manajemenrumahsakit.net :: PREVALENSI pasien malnutrisi di RS cukup tinggi, beberapa penelitian menunjukkan sekitar 30-50% yang masuk RS sudah menderita malnutrisi, bahkan 20% sudah menderita malnutrisi berat dan dua per tiga pasien selama dirawat di RS akan mengalami penurunan status gizi. Malnutrisi dibedakan,yang pertama gizi kurang dan yang kedua kelebihan gizi (obesitas). Defisiensi asupan zat gizi, gangguan metabolisme atau penyerapan zat gizi menyebabkan malnutrisi, sehingga berdampak pada proses penyembuhan dan masa rawat yang lebih lama, penurunan kualitas hidup pasien dan tingginya biaya perawatan.
Unit gizi klinik di rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan medik yang bertujuan untuk memenuhi status gizi pasien, dan memberikan terapi gizi yang optimal untuk menunjang fungsi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien. Pelayanannya sendiri meliputi pelayanan gizi klinik (Clinical nutrition service) dan pelayanan diet (Hospital nutrition service). Gizi klinik diselenggarakan oleh dokter spesialis gizi klinik (SpGK), dalam pelaksanaannya didukung oleh Tim Terapi Gizi (TTG) atau Nutrition support team (NST), terdiri dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP), konsultan intensive care khusus pengelolaan pasien ICU, perawat, dan ahli gizi/dietisen untuk memberikan pelayanan terapi gizi satu pintu (one gate system). Terapi gizi klinik mengatur dan memberikan asupan gizi pasien baik pasien rawat inap maupun rawat jalan untuk mempertahankan atau mencapai status gizi yang optimal, memperbaiki stres metabolik, menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit serta mempercepat proses penyembuhan.
Pelayanan gizi klinik di RS menentukan diagnosis status gizi, status metabolik, dan menentukan kebutuhan terapi yang meliputi kebutuhan zat gizi makro (protein, karbohidrat, lemak), zat gizi mikro/spesifik seperti imunonutrisi, antioksidan, wound healing(penyembuhan luka) dan nutrigenomik. Status gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat mempengaruhi perubahan status gizi pasien. Keadaan tersebut saling timbal balik, seperti lingkaran setan. Kondisi pasien selama di rawat di RS umumnya semakin memburuk karena kebutuhan zat gizi yang tidak sesuai dengan kondisi klinis.
Pemberian terapi gizi disesuaikan dengan kondisi klinis pasien, status gizi, dan status metabolisme tubuh serta perubahan fungsi organ selama penyembuhan serta harus dimonitoring dan dievaluasi sesuai dengan perubahan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan penyakit baik akut maupun kronik dengan memperhatikan pemberian terapi gizi agar tidak melebihi kemampuan organ tubuh dalam melaksanakan fungsi metabolisme. Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi Call Center 24 Jam SMC RS. Telogorejo di nomor Telp. (024)8646 6000.(dr Arien Himawan, M.Kes, SpGK)
Sumber: suaramerdeka.com