Perdagangan bebas dan globalisasi telah mendorong persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis kesehatan, termasuk rumah sakit sebagai penghasil jasa kesehatan.
Tidak sedikit rumah sakit asing yang melakukan ekspansi ke Indonesia.
Faktor keterbatasan ekonomi golongan tertentu juga menyebabkan pelayanan kesehatan tersegmentasi dalam sarana pelayanan kesehatan yang lebih ekonomis.
Demikian disampaikan dr.Agung Sapta Edi dari Gerakan Moral Dokter Indonesia Bersatu.
Ia berujar, karena perdagangan bebas dan globalisasi inilah, timbul praktek-praktel ilegal kedokteran yang dilakukan oleh oknum-oknum. Mereka ini tidak memiliki kompetensi dan kapasitas menjalankan praktek kedokteran.
“Tidak hanya legalitas yang dilanggar namun yang lebih berbahaya adalah telah terjadi malpraktik yang sebenarnya,” kata Agung dalam diskusi bertajuk Darurat Farmasi, di Pasar Festival, Jakarta, Minggu, (24/7).
Ia mengamati, kebiasaan-kebiasaan orang kaya di Indonesia, termasuk para pejabat dan tokoh yang kerap berobat ke luar negeri adalah bukti buruknya kualitas pelayanan rumah sakit dalam negeri.
“Banyak orang kaya, berbondong-bondong ke luar negeri misalnya ke rumah sakit Singapura, China dan Malaysia. Patut dipertanyakan seberapa parahkah kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia,” kritiknya.
Ia melanjutkan, kasus vaksin palsu menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan praktisi kesehatan. Para pelakunya layak diberi hukuman setimpal.
Kericuhan vaksin palsu dikhawatirkan Agung mengundang ketidakpercayaan publik sektor kesehatan dalam negeri.
“Bukan tidak mungkin RS asing bahkan negara asing akan memanfaatkan kondisi ini,” ujarnya.[wid]
Sumber: rmolsumsel.com