Hasil Penelitian
Evaluasi Penerapan Sistem Farmasi Terpadu Di Ruang Rawat Inap VIP RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Kalimantan Tengah
Saat ini RS dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pada saat yang bersamaan menekan biaya. Salah satu sumber biaya terbesar di RS adalah obat dan bahan medis habis pakai, yang jika dikelola dengan benar justru akan menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi RS. Peraturan Menteri Kesehatan telah mengatur bahwa seluruh sediaan farmasi menjadi tanggung jawab Instalasi Farmasi. Selain untuk meningkatkan mutu pelayanan obat-obatan, sistem terpadu di Instalasi Farmasi juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan.
Bersamaan dengan diimplementasikannya JKN, pada Januari 2014 RSUD Dr. Doris Sylvanus menerapkan sistem pelayanan farmasi terpadu satu pintu untuk ruang rawat inap VIP. Penelitian ini mengevaluasi sistem tersebut dengan menggunakan metode kuantitatif dan membandingkan antara ruang rawat VIP dengan ruang rawat non-VIP yang belum menerapkan sistem terpadu. Komponen yang dihitung adalah kinerja profitabilitas keuangan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola organisasinya. Kinerja profitabilitas ini diukur dari laba bersih, gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), operating margin ratio (OMR) serta kualitas layanan obat dengan mengamati resep yang dilayani oleh Instalasi Farmasi selama periode 2 tahun (Juli 2013 – Juni 2015). Ada sejumlah responden yang direktur untuk menilai kualitas pelayanan farmasi melalui pengisian kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien di VIP tidak meningkat secara signifikan, namun jumlah resep, jumlah obat yang diberikan dan jumlah pendapatan meningkat secara bermakna dibandingkan dengan ruang rawat non-VIP. Secara keseluruhan, penerapan sistem pelayanan terpadu farmasi di VIP telah meningkatkan laba bersih secara bermakna, GPM dan NPM turun sedangkan OMR hany ameningkat sedikit. Hal ini terjadi karena ada faktor internal yang berhasil dikendalikan oleh manajemen, dan faktor eksternal berupa fluktuasi harga yang tidak bisa dikendalikan.
Responden yang direkrut untuk menilai mutu pelayanan adalah pasien dewasa, umumnya berdomisili di Kota Palangkaraya, sebagian besar berpendidikan SMU dan sarjana dengan pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI/Pensiunan dan Wirausaha. Rata-rata responden memiliki pendapatan Rp 2,5 – 5 juta (pasien VIP) dan Rp 1 – 2,5 juta (pasien non-VIP). Hasil performance importance analysis menunjukkan bahwa pasien VIP berpendapat prestasi yang sudah dicapai perlu dipertahankan, sedangkan pasien non-VIP menyampaikan harapan untuk perbaikan, antara lain adanya fasilitas penyimpanan obat di ruang perawatan, alur pelayanan obat lebih mudah dan petugas menyiapkan obat untuk pasien. Selama ini, keluarga pasien non-VIP harus mengantri dan mengambil sendiri obat untuk pasien di apotek. Antrean panjang berdampak pada waktu tunggu yang lama sehingga mempengaruhi kepuasan pasien dan tertundanya proses terapi.
Pasien menganggap dimensi responsiveness paling penting. Ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat kepuasan pasien yang optimal, diperlukan daya tanggap karyawan RS yang baik.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan profitabilitas layanan obat pada penerapan sistem farmasi terpadu di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya lebih besar dibandingkan dengan pelayanan obat non terpadu. Persepsi responden terhadap kualitas layanan obat di VIP lebih positif. Saran yang diberikan kepada RSUD dr. Doris Sylvanus adalah menerapkan sistem farmasi terpadu di seluruh ruang rawat inap karena terbukti memberikan profit yang baik dan menimbulkan persepsi positif pasien. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan agar RSUD mempermudah alur pelayanan obat, melengkapi fasilitas tempat penyimpanan obat di ruang rawat inap, serta menggunakan sistem peresepan online yang terhubung dengan informasi stok obat di Instalasi Farmasi.
Abstrak penelitian dapat dilihat disini: http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=99266&obyek_id=4