Reportase
Seminar Nasional PERSI XV, Seminar Tahunan Patient Safety XI, Hospital Expo XXX
Hari 2, 19 Oktober 2017
Paripurna 6
Peningkatan Mutu berkelanjutan (CQI)
Pada paripurna 6 ini diawali dengan topik Peningkatan Mutu Berkelanjutan dibidang Terapetik di Era JKN. Narasumber pertama adalah Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD yang saat ini merupakan Guru Besar di bidang Farmakoepid dan Terapi, FK UGM. Realita yang kita hadapi saat ini dimana biaya obat yang sangat mahal akan tetapi manfaat yang diberikan tidaklah berubah banyak. Di era JKN saat ini biaya atau komponen belanja obat di rumah sakit mengalami penurunan sangat signifikan dibandingkan dengan pelayanan kesehatan yang lain. Awalnya sekitar 42% dari total biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah obat, namun pada 2016 terjadi penurunan sekitar 24-34%. Strategi dalam peningkatan mutu terapetik dapat dilakukan dengan melakukan edukasi terkait EBM dan Farmakoekonomi, sistem informasi yang terintegrasi terkait clinical reminder, dan Fornas CPOE, kebijakan terkait pembatasan persetujuan komite medik/KFT kebijakan insentif disinsentif, dan yang terakhir adalah manajemen pengelolaan obat terkait rencana kebutuhan obat dan automatic switch. Era yang serba sulit ini adjusment sangatlah diperlukan, efisiensi harus dilakukan tetapi harus bermartabat, bukan berarti pasien segera dipulangkan tetapi harus dilakukan outcome measurement agar hasil terapi dapat dinikmati pasien.
Pada topik selanjutnya yaitu Peta Jalan Menuju Rumah Sakit yang Berprestasi dengan narasumber Prof. dr. Yos Effendi Susanto, PhD, CFA, yang saat ini merupakan Dewan Penyantun Group Awal Bros. Peta jalan merupakan management strategy yang diawali dengan visi dan misi yang jelas, dimana peta jalan merupakan keadaan dari rumah sakit yang saat ini dalam kondisi menuju rumah sakit yang sesuai visi/misi tahun yang akan datang. Adapun hal yang perlu dilakukan dalam membuat peta jalan tersebut secara umum dengan menganalisis kondisi eksternal dan internal rumah sakit. Mengenai kondisi eksternal berkaitan dengan perubahan BPJS dan era digital sedangkan untuk kondisi internal yang harus diperhatikan pertama adalah budaya organisasi seperti staf yang mempunyai (passion) untuk mencapai visi organisasi, kedua adalah struktur organisasi terkait akuntabilitas, kolaborasi, luwes dan ramping. Ketiga adalah kepemimpinan terkait mempunyai komitmen, menguasai masalah dan tanggap. Keempat adalah staf, dimana mempunyai karakter inovatif, terus belajar, dan retensi yang kapabel, selanjutnya kelima adalah efisien meliputi efisiensi klinis dan efisiensi umum, dan yang terakhir adalah digitalisasi.
Pada akhir sesi, materi yang dipaparkan berjudul Hospital Safety dan Hospital Security dengan narasumber adalah Dr. dr. Supriantoro, Sp.P, MARS. Rumah sakit harus menyediakan fasilitas yang aman, fungsional, dan mendukung bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, peralatan medis, dan peralatan lainnya, serta sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen organisasi kesehatan harus berupaya untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya serta risiko, mencegah kecelakaan dan cedera serta memelihara kondisi yang aman. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit merupakan salah satu aspek penting dalam mutu pelayanan rumah sakit. Proses akreditasi baik internasional maupun nasional akan lebih baik juga digunakan sebagai alat untuk monitoring secara periodik. Metode telusur jangan menjadi kegiatan yang hanya dilakukan pada saat proses akreditasi, tetapi harus menjadi bagian dari budaya organisasi untuk selalu melekat pada semua aspek kegiatan di masing-masing unit kerja.
Reporter : Ikhsan Amir.