SEMARANG – Banyak masyarakat yang sakit, tetapi terpaksa harus mengantre untuk rawat inap. Hal itu dikarenakan tempat tidur di rumah sakit penuh. Mereka harus menunggu lama, atau akhirnya pindah ke rumah sakit lain yang masih kosong.
Seperti halnya, Sumiarti (45) warga Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan yang ingin menjalani operasi polip hidung. Ditemui di RSUD KRMT Wongsonegoro, Rabu (1/11), Sumiarti yang datang diantar suaminya, Daryono (50) mengaku sudah datang sejak pukul 06.00 WIB untuk antre mendaftar. Tetapi saat sudah mendaftar, petugas rumah sakit mengatakan kalau tempat tidur penuh. Saat nanti ada yang kosong, dirinya akan dihubungi oleh pihak rumah sakit. Tak ingin pindah ke tempat lain, dia bersama suaminya memilih menunggu di halaman rumah sakit.
“Tadi mau operasi tetapi kamarnya penuh. Kalau ada yang kosong, nanti akan ditelpon oleh pihak rumah sakit. Biasanya tidak sampai menunggu dua hari. Karenanya, saya dan suami memilih menunggu di rumah sakit,” ujar Sumiarti, saat ditemui RSUD KRMT Wongsonegoro, Rabu (1/11).
Padahal, sejak awal tahun ini, informasi ketersediaan tempat tidur di beberapa rumah sakit di Semarang sudah bisa dicek secara online. Informasi tersebut, dapat dilihat melalui www.semarangkota.go.id. Kemudian mengakses layanan ketersediaan tempat tidur rumah sakit. Atau langsung mengakses http://dinkes.semarangkota.go. id/ttrs_smg/.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Widoyono menuturkan, ketersediaan tempat tidur di beberapa RS bisa diketahui secara online. Selain rumah sakit, ketersediaan tempat tidur di puskesmas rawat inap juga bisa diketahui dari website tersebut. Dari data yang ada, total pengunjung website tahun ini sudah 131.972 orang. Ada pun bulan ini yakni 306 orang.
“Dinas Kesehatan telah bekerja sama dengan beberapa RS di Semarang dalam aplikasi ini. Masyarakat dapat mengetahui jumlah tempat tidur yang kosong, mulai dari kelas VVIP, VIP, Utama, Kelas I,II,III, ruang bayi hingga ruang isolasi,” ujar Widoyono.
Program Berobat Gratis
Program berobat gratis yang bernama Universal Health Coverage (UHC) juga belum banyak diketahui masyarakat. Seperti halnya keluarga pasien, bernama Akbar (36) warga Jatingaleh. Saat ditemui di ruang Rajawali RSUP Kariadi Semarang, dia mengaku sudah memiliki BPJS kelas 2. Selama ini, dia juga membayar premi perbulannya sendiri.
“Belum tahu, kalau benar seperti itu harusnya disosialisasikan lagi. Apalagi belum semua masyarakat memiliki BPJS. Tapi pada prinsipnya saya mendukung,” ujarnya.
Dari hasil pantauan, papan petunjuk informasi terkait program pengobatan yang ditanggung pemerintah kota juga belum terpasang. Ada pun Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Widoyono mengatakan, hingga Rabu (1/11) siang sudah ada ratusan orang yang menanyakan program tersebut. Mereka menelpon nomor informasi 085225060938 untuk menanyakan mekanismenya.
Sosialiasi pun akan terus dilakukan agar masyarakat dapat memanfaatkan program tersebut. Program ini diperuntukkan bagi seluruh warga Kota Semarang yang belum memiliki BPJS, atau menunggak premi BPJS. Bersedia mendapatkan pelayanan tingkat pertama di puskesmas Kota Semarang dan RS kelas 3.
Redaksi suaramerdeka.com pun mencoba menelpon nomor itu untuk menanayakan informasi tersebut. Dengan sopan, petugas yang bernama Yuniar menjelaskan secara detail informasi yang ditanyakan. Termasuk prosedur pemindahan dari kelas I ke kelas 3, hingga premi yang dibayarkan pemkot.
“Selamat sore, mbak mau tanya, saya punya BPJS kelas I tetapi belum bayar premi tiga bulan. Sedangkan besok mau berobat ke RSUD KRMT Wongsonegoro, apakah bisa mbak?. Bagaimana prosedurnya mbak?” tanya suaramerdeka.com kepada petugas.
“Mas, nanti langsung ke ruangan kelas 3 saja, nanti BPJS nya juga pindah ke kelas 3. Baru tunggakan premi dilunasi. Setelah itu, nanti pemkot yang akan membayarkan premi bulannya untuk kelas tiga. Termasuk biaya berobat saat proses pergantian kelas,” ujarnya.
Sumber: suaramerdeka.com