Reportase
Pelantikan Pengurus Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Periode 2015-2018
Reporter: Tri Yuni Rahmanto
Pada Rabu, 23 September 2015 lalu telah berlangsung pelantikan pengurus baru PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Cabang DIY untuk periode 2015-2018 di Ruang Utama Gedung Diklat Lantai IV RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Dalam sambutannya setelah pelantikan, Ketua PERSI cabang DIY yang baru dr. Syafak Hanung, Sp.A, MPH., yang juga direktur RSUP Dr. Sradjito menyampaikan bahwa permasalahan perumahsakitan di Indonesia saat ini semakin meningkat baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya, tapi tentu saja tidak ada masalah yang tidak terselesaikan. Dengan kebersamaan RS (DIY khususnya), diharapkan secara sinergis seluruh RS dapat bahu membahu dan berkerjasama memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sehingga tujuan PERSI terwujud seperti yang diharapkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DIY yang diwakili oleh Sekretaris Dinas menegaskan kembali bahwa saat ini kita sudah dihadapkan pada era Masyarakat Ekonomi Asia yang harus dihadapi dengan peningkatan mutu pelayanan RS agar dapat bersaing dan menjadi tuan rumah di wilayah sendiri. Oleh karena itu, PERSI DIY dipandang mempunyai peran sentral dalam pelayanan kesehatan terutama pelayanan rumah sakit serta merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan JKN di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya.
Kemudian Dr. dr. Sutoto, M.Kes selaku ketua PERSI Pusat menggarisbawahi pernyataan pembicara sebelumnya dengan menggambarkan tatangan RS di Indonesia saat ini adalah Akreditasi Rumah Sakit yang digambarkan sebagai “tsunami” kecil bagi RS. RSUP Dr. Sardjito diharapkan bisa menjadi pelopor dan penggerak seluruh RS dalam menghadapi Akreditasi RS. Tantangan yang lain adalah era JKN dimana sistem asuransi dan penjaminan menjadi hal yang tak terhindarkan dalam pelayanan kesehatan. Menurut Sutoto selanjutnya, era JKN menjadikan RS tergolong dalam beberapa tipe. Tipe yang pertama adalah RS “unhappy”, yang oleh karena perubahan tersebut RS tidak mau beradaptasi dan melalukan antisipasi pada berbagai fungsi, sehingga yang ada mengeluh dan mengeluh tanpa perbaikan. Tipe yang kedua adalah tipe RS “happy”, RS ini sangat adaptif terhadap perubahan, dinamis dalam berorganisasi dan terjadi sinergi yang harmonis antara manajemen dan profesional fungsional di RS, mereka mampu membaca situasi dan mencari peluang dalam perubahan apapun. Tipe selanjutnya adalah RS “survive”, yang berkonsentrasi pada segmen pasar kelas atas, pelayanan VVIP, medical tourism dan memang tidak berkomitmen untuk bekerjasama dengan BPJS. Tipe yang terakhir adalah RS “bersyukur”, karena belum pernah berhitung dengan unit cost dalam penentuan tarif, dan ternyata beberapa tarif INA-CBGs lebih tinggi dari tarif RS yang telah ada.
PERSI mengajak seluruh RS untuk selalu mencermati INA-CBGs sebagai alat untuk kendali biaya disamping kendali mutu dalam pelayanan di RS. PERSI juga selalu mengajak BPJS untuk tidak henti-hentinya melakukan evaluasi terhadap tarif INA-CBGs sehingga dapat memberikan manfaat ke semua pihak.
Selain acara pelantikan pengurus, siang itu juga terdapat acara seminar dengan tema “Akreditasi RS ditinjau dari Manajemen Risiko” dengan nara sumber Dr. dr. Sutoto, M.Kes dan “Peran Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) dalam Manajemen RS” oleh Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS. selaku ketua BPRS. Dalam penjelasannya, Sutoto menggambarkan banyak standar dalam Akreditasi RS merupakan upaya pengelolaan pencegahan risiko dalam manajemen risiko, seperti standar kualifikasi dan pendidikan staf, standar pengendalian dan pencegahan infeksi serta standar lain dalam akreditasi. Kesimpulannya, seluruh standar dalam akreditasi dibuat untuk mencegah risiko terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pelayanan rumah sakit. Sementara itu, Slamet Riyadi Yuwono menyampaikan peran BPRS dalam permasalahan rumah sakit adalah pengawasan dan pembinaan pada lingkup non-teknis yang bersifat eksternal seperti masalah perijinan, penetapan kelas RS dan konflik konflik dengan pihak eksternal, sehingga BPRS lebih berperan dalam memberikan pertimbangan kepada regulator dalam penentuan penyelesaian masalah-masalah yang mengenai sebuah RS.
Pada akhir acara, dilanjutkan dengan ramah tamah sambil menikmati makan siang seluruh pengurus PERSI baru dengan tamu undangan seluruh direksi RS wilayah Yogyakarta yang berjumlah sekitar 74 RS. (TYR).