International Hospital Forum (IHF) 2017 merupakan kongres ke-41 bagi insan perumahsakitan di dunia. Acara tersebut kali ini diselenggarakan di Taipei, Taiwan. Tema utamanya adalah patient friendly and smarter health care. IHF 2017 diikuti oleh lebih dari 1000 peserta dari 48 negara. Diagendakan 5 sesi utama dalam plenary session, 34 sesi konkuren, 8 free paper, 6 sesi kolaborasi, serta 200 sajian poster. Beberapa moral of the story yang tertangkap dalam serial seminar hari 1:
- Isu global tentang emisi perlu dipahami oleh komunitas rumah sakit dan dijadikan isu utama dalam manajemen rumah sakit. Buangan rumah sakit ternyata banyak yang menimbulkan polusi, namun belum ditangani dengan baik. Polusi yang ditimbulkan sangat serius dan membuat orang sehat menjadi sakit. Hal ini tidak sejalan dengan misi pelayanan rumah sakit. Isu lingkungan kurang banyak dibahas oleh karena tenggelam dan kalah bersaing dengan isu penerapan teknologi informasi di rumah sakit. Teknologi informasi diyakini akan menjadi pendorong pertumbuhan rumah sakit. Teknologi informasi mampu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, mendorong peningkatan kapasitas pelayanan, serta menjangkau area pelayanan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga akan menjadi gelombang besar yang mengubah wajah pelayanan rumah sakit. Rumah sakit dikhawatirkan akan kehilangan empati dalam melayani pasien. Interaksi antar manusia akan menurun drastis dan penggunaan teknologi akan memisahkan masing-masing profesi kembali menuju silo-silonya (departemen/bidangnya). Akhirnya yang terjadi adalah dehumanisasi pelayanan rumah sakit. Untuk itu perlu dikembangkan smart hospital, yang ekstensif dalam penggunaan teknologi tetapi intensif dalam membangun hubungan antar manusia serta sensitif terhadap isu lingkungan Ini sebabnya tema IHF kali ini adalah patient friendly and smarter health care.
- Teknologi digital telah mengubah secara drastis pelayanan rumah sakit kepada pasien dan semakin menguatkan pemahaman bahwa rumah sakit berada pada sebuah lingkungan industri, yang disebut sebagai health care industry. Rumah sakit jaringan yang bergabung menjadi satu di bawah satu bendera organisasi, disatukan secara kuat oleh teknologi. Rumah sakit mampu melipatgandakan kapasitas pelayanannya dengan bantuan teknologi. Jika dulu teknologi dipandang hanya sebagai pendukung pada area back office rumah sakit, maka saat ini teknologi telah menjadi ujung tombak dalam pelayanan rumah sakit kepada pasien. Contohnya adalah penggunaan wearable devices yang menjadikan pengambilan data pasien dapat dilakukan bahkan sebelum pasien masuk ke rumah sakit. Dokumentasi data pasien juga menjadi lebih mudah. Kesalahan medis dan kesalahan dalam pelayanan farmasi dapat diminimalkan dengan bantuan teknologi informasi. Adanya berbagai aplikasi kesehatan dan software manajemen, semakin mendorong perkembangan rumah sakit dari sisi manajerial. Manajemen informasi pelayanan dapat dilakukan dengan mudah karena semua kegiatan pelayanan dapat dimonitor dengan teknologi informasi. Masalah antrian dapat segera diatasi sebelum antrian terjadi. Penggunaan teknologi di rumah sakit bukan lagi impian melainkan telah menjadi kenyataan. Tantangannya adalah bagaimana rumah sakit menggunakan teknologi informasi tanpa kehilangan nilai serta misi pelayanan kepada pasien dan keluarganya.
- Pasien saat ini bukan lagi “pasien”, melainkan “consumer”, namun bukan “consumer” dari 1 rumah sakit, tetapi “consumer” dari sistem kesehatan. Rumah sakit menghadapi perubahan yang dramatis dari sisi demografi masyarakat, pola patologi penyakit, sistem pembiayaan, dan teknologi kedokteran. Menghadapi perubahan ini, rumah sakit tidak bisa sendirian. Tidak cukup sumber daya satu rumah sakit untuk mengakomodasi perubahan tersebut. Rumah sakit perlu membangun network agar memiliki sumber daya yang memadai serta kapasitas pelayanan yang lebih besar, yang lebih sesuai dengan beban penyakit masyarakat. Membangun jejaring pelayanan rumah sakit adalah kebutuhan masa depan. Penggunaan sumber daya secara bersama-sama akan menjadi jawaban atas isu kelangkaan sumber daya yang terjadi di banyak negara. Pembiayaan kesehatan yang semakin besar di beberapa negara diyakini tidak akan sustain karena efektivitasnya rendah serta tidak memberikan dampak yang signifikan untuk peningkatan status kesehatan sebuah negara. Upaya untuk menyatukan cost efficiency dengan mutu pelayanan kesehatan serta kepuasan pasien sudah mulai diragukan. Beberapa data dari Eropa telah membuktikan bahwa negara dengan biaya pelayanan rendah menuai mutu pelayanan yang rendah walaupun kepuasan pasien meningkat.
Sebaliknya, negara yang mengedepankan mutu pelayan akan mengeluarkan biaya yang besar dan kepuasan pasien yang tidak seperti yang diharapkan oleh karena meningkatnya waktu tunggu. Membangun jejaring secara vertikal dan horisontal adalah upaya untuk menempatkan semua sumber daya kesehatan dalam satu sistem. Jejaring vertikal adalah jejaring kelas pelayanan rumah sakit, mulai dari pelayanan dasar sampai ke pelayanan tertinggi. Jejaring horisontal adalah menyatukan rumah sakit dengan sub sistem kesehatan lainnya seperti pembiayaan kesehatan, regulasi, dan sistem informasi. Jika jejaring ini berhasil dibangun, maka rumah sakit tidak akan sendirian dalam menghadapi perubahan demografi, pola patologi penyakit, serta cepatnya perubahan teknologi kedokteran. Masing-masing rumah sakit akan fokus pada tingkat penyakit tertentu dan tidak perlu mengeluarkan sumber daya untuk pelayanan yang tidak banyak dijalankan. Kerja sama dalam upaya menangani pasien antar rumah sakit dapat dijalankan dengan mudah oleh karena menggunakan platform pelayanan yang sama. Pembiayaan kesehatan, regulasi, dan sistem informasi menjadi lebih kuat mengikat rumah sakit sebagai satu sistem yang terintegrasi. Sharing data dan informasi sangat memudahkan pelayanan di rumah sakit. Sharing pembiayaan antar kelas rumah sakit akan menjadikan keuangan rumah sakit lebih kuat untuk mendanai pelayanan. Membangun jejaring ini bukan hal yang sulit, jika pengelola rumah sakit dan pengelola sub sistem kesehatan lainnya memiliki komitmen untuk bekerja melayani pasien.
Reporter: Dr. Andreasta Meliala