JAKARTA (HN) -Tidak adanya pasokan obat bius di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soekardjo, Kota Tasikmayala, Jawa Barat, Jumat (13/1) menyebabkan ditutupnya layanan tindakan operasi bagi pasien. Akibatnya, pasien dalam kondisi gawat terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain.
Terhentinya pasokan obat ini karena RSUD menunggak pembayaran obat kepada perusahaan rekanan sekitar Rp 25 miliar. Tunggakan akibat belum cairnya klaim dari Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dari Pemerintah Kota Tasik dan Pemerintah Kabupaten Tasik.
“Kondisi banyak terjadi pada RS di daerah. Artinya, adanya komunikasi yang salah antara perusahaan farmasi, BPJS Kesehatan, dan rumah sakit. Seharusnya, ada kepercayaan antara ketiganya sehingga pelayanan kesehatan tidak terganggu,” kata Kepala Bidang Media Massa dan Opini Publik, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Busroni kepada HARIAN NASIONAL, di Jakarta, Rabu (18/1).
Menurutnya, pelayanan di RSUD adalah kewenangan dari pemerintah daerah. Jadi dinas kesehatan itulah yang harus membina rumah sakit di daerahnya termasuk juga komunikasi administrasinya dengan BPJS dan perusahaan farmasi.
Dia mengingatkan pengalaman ini harus menjadi pelajaran ke depan. Sehingga dokumen-dokumen klaim yang diajukan oleh rumah sakit ke BPJS atau pemda tidak lagi terlambat. Kalau berlalrut sampai sekian banyak, kata dia, berarti ada dokumen yang sudah lama dibiarkan.
“RS harusnya membantu rakyat, jangan justeru menjadi korban akibat sistem atau mekanisme yang tidak berjalan. Perusahaan obat kan juga ingin hidup, mereka tidak ingin mati di tengah jalan karena tidak ada pembiayaan,” katanya.
Direktur RSUD dr Soekardjo Wasisto Hidayat mengatakan, pihaknya telah memesan obat ke perusahaan rekanan, namun belum juga dikirim karena masih menunggak utang.
Menurutnya, memang dalam aturan perusahaan disebutkan jika menunggak lebih dari 90 hari, obat tak akan dikirim. Namun, obat-obat ini adalah yang diperlukan untuk orang miskin.
“Kebetulan duit kami masih di luar. Karena belum cair kita belum bisa membayar kepada rekanan. Akhirnya rekanan itu menghentikan pengiriman. Padahal itu obat life saving. Sehingga pada Jumat kemarin operasi tidak dilaksanakan karena tidak ada obat bius,” katanya.
Saat ini, ujarnya, RSUD telah mendapat pinjaman dana dari Bank Jabar sebesar Rp 3,9 miliar. Sehingga pada Rabu (18/1) layanan operasi sudah normal. Ihwal adanya informasi yang menyebutkan RSUD menolak pasien miskin, Wasisto membantahnya.
Sumber: harnas.co