Pertumbuhan rumah sakit Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dalam jumlah ketersediaan pelayanan kesehatan berupa rumah sakit, sedangkan menurut proyeksi BPS diperkirakan ada 57% penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa sedangkan sisanya berada di daerah Sumatera kira-kira ada 22%nya, Kalimantan 6%nya, Sulawesi diperkirakan ada 7% dan Papua sekitar 2 %nya saja dari total jumlah penduduk Indonesia Dengan adanya kebijakan pemerintah melalui JKN, dimana seluruh pelayanan kesehatan masyarakat dijamin oleh negara mengakibatkan salah satunya semakin bertumbuh kembangnya rumah sakit swasta for profit yang mengalami kenaikan sebesar 42% (sumber: http://sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/report/). Hal menunjukkan bahwa bisnis industri rumah sakit masih merupakan bisnis yang menarik bagi kalangan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Indonesia pada sektor pelayanan kesehatan. Akan tetapi sebuah rumah sakit seharusnya tidak saja memikirkan hanya dari sisi profitnya saja, namun harus juga di imbangi dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas. Kita melihat rata – rata 50% dari aktifitas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dilakukan adalah pemborosan dan tidak memberikan nilai tambah pada jasa pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien. Sebagai contoh, seorang dokter bedah di sebuah rumah sakit ternama mengatakan, dibandingkan dengan rumah sakit di Australia tempat dia pernah bekerja sebelumnya, untuk jumlah ketersediaan pasien yang sama, dokter tersebut dapat melakukan tiga kali lebih banyak operasi di Australia dibandingkan dengan di Indonesia. Artinya, efisiensi ruang bedah di Indonesia hanya sepertiga dari efisiensi di Australia. Hal ini disebabkan karena turnover time (waktu yang dibutuhkan untuk persiapan) dari operating room di Australia hanya 30% dari turnover di Australia. Disamping itu, ada banyak non-value-added activities di RS yang tidak memberikan nilai tambah bagi pasien. Penerapan konsep lean hospital (RS yang ramping) mengandung makna mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai bagi pasien, menyederhanakan prosedur (tanpa mengurangi mutu), atau dengan kata lain merampingkan RS. Bagi rumah sakit, prinsip lean setidaknya memiliki tiga tujuan:
Dalam proses akreditasi JCI ketiga hal tersebut menjadi suatu hal penting dalam proses dan bila dilaksanakan, lean akan mendukung proses akreditasi standard JCI. Reportase Seminar Nasional Kegawatdaruratan Pra Rumah Sakit Seminar kegawatdaruratan usai digelar pada Rabu (3/2/2016) di kampus Fakultas Kedokteran UGM. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SGPDT) menjadi topic yang diangkat Indo Health Care Forum, IKKESINDO dan PKMK FK UGM pada seminar ini. Sejumlah pembicara memaparkan pengalaman terbaiknya seputar kegawatdaruratan. Prof. Nila Moeloek, Menkes RI menegaskan kita perlu mendidik masyarakat sejak dini betapa pentingnya keselamatan di jalan atau berkendara. Tidak dapat disangkal, kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu faktor penting kegawatdaruratan di rumah sakit. Selengkapnya, klik disini. LEAN HOSPITAL Definisi, Contoh dan Strategi Penerapan – Bagian 1 Sebuah survei yang dilakukan tahun 2001 menunjukkan bahwa untuk setiap satu jam pelayanan terhadap pasien di IGD, petugas membutuhkan satu jam juga untuk menyelesaikan tugas administratif. Tiap satu jam pelayanan di Operatie Kamer (OK) atau ruang operasi dan ruang rawat intensif, petugas membutuhkan 36 menit untuk menyelesaikan tugas administratif, di ruang perawatan membutuhkan 30 menit dan pada layanan home care dibutuhkan 48 menit untuk menyelesaikan hal tersebut. Survei ini menemukan bahwa hanya 18% waktu yang digunakan oleh petugas untuk melakukan pekerjaan yang langsung berhubungan dengan perawatan pasien, 69% waktu digunakan untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan perawatan pada pasien dan sisanya digunakan untuk pengembangan profesional, pendidikan, travel dan untuk keperluan pribadi yang masing-masing besarnya kurang dari 10%. Di satu sisi, kegiatan administratif diperlukan untuk mencegah terjadinya kesalahan, termasuk medical error, namun di sisi lain kegiatan yang berlebihan dapat menganggu fokus petugas terhadap masalah pasien. Oleh karena itu, perlu dikenali mana aktivitas yang memang benar-benar diperlukan dan mana yang merupakan “sampah” atau waste. Tulisan ini mencoba membahaslean hospital dari berbagai literatur dan kasus yang terjadi di RS. Artikel ini merupakan bagian pertama dari rangkaian tulisan yang akan diterbitkan pada minggu-minggu berikutnya. Selengkapnya silakan klik disini. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
Lima Kualitas Kunci untuk Pimpinan Perawat yang Sukses | Isu-isu Keselamatan Pasien Tahun 2016 |
09 Feb2016
Edisi Minggu ini: 9 – 15 Februari 2016
Subscribe
Login
0 Comments