MAJALENGKA – Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Majalengka alami paceklik (krisis) darah sejak pertengahan bulan puasa hingga usai Lebaran sekarang. Stok darah yang tersedia tinggal 100 lagi, jumlah tersebut bisa habis untuk dua hari.
Menurut keterangan petugas PMI Majalengka, Rahmat A Gajali, kebutuhan darah setiap harinya saat ini mencapai 30 labu lebih, sedangkan pendonor yang masuk baik dari keluarga pasien ataupun dari masyarakat umum hanya tiga sampai empat labu.
“Sekarang betu-betul paceklik, sementara kebutuhan tinggi. Meski demikian kami tidak pernah menolak permintaan darah dari keluarga pasien, mereka tetap kami penuhi hanya saja satu labu dari kebutuhan dua hingga tiga labu agar semua bisa kebagian, selebihnya keluarga harus mengganti dengan berdonor,” ungkap Rahmat Gajali.
Minimnya stok darah terjadi karena bulan puasa, sehingga pendonor kurang berminat untuk melakuakn donor darah, kondisi ini terjadi hingga sekarang setelah menjalani Lebaran. Sedangkan sekolah-sekolah yang bisanya melakukan aksi donor masih menjalani libur sekolah, PNS juga demikian baru menjalani libur panjang belum efektif lagi melakukan donor.
Di Kecamatan Lemahsugih yang biasanya diperoleh hingga 80 sampai 100 labu, pada kegiatan TMMD Selasa (4/7/2017), hanya diperoleh 27 lagu.
“Padahal kegiatan rutin tiga bulanan di Kecamatan Lemahsugih ini selalu terbanyak, sekarang mungkin setelah kegiatan upacara bubar masyarakat dan pegawai pun ikut bubar, makanya hanya diperoleh sedikit,” ungkap Rahmat.
Karena minimnya stok darah, pihak PMI kini lebih mengutamakan untuk pasien-pasien thalasemia yang di Majalengka kini sudah berjumlah 105 orang. Mereka setiap bulan bahkan ada yang dua kali dalam sebulan harus melakukan transfusi darah satu hingga dua labu. Selain itu bagi mereka yang melakukan cuci darah yang butuh tambahan darah.
Berdampak
Yang jadi persoalan juga, menurut Rahmat, adalah kini hampir seluruh masyarakat sudah sadar sehingga 99 pasien menggunakan BPJS, akibatnya keuangan bekas transfusi darah tergantung dari pihak rumah sakit. Ketika pihak rumah sakit lambat melakukan pencairan maka berdampak pada PMI.
Rahmat menyesalkan adanya sejumlah kasus yang dialami pasien anemia yang seharusnya segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif, namun ternyata banyak pasien anemia yang menjalani perawatan di rumah sendiri dengan pengawasan sejumlah mantri atau dokter. Setelah kondisi penyakitnya mengkhawatirkan baru di rujuk ke rumah sakit, akibatnya kebutuhan darah menjadi lebih banyak.
“Pernah ada kasus semacam itu hingga HB turun drastis hanya dua, akibatnya pasien harus menjalani transfusi darah hingga delapan labu. Padahal mungkin kalau segera mendapat penanganan tidak akan separah itu,” ungkap Rahmat.
Sementara itu, Camat Lemahsugih Deden Supriatna mengatakan, pihaknya bersama seluruh stafnya rutin melakukan donor darah setiap tiga bulan sekali. Apa yang dilakukannya untuk menjaga kesehatan sekaligus membantu masyarakat yang membutuhkan darah.
“Dengan berdonor akan lebih banyak pasien yang berumur panjang, apalagi pasien thalasemia yang hidupnya bergantung pada pendonor. Saya yakin apa yang dilakukan para pendonor ini sangatlah mulia,” ungkap Deden.(Tati)
Sumber: kabar-cirebon.com