LEADERSHIP DALAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Oleh Tri Yuni Rahmanto
Divisi Manajemen Rumah Sakit PKMK FK UGM
Leadership keperawatan pada rumah sakit sangat dibutuhkan. Regulasi di Indonesia tentang organisasi rumah sakit dan fakta bahwa perawat adalah profesi terbanyak pada sebuah rumah sakit menjadi alasan untuk hal tersebut. Perencanaan kebutuhan perawat baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, pengorganisasian dan evaluasi kinerja keperawatan membutuhkan leadership yang baik. Di luar Indonesia, sebagai pembanding British Culombian Nurse’s Union bahkan menyatakan bahwa untuk perawat, kepemimpinan diperlukan dalam empat domain: praktek klinis, penelitian, pendidikan dan administrasi. Oleh karena itu sejak dalam pendidikan, seorang perawat membutuhkan materi pembelajaran tentang leadership dan kemampuan manajerial.
Sejarah pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia tercatat sudah dimulai tahun 1985. Ditandai dengan dibukanya program studi ilmu keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang sampai dengan sekarang telah menjadi fakultas tersendiri dengan Fakultas Ilmu Keperawatan. Sejak itu pula pendidikan keperawatan dikembangkan dengan tujuan untuk memenuhi sumber daya manusia keperawatan dengan intelektualitas tinggi dan bermoral etik yang dapat dipertangungjawabkan serta mampu membuat perubahan ke arah pelayanan keperawatan yang lebih profesional. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan juga mampu menjawab tantangan tentang leadership dalam pendidikan keperawatan.
Leadership sebagai sebuah materi pembelajaran yang diperlukan untuk membuat perubahan menjadi mutlak diperlukan. Menurut pengalaman penulis yang pernah mengenyam pendidikan keperawatan SPK, Akademi Keperawatan sampai dengan S1 Keperawatan dan profesi Ners memang terdapat muatan materi leadership pada setiap jenjang pendidikan tersebut. Porsi muatan materi leadership tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan yang dipersyaratkan pada setiap jenjang. Demikian juga pada level pendidikan S2 sampai dengan S3 keperawatan. Curtis et al (2011) mengemukakan bahwa leadership menjadi penting sejak dalam pendidikan keperawatan. Dalam jurnalnya disampaikan bahwa University of Edinburgh(2010) memandang organisasi dan manajemen untuk menjadi komponen kunci dari kepemimpinan dan diajarkan di tahun ke-4 dari pendidikan sarjana keperawatan. University of Washington di Seattle (2010), program BSN (Bachelor of Science in Nursing) menetapkan bahwa salah lulusan akan menerapkan konsep kepemimpinan, keterampilan, dan pengambilan keputusan dalam ketentuan dan pengawasan keperawatan. Trinity College Dublin (2010) juga membahas kepemimpinan klinis di tahun ke-4 dari Program BSc sebagai komponen manajemen dan modul kebijakan kesehatan.
Materi leadership di jenjang pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia termuat dalam mata kuliah manajemen keperawatan. Pada jenjang D3 Keperawatan yang harus menempuh minimal 110 SKS (Satuan Kredit Semester), mata kuliah manajemen keperawatan masuk dalam materi kuliah Keperawatan Dasar dengan 2 SKS. Ini berarti sekitar 1,8% muatan materi leadership pada jenjang D3 Keperawatan. Sedangkan di S1 Keperawatan yang terbagi menjadi pendidikan akademik dan profesi, menempatkan 4 SKS pada tahap akademik dari 153 SKS yang harus ditempuh, dan 4 SKS pula pada tahap profesi dari 36 SKS yang harus ditempuh. Ini berarti secara total 4,2% muatan materi leadership di S1 + profesi keperawatan. Kemudian terdapat pendidikan pasca sarjana dalam keperawatan yang mengkhususkan diri mempelajari manajemen keperawatan pada level magister manajemen keperawatan.
Mengingat pentingnya leadership dan fakta diatas, perlu dikembangkan materi pembelajaran leadership dalam pendidikan keperawatan sebagia salah satu mata kuliah. Mahasiswa harus dididik dan diberikan pengalaman praktis dalam hal leadership dan manajerial. Demikian juga setelah seorang perawat berkarir disebuah rumah sakit perlu dikembangkan jenjang karir yang pelatihan kepemimpinan yang cukup, sehingga kebutuhan akan tantangan kepemimpinan dalam dunia keperawatan maupun rumah sakit sakit pada umumnya dapat terjawab.
Dalam akreditasi rumah sakit versi 2012 peran leadership keperawatan tidak kalah pentingnya. Hampir setiap indikator dalam penilaian akreditasi ini membutuhkan kepemimpinan seorang perawat dengan kerjasama dengan seluruh civitas hospitalia. Setiap kelompok standar dalam akreditasi dan sasaran keselamatan pasien rumah sakit memerlukan kepemimpinan seorang perawat disamping profesi lain. Pada kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, bab akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan, asesmen pasien dan pelayanan pasien membutuhkan peran leadership keperawatan dalam proses keseluruhan layanan pasien sejak masuk sampai dengan keluar dalam pengorganisasian layanan keperawatan. Kelompok standar manajemen rumah sakit pada bab Tata kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan serta bab Kualifikasi dan Pendidikan mensyaratkan bahwa proses kredentialing keperawatan adalah wajib dan mutlak membutuhkan kepemimpinan manajerial keperawatan. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit juga sangat membutuhkan peran perawat dan kemampuan leadershipnya, yaitu dengan menjamin bahwa orang yang datang ke rumah sakit terhindar hal hal yang merugikan. Hampir bisa dipastikan kebutuhan leadership keperawatan tidak terbantahkan dalam akreditasi rumah sakit versi 2012.(TYR)
Referensi :
British Columbians Nurses Union (2015), Position Statement Nursing Leadership, www.bcnu.org
Elizabeth A. Curtis, Jan de Vries, Fintan K. Sheerin (2011), Developing leadership in nursing: exploring core factors, British Journal of Nursing, (2011) Vol 20, No 5.
Standar Akreditasi Rumah Sakit (2011), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)