Dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Maret, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan melakukan edukasi dan sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien dilingkungan rumah sakit (RS). Hal itu ditujukan, agar pasien dan keluarga menjadi lebih memahami tentang panyakit ginjal.
“Kita melakukan penyuluhan, sosialisasi, dan edukasi, agar masyarakat memahami tentang penyakit ginjal sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan,” kata Direktur RSUD dr Pirngadi Medan, Edwin Effendi usai acara peringatan Hari Kesehatan Ginjal Sedunia, di RS Pirngadi, Kamis (09/03/2017).
Edwin menjelaskan, dengan bertambahnya pemahaman masyarakat tentang penyakit ginjal, maka tindakan pencegahan semakin mudah dilakukan. Sehingga diharapkan tidak terjadi gangguan fungsi ginjal, karena bila ginjal tidak berfungsi, maka pasien akan ketergantungan dengan alat bantu cuci darah.
“Salah satu fungsi ginjal itu kan untuk screening darah dari zat-zat racun. Maka kalau tidak berfungsi, harus pakai alat bantu, cuci darah,” jelasnya.
Edwin mengungkapkan, selain melakukan sosialisasi, RS milik Pemko Medan tersebut juga melakukan pendampingan terhadap penderita ginjal. Dalam pendampingannya, pihak RS terus mensosialisasikan pencegahan pada penyakit ginjal, terutama bagaimana mengantisipasi faktor resiko seperti diabetes dan hipertensi.
Selain itu, Edwin juga mengaku, bahwa RS Pirngadi sudah sejak lama memiliki pelayanan kesehatan ginjal unggulan dengan peralatan hemodialisa terbesar di luar Pulau Jawa.
Sementara itu, pakar kesehatan ginjal Sumatera Utara (Sumut) Prof Harun Rasyid Lubis memaparkan, jumlah penyakit ginjal di Sumut, khususnya Kota Medan, terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. Kondisi ini terbukti dari jumlah mesin hemodialisa atau mesin cuci darah di Medan yang terus bertambah.
“Saat ini, sudah ada 25 unit layanan hemodialisa di seluruh Medan dan semuanya digunakan pasien. Bahkan, untuk mesinnya sendiri secara total diperkirakan ada seribu mesin di kota ini,” terangnya.
Ia menuturkan, perkembangan kebutuhan mesin hemodialisa dapat dilihat sejak 1977 hanya satu mesin. Lalu pada 1980 ada tiga mesin, kemudian 1990 sebanyak 20 mesin dan 2000 ada 27 mesin dengan unit-unit hemodialisa di sejumlah rumah sakit.
Pada tahun 2000, lanjutnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyadari dari bahaya penyakit tersebut. Pada tahun 2006 dilakukan pertemuan-pertemuan dan tindakan langsung ke masyarakat guna mencegah masyarakat tidak mengalami gangguan fungsi ginjal. “Makanya kenapa setiap tahun diadakan kampanye hari ginjal sedunia ini,” sebutnya.(BS07)
Sumber: beritasumut.com