yang sesuai, dan terapi terintegrasi untuk masalah kesehatan tersebut.
Dokter keluarga dan perawat melakukan kunjungan tahunan ke rumah – rumah penduduk bahkan untuk penduduk dengan penyakit kronis dilakukan kunjungan rumah minimal 3 bulan sekali. Mereka secara regular berkonsultasi untuk kasus-kasus tertentu kepada spesialis layanan primer di poliklinik mereka dan akan merujuk pasien jika diperlukan. Tidak ada catatan elektronik, hanya kertas, tetapi penyedia layanan kesehatan saling berkomunikasi untuk menggambarkan kondisi pasien. Jadi model telemedicine yang diterapkan di Kuba belum seperti yang diterapkan di negara lain. Mereka berkomunikasi via telepon untuk merujuk pasiennya. Teleradiologi juga belum dapat diterapkan karena sebagain besar masih berbasis pada kertas dan terbatasnya koneksi internet di negara ini.
Dokter keluarga, perawat, dan poliklinik bersama-sama melaui proses akreditasi agar dapat menjadi fasilitas pendidikan. Terdapat 488 poliklinik di seluruh Kuba dimana setiap poliklinik melayani sekitar 20.000 – 60.000 penduduk. Terdapat sekitar 20 – 40 dokter keluarga dan perawat pada masing-masing poliklinik. Basic Work Group terdiri dari 1 pimpinan poliklinik, 1 kepala perawat, 1 spesialis penyakit dalam, 1 spesialis anak, 1 spesialis kandungan kebidanan, 1 psikolog, dan di beberapa kasus terdapat 1 pekerja sosial. Mereka bertugas untuk memantau status kesehatan serta mengevaluasi hasil kerja dokter keluarga dan perawat.
Kunjungan Dokter per Fasilitas Kesehatan di Kuba
Sumber : C. William Keck, MD, MPH, and Gail A. Reed, MS, The Curious Case of Cuba, American Journal of Public Health, August 2012, Vol 102, No. 8.
Kuba hanya menghabiskan kurang dari $ 2.000 per orang untuk kesehatan, namun harapan hidup penduduknya sebanding dengan Amerika Serikat yang menghabiskan sekitar $ 9.000 per kapita untuk kesehatan (harapan hidup Kuba : 79.54tahun, Amerika Serikat : 78.74tahun, 2015). Sistem kesehatan di Kuba juga jauh lebih adil karena setiap orang dijamin akses ke layanan kesehatan yang berkualitas sama oleh pemerintah.
Dokter di Kuba bekerja untuk pemerintah karena semua fasilitas kesehatan dimiliki oleh pemerintah mulai dari level primer hingga tersier. Gaji yang mereka dapatkan $30 / bulan sehingga menjadikan mereka mempunyai pekerjaan sampingan. Seperti yang pernah disampaikan pada tulisan sebelumnya, Kuba lebih banyak mengirimkan tenaga kesehatan profesionalnya untuk bekerja di luar negeri karena salah satu hal yang menarik adalah dari sisi kompensasi. Seorang dokter dapat menghasilkan gaji USD 4,250 per bulan (10% untuk dokter dan sisanya disetor ke pemerintah). Pemerintah dapat melakukan hal tersebut karena mereka mempunyai kebijakan tersendiri.
Pelatihan profesi kesehatan dikelola oleh Kementerian Kesehatan Masyarakat (MINSAP) yang bertanggung jawab terhadap pengetahuan dan kompetensi masing-masing sekolah profesi kesehatan. Sekolah kedokteran dan keperawatan provinsi juga dibentuk untuk mendesentralisasikan pelatihan dan mendorong para profesional untuk berlatih di daerah asal mereka yang mayoritas merupakan daerah rural. Insentif yang diberikan oleh pemerintah adalah biaya kuliah gratis dengan prestasi akademik sebagai prasyaratnya.
Hal ini menjadikan Kuba mempunyai ketersediaan dokter yang tersebar baik di daerah urban maupun rural dengan perbandingan 1 : 122 penduduk. Berbeda dengan negara lain, pelatihan mereka tidak bergantung pada teknologi dan pengujian yang mahal. Sebaliknya, mereka belajar untuk mendiagnosis penyakit dengan pemeriksaan fisik komprehensif dan bercakap-cakap dengan pasien. Hasilnya mereka memahami 90% tentang masalah kesehatan. Mereka juga belajar melibatkan tenaga kesehatan tradisional untuk perawatan pasien. Meskipun Kuba juga masih menghadapi permasalahan penyebaran rumah sakit yang belum merata di setiap wilayahnya, namun setidaknya fasilitas kesehatan primer sudah tersedia di setiap wilayah.
Medical Tourism juga dikembangkan di Kuba dengan adanya “Cira Garcia” International Clinic yang merupakan referensi bagi pasien-pasien asing. Di sisi lain, Kuba masih harus menghadapi tantangan utama yaitu bagaimana berupaya lebih dengan keterbatasan sumber daya setelah adanya resesi global dan embargo, selain itu penduduk menua dengan proporsi 17.4% yang tentu saja berkaitan dengan penyakit kronik yang diderita maupun rehabilitasinya. Untuk menghadapi penyakit kronik, Kuba lebih banyak melakukan tindakan preventif. Mereka tidak dapat melayani dengan alat medis canggih seperti misalnya penanganan penyakit kanker karena untuk mengimpor alat-alat tersebut membutuhkan biaya sangat tinggi. Kesemuanya itu terkait dari dampak embargo terhadap Kuba.
Hal yang dapat kita pelajari adalah model perawatan primer yang efektif dan holistik serta berhasil dilaksanakan dengan sumber daya keuangan yang sangat terbatas. Selain itu keberhasilan Kuba dapat dikaitkan dengan jumlah dokter per kapita terbesar di dunia serta model pembelajaran atau pelatihan bagi para dokter. Namun di sisi lain, layanan kesehatan di Kuba tidak memiliki pelayanan kesehatan tersier yang efektif terutama dalam hal layanan spesialisasi dan akses terbatas ke jenis obat. Kemajuan teknologi belum dapat diaplikasikan di negara ini karena keterbatasan pendanaan akibat dampak embargo. Meskipun pemerintah Kuba sudah terbuka saat ini, namun dari pengalaman tidaklah mudah bagi kelompok asing untuk kunjungan studi ke fasilitas layanan kesehatan karena kebijakan Pemerintah Kuba yang dapat berubah tiba-tiba. (Elisabeth Listyani)
Sumber :
Maureen Bisognano, 3 Ways Cuba’s Health System Is Designed for the Triple Aim, Institute for Healthcare Improvement, 2016.
Bill Frist, Cuba’s Most Valuable Export: Its Healthcare Expertise, Published in Forbes Magazine , 2015.
William Keck, MD, MPH, and Gail A. Reed, MS, The Curious Case of Cuba, American Journal of Public Health, August 2012, Vol 102, No. 8.
Dr. Marcelino Feal, Cuba Health System Presentation, May 29, 2018.