Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SGPDT) menjadi topic yang diangkat Indo Health Care Forum, IKKESINDO dan PKMK FK UGM pada seminar kali ini (Rabu, 3/2/2016). Sejumlah pembicara memaparkan pengalaman terbaiknya seputar kegawatdaruratan. Titi Masrifaharti, Dirut RSUD Bekasi memaparkan sejumlah perkembangan soft launching SGPDT melalui call center 119 di Bekasi. Call center 119 ini melibatkan kepolisian, Dinkes Bekasi, pemadam kebakaran dan pihak lain yang terkait. Selain call center, dikembangkan pula website untuk kegawatdaruratan yang mempunyai beberapa fitur, salah satunya panic button. Namun, apakah panic button bisa diakses jika tidak ada koneksi internet?, ungkap seorang peserta. Titi menjelaskan jika masyarakat atau keluarga pasien tidak bisa mengakses panic button yang ada di website, bisa langsung akses telepon call center. Bukan hanya call center yang disediakan RSUD Bekasi, pemerintah kota melalui salah satu Perwal-nya menanggung seluruh biaya kesehatan orang terlantar, narapidana, mereka yang berkasus, jumlah masing-masing 15 Milyar rupiah di RSUD dan Dinkes per tahun.
Supriyantoro dari IKKESINDO menyatakan diskusi yang mempertemukan banyak pihak ini gratis untuk seluruh peserta, karena merupakan corporate social responsibility (CSR) dari PT IDS Med melalui yayasannya yaitu INDO Health Care Forum. Harapannya, diskusi semacam ini dapat diakses seluruh kalangan masyarakat, bukan hanya dari sektor kesehatan. Selain itu, diskusi ini diharapkan memberikan banyak masukan positif untuk masyarakat.
Prof. dr. Nila F Moeloek, Menteri Kesehatan RI, dalam sambutannya menegaskan kita harus mendidik masyarakat untuk terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Kegawatdaruratan salah satunya langsung bersinggungan dengan kecelakaan di jalan. Maka, kesadaran keselamatan pengguna jalan harus dikampanyekan sejak dini.
Contoh menarik disampaikan dr. Budi (Kemenkes), Layanan pra hospital kurang didengar, karena mainstream-nya di klinik. RS dan puskesmas. Namun, layanan pra rumah sakit ini banyak dilakukan sekelompok kecil orang di masyarakat. Faktanya, the best performance dari Kemenpan 2015 yaitu call center 119 Kabupaten Boyolali. Ruang kantornya hanya 3×4 dan 3 orang staf yang berjaga secara shift pagi-siang-malam. Ini tidak efektif, namun usaha ini sangat dihargai. Hampir seluruh aktivitas yang diperlukan dilakukan seorang diri. Dia menerima telpon, dia menyetir, dia yang memberi pertolongan pertama dan membawa pasien ke RS. Namun, dia menulis apa saja yang sudah dilakukan, ini yang patut dicontoh. Lalu call center dengan responder tercepat di Indonesia, saat orang menelpon hingga datang bantuan yaitu di Mataram hanya 5 menit (karena kotanya kecil dan tidak macet). Hal yang terpenting ialah harus ada nomor-nomor penting call center yang selalu bisa dihubungi (W).
Materi Presentasi: