JAMBI-Aksi Sidak Gubernur Jambi yang dilakukan Jumat (20/1) dini hari belakangan menjadi sangat heboh dan menuai pro kontra.Malahan di media sosial video sidak Zola menjadi viral dan mengundang banyak tanggapan. Ada yang membela aksi Zola, ada juga yang membela perawat yang sedang tidur itu.
Kini video yang beredar semakin banyak ditonton. Makin banyak pemilik akun di media sosial yang menuangkan pendapatnya. Sebagian merasa Sidak sudah patut dilakukan. Ini karena buruknya pelayanan di rumah sakit milik pemerintah tersebut. Sebagian lagi menilai tindakan Zola tak pantas, karena memperlihatkan karakter Zola sebagai pribadi yang arogan.
Ada juga yang menilai kalau aksi tidur para perawat itu sudah sewajarnya mengingat jam malam adalah waktunya istirahat. Yang lain, mempersoalkan kecilnya honorarium diterima petugas kesehatan.
Seperti postingan salah satu akun medsos, Marlina Husiati, Sabtu (21/1). Pemilik akun saat itu mencoba untuk mengklarifikasi apa yang terjadi.
Dia mengaku pada malam itu tetap pergi dinas meskipun meninggalkan orangtuanya yang sedang sakit. Beberapa saat sebelum Zola datang, dia menunggu keluarga dari salah seorang pasiennya yang tengah membeli pampers. Namun, sudah lama ditunggu, keluarga pasiennya belum juga datang.
Tepat ketika dia masuk ke dalam, saat itulah pintu ruangan digedor dan Zola masuk. Menurut dia, aksi itu tidaklah adil untuk dirinya yang sudah mengabdi selama lima tahun dengan gaji di bawah upah layak.
“Bila ada yang berkata pintu di kunci itu salah, liat dan cek sendiri pintu ruangan kami”, tulis akun Marlina Husiati ini yang membuktikannya dengan unggahan surat pernyataan dari keluarga pasien.
Lain lagi dengan postingan akun Facebook Patrianef, yang merupakan seorang dokter yang memposting tulisannya di grup Facebook Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu.
Menanggapi sidak Gubernur Jambi di RSUD Jambi, dia menilai itu adalah kegagalan pimpinan yang merupakan tanggung renteng
mulai dari atas sampai ke bawah. Dalam hal ini mulai dari gubernur, kepala dinas maupun direktur RSUD yang musti bertanggung jawab.
Sejatinya, kata dia, jka tidak ada pasien dan tidak ada pemberitahuan dari front ofiice bahwa ada pasien, buat apa dokter bangun sementara operasi tidak ada dan pasien yang ditangani juga tidak ada. Begitupun pasien yang urgen ditangani tidak ada. Yang sangat perlu, menurut dia, jika ada pasien perlu ditangani maka sistemnya langsung jalan.
Pemilik akun itu menyarankan agar Zola mau menilai RSUD dengan mengikuti seorang pasien secara diam diam mulai dari pendaftaran sampai dia mendapat pelayanan. Ukur waktunya. Lihat respon petugasnya, dan lihat cara mereka melayani orang sakit.
“Manusiawikah mereka terhadap pasien. Dengan cara begini Bapak akan mendapatkan data yang sangat akurat dan bisa dipertanggung jawabkan serta bisa menghapus kesan kurang baik,” tulisnya.
“Berbicara tentang pasien di ruangan, itu adalah pasien yang stabil dan tak perlu dipelototin terus menerus. Beda dengan pasien di ICU dan HCU yang memang perlu dipantau dan dimonitor terus menerus. Jika Bapak menemukan pasien di ICU dan HCU tak dipantau, Bapak panggil pimpinannya dan tegur. Gak perlulah disorot dan membawa wartawan. Banyak mekanisme internal. Jika gagal perbaikan, copot pimpinannya dan yang bersangkutan.
Memerintah daerah beda lho dengan memimpin perusahaan. Memerintah daerah itu dengan hati dan perasaan,” tulisnya lagi. Di samping yang memprotes, dukungan terhadap Zumi Zola juga terus mengalir di media sosial. Seperti dituliskan oleh pemilik akun Donny Pasaribu. Dia mengaku atas nama pribadi dan lembaganya mendukung sepenuhnya tindakan gubernur yang telah melihat secara nyata pelayanan publik yang hancur dan rusak di Provinsi Jambi.
“RSUD Raden Mattaher perlu pembenahan menyeluruh. Lanjutkan sidak ke institusi yang berhubungan dengan pelayanan publik pak Gubernur,” tulisnya.
Surat terbuka berupa dukungan untuk sidak Zola juga terus menyebar di banyak akun facebook. Surat terbuka itu berisikan ucapan terima kasih kepada gubernur yang telah melakukan sidak di RSUD Raden Mattaher.
Isinya juga memuat dukungan atas tindakan cepat gubernur, terlebih karena banyaknya keluhan masyarakat atas buruknya pelayanan di RSUD selama ini.
“Banyak keluhan masyarakat yang mengatakan bahwa pelayan rumah sakit sombong dan perawat sering marah kepada pasien dan keluarga pasien.” begitu tertulis di surat terbuka tersebut sebagaimana yang dibagikan pemilik akun Benny Depati Wirsa.
“Harapan kami Rakyat Jambi agar pelayanan RSUD Raden Mattaher semakin baik di bawah kepemimpinan bapak gubernur Jambi. Kami merindukan pelayan terbaik di RSUD. Kami rindu senyum perawat dan keramahan dokter. Kami rakyat Jambi ingin pelayanan terbaik di bidang kesehatan,” tulisnya lagi.
Gubernur Jambi, Zumi Zola, sendiri saat dikonfirmasi kembali terkait banyaknya postingan di media sosial yang mengomentari aksi sidaknya, mengaku sudah memikirkan risiko atas tindakannya.
Menurutnya, selama dia jadi gubernur, sudah hampir setahun, pelayanan rumah sakit itu masih buruk dan banyak laporan yang masuk kepadanya terkait pelayanan rumah sakit tersebut.
Sebelum dirinya melakukan sidak secara langsung beberapa waktu lalu, Zola mengaku sudah pernah mengingatkan dan mengimbau serta berkoordinasi dengan Dewan Pengawas RSUD Raden Mattaher untuk memperbaiki layanan. “Tidak hanya RSUD Raden Mattaher. Kepada semua pengelola rumah sakit di Jambi,” kata Zola.
Sumber: