BIREUEN – Pagi yang belum bersahabat dengan kondisi cuaca yang sedikit murung, tidak menyurutkan langkah warga untuk terus memulai aktivitasnya. Jam baru menunjukan pukul 9.00 WIB, tetapi langkah-langkah guntai terus tersusun satu persatu menancap di lorong-lorong sempit yang sedikit bersih.
Sementara di sudut lorong lain, warga silih berganti memadati kursi yang terbuat dari beton sambil menunggu pangilan nomor antri, meski sesekali mereka melirik langkah orang lain yang juga menunggu giliran.
Di tengah kesederhanaan bangunan yang terletak di sisi barat alun-alun Kota Bireuen, gedung bercat putih ini bukan tanpa memiliki persoalan, tak hanya kasus pelayanan yang kurang baik, juga pengunjung yang mengabaikan peraturan.
Di sini, di rumah sakit umum Bireuen ini, mereka menaruh harapan, agar kesehatan yang menderanya dapat segera sembuh dan pulih kembali.
Hanya berbatas tembok ruang IGD rumah sakit plat merah ini, sebagian dari mereka menyisakan ranjang lipat seadanya dengan mendapatkan pelayanan di ruangan kosong tanpa kamar.
Sementara bila malam hari, mereka akan berselimut dengan angin malam diterangi lampu-lampu dari celah-celah ruangan lain.
“Baru masuk tadi pagi, tapi tak ada ruangan, tetapi bapak itu sudah sejak kemarin juga belum ada kamar, sehingga dirawat di sini,” sebut seorang keluarga pasien di Rumah Sakit Umum Bireuen, Habibah kepada GoAceh, Rabu (25/1/2017).
Menurutnya, orang tuanya mengeluh sakit sejak dua hari lalu, sehingga terpaksa dirujuk ke rumah sakit umum Bireuen ini. Tetapi petugas mengaku, seluruh ruangan inap penuh.
Tak hanya keluarga Habibah ini, ada sejumlah pasien lain yang masih tetap dirawat di lorong-lorong rumah sakit umum tersebut.
Tak ada pilihan lain, kondisi ini tetap mereka terima, apalagi mereka tidak memiliki kerabat orang rumah sakit atau pejabat di pemerintahan, setidaknya anggota dewan yang memudahkan mereka untuk mendapat sebuah ranjang dalam ruangan.
Beranjak dari kondisi ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, program pelayanan kesehatan gratis kembali dijadikan kebijakan utama untuk mengembalikan hak pelayanan si miskin.
Namun seperti biasa, layanan kesehatan gratis tak pernah sepi dari kesengsaraan dalam segi pelayanannya.
Bagi sebagian masyarakat miskin, berbagai program pelayanan kesehatan gratis seperti BPJS atau sejenisnya, ibarat “penolong” di tengah himpitan hidup, beban ekonomi yang tak tertahankan. Tapi sayang mereka tetap kurang mendapat pelayanan yang maksimal.
Menanggapi hal ini, Direktur Rumah Sakit Umum Bireuen, Muhktar yang dikonfirmasi GoAceh, Rabu (25/1/2017) mengaku, hingga saat pengunjung ke rumah sakit Bireuen sangat banyak sehingga tidak tersedianya ruangan.
“Saat ini kapasitas tempat tidur untuk rumah sakit tipe B seperti rumah sakit ini hanya 225 unit, tetapi sekarang terpaksa ditambah lagi menjadi 351. Namun, masih tetap banyak pasiennya sehingga terpaksa dirawat di lorong-lorong,” katanya.
Diakui Muhktar, pihaknya juga sempat menolak dan meminta agar dirujuk atau memilih rumah sakit swasta lainnya, tetapi keluarga pasien tetap menginginkan dirawat di sini.
Beranjak dari persoalan ini, akankan kondisi tersebut terus berlangsung dan mereka tetap terlayani di lorong-lorong, tanpa upaya ke arah yang lebih baik. Entahlah…
Sumber: goaceh.co