Orang Tua, Siapkah Jika Hadapi Kanker Pada Anak ?
Setelah 1 tahun anak terdiagnosis kanker akan mempengaruhi kekuatan keuangan orang tua.
Oleh Elisabeth Listyani, 14 Februari 2017
Setiap tanggal 15 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Anak Sedunia. Namun apakah orang tua siap jika anak terdiagnosis kanker ? Siap tidak hanya dari sisi psikososial namun juga biaya perawatan. Ancaman resiko kanker tidak hanya mengincar orang dewasa namun juga mengintai anak-anak. Prevalensi penyakit kanker pada anak di dunia sebesar 1% di negara-negara dengan pendapatan tinggi, namun di negara dengan pendapatan rendah prevalensinya lebih tinggi yaitu sebesar 4%.
Penyebab kanker pada anak diantaranya karena radiasi ion, genetik dan virus, serta faktor-faktor resiko yang diduga terkait genetik dan paparan polutan tertentu. Jenis kanker anak berbeda dengan kanker dewasa. Kanker anak utamanya meliputi kanker darah (leukimia atau lymphoma), tumor embrional (misalnya retinoblastoma, neuroblastoma, nephroblastoma), tumor otak, osteosarkoma, dan organ-organ terkait lainnya dengan berbagai variasi. Secara umum, angka insiden kanker per tahun bervariasi antara 50 dan 200 juta untuk anak usia dibawah 15 tahun, sedangkan untuk remaja usia 15 – 19 tahun berkisar antara 90 dan 300 juta.
Tingkat survival penderita kanker pada anak hanya sekitar 30% pada 50 tahun lalu. Saat ini meningkat menjadi 80% di negara-negara berpenghasilan tinggi, akan tetapi di negara-negara berpenghasilan rendah tingkat survival masih berkisar 40%. Jumlah kematian di negara berpenghasilan rendah melebihi separo dari kasus baru yang terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Diagnosis kanker pada anak dapat mempengaruhi secara fisik, psikososial, dan sosial ekonomi pasien dan keluarga. Pada tahun 2009, biaya rawat inap kasus kanker pada anak di Amerika Serikat rata-rata USD 40,400. Biaya terbesar adalah untuk kasus leukimia sebesar rata-rata USD 55,700 dan kasus non – Hodgkin lymphoma sebesar rata-rata USD 46,900. Biaya tersebut belum termasuk biaya keluarga pasien yang mendampingi seperti biaya bahan bakar (USD 0 – 850) dan biaya perjalanan (USD 0 – 930). Selama periode 2000 – 2005 biaya perawatan kanker pada anak menghabiskan USD 1.7 juta dari total biaya perawatan kesehatan di Amerika Serikat. Pada tahun 2009 biaya perawatan kanker sendiri sebesar USD 1 juta, meningkat 36% dari total biaya selama 2000 – 2005.
Di Indonesia prevalensi kanker pada anak usia < 1 tahun sebesar 0.3‰, usia 1 – 5 tahun sebesar 1‰, dan usia 5 – 14 tahun sebesar 0.1‰. Prevalensi kanker lebih banyak terjadi pada penduduk di daerah perkotaan dengan prevalensi 1.7‰ dibandingkan pedesaan dengan prevalensi 1.1‰.
Setiap tahunnya di Indonesia terdapat sekitar 11,000 kasus kanker anak dan sejumlah sekitar 650 kasus tersebut ada di Jakarta. Diperkirakan setiap tahun terdapat 4,100 kasus baru kanker pada anak. Berdasarkan data dari RSK Dharmais pada tahun 2006 sebesar 50% pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Selama kurun waktu 2006 – 2014 kasus kanker pada anak jumlahnya semakin meningkat mencapai 3x lipat.
Leukimia merupakan jenis kanker yang banyak terjadi pada anak. Di RS Kanker Dharmais menangani sebanyak 46 kasus pada tahun 2014. Kanker darah ini memiliki gejala anak terlihat pucat, sering demam, perdarahan pada kulit, gusi, maupun hidung.
Pembiayaan kanker di Indonesia berada pada posisi ketiga dalam pembiayaan penyakit katastrofik yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Pada tahun 2014, BPJS Kesehatan menanggung biaya pelayanan penyakit katastrofik sebesar Rp. 2.05 trilyun dan pada tahun 2015 sebesar Rp. 16.9 trilyun atau 29.67% dari total beban biaya jaminan kesehatan nasional. Proporsi penyakit kanker yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan sebesar 5% atau berada di urutan ketiga setelah penyakit jantung (13%) dan gagal ginjal kronik (7%). Kemudian setelah pembiayaan kanker disusul pembiayaan untuk stroke (2%), thalasemia (1%), haemofilia (0.2%), dan leukimia (0.3%).
Pengobatan kanker pada anak memerlukan perawatan yang teratur dan terus-menerus. Hal tersebut mempengaruhi pekerjaan orang tua pasien. Tidak jarang akan mengubah pola bekerja orang tua sehingga akan berpengaruh pada kemampuan keuangan keluarga. Studi menunjukkan bahwa setelah 1 tahun pasien terdiagnosis kanker akan mempengaruhi kekuatan keuangan orang tua pasien terhadap biaya perawatan yang tidak terduga. Selain itu setelah 5 kali atau lebih perawatan (diluar tindakan kemoterapi) akan mengakibatkan tekanan finansial bagi keluarga pasien.
Mewaspadai gejala kanker pada anak perlu dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat kepada anak-anak. Tujuannya adalah untuk mencegah kanker yang sekiranya dapat timbul saat anak menjadi dewasa. Penting bagi orang tua apabila anak menunjukkan gejala kanker, maka anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan agar dapat dideteksi sedini mungkin. Dukungan medis dan sosial diperlukan keluarga pasien untuk terapi berkelanjutan. Pengelolaan beban keuangan akan sangat bermanfaat saat awal pasien mulai terdiagnosis sehingga kerentanan keuangan keluarga pasien dapat ditekan.
Sumber :
Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI (2013) : Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013).
- Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA : Mewaspadai Gejala Kanker pada Anak. Buletin Jendela dan Data dan Informasi Kesehatan, Semester 1, 2015.
Echo L. Warner, MPH, Anne C. Kirchhoff, PhD, MPH, Gina E. Nam, and Mark Fluchel, MD : Financial Burden of Pediatric Cancer for Patients and Their Families. Huntsman Cancer Institute and University of Utah, Salt Lake City, UT. Journal on Oncology Practice, Vol 11, Issue 1, 2014.
http://canceratlas.cancer.org/the-burden/cancer-in-children/.
http://www.depkes.go.id/article/view/16102600001/-perkembangan-dan-tantangan-implementasi-jkn.html