Financeroll
Archive for 2014
Parkir RS Mitra Bekasi Barat Mahal, Masyarakat Pilih Pakir Liar
LEMAHNYA pengawasan Dinas Perhubungan Bekasi membuat parkir liar semakin menjamur. Seperti di jalan Tangkuban Perahu, Kayuringin, Bekasi Barat tepatnya di samping RS Mitra Bekasi Barat.
Terpantau, puluhan motor terparkir rapih di bahu jalan.
Menurut salah seorang warga Bahrudin (53) parkir menumpuk mulai sekitar Pukul 07:00-10:00wib di setiap harinya. Motor-motor tersebut milik pasien rumah sakit terdekat.
“Soalnya parkiran didalam rumah sakit sering penuh Bekasi, padahal pengunjung rumah sakit tersebut setiap harinya cukup banyak,” tutur Baharudin pemilik usaha warung makan yang juga warga RT 002/011 Kamis (15/2)
Sementara salah satu pengguna parkir Haidar (47) mengatakan, lebih memilih parkir di tempat ini karena praktis dan lebih efisien. “Kalau di dalam terlalu lama karena harus putar-putar cari tempat parkir, sering penuh,” katanya
Haidar yang hendak menjenguk keluargnya Ini mengaku, tarif yang di keluarkan pihak pengelola rumah sakit juga katanya tak sesuai.
“Kalau parkir diluar maksimal paling bayar Rp 3000 dan udah langsung pulang, kalau di dalam bisa lebih dari Rp 5000, belum lagi periksa-periksa SNTK, saya harap pihak rumah sakit mengevaluasi lagi lahan dan tarif parkir,” cetus warga Bekasi Jaya RT09/05 ini.
Sementara itu Kepala seksi pengendali dan keselamatan lalu lintas Dinas Kota Bekasi Ikhwanudin, mengaku sudah berulangkali mentertibkan parkir liar di lokasi itu.
“Kami sudah sering menegur kepada pengelola parkir liar motor itu, namun habis ditegur mereka balik lagi. Dengan adanya laporan ini kita akan evaluasi kembali pengawasnnya, terutama bagi pihak rumah sakit yang sampai sekarang masih terkendala minimnya lahan parkir,” pungkasnya.(joy)
Sumber: gobekasi.com
RS Siloam Bali Siap Kerja Sama dengan JKBM
Bisnis.com, DENPASAR–Manajemen Rumah Sakit Siloam di Bali menawarkan kerja sama dengan Pemprov Bali dalam hal memberikan pelayanan bagi masyarakat yang hendak memanfaatkan Jaminan Kesehatan Bali Mandara.
Direktur Siloam Hospitals Bali I Wayan Sutarga mengungkapkan dengan fasilitas lengkap yang dimiliki rumah sakit Siloam, pihak RS Siloam berharap dapat ikut membantu dan memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat Bali.
“Kami berharap fasilitas kelas tiga yang ada di rumah sakit di Sunset Road dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Bali,” jelasnya dalam keterangan tertulis usai menemui Gubernur Bali Made Mangku Pastika di kantornya, Selasa (13/5/2014).
Di Bali, RS Siloam mengoperasikan tiga rumah sakit bertaraf internasional dan memiliki fasilitas yang lengkap dan salah satunya terletak di Sunset Road. Upaya tersebut dilakukan RS Siloam Bali untuk menghilangkan kesan mewah sehingga tidak menjadi hambatan bagi masyarakat yang berniat mendapatkan layanan.
Menanggapi tawaran tersebut, Mangku Pastika mengapresiasi dan berterima kasih kepada pihak Siloam atas tawaran kerjasama yang diberikan, karena akan meningkatkan kualitas Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).
Dinkes Jabar Siapkan Tujuh RS Tangani Pasien Mers
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Untuk menangani pasien yang terkena Mers, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat, menyiapkan tujuh Rumah Sakit (RS) yang ada di Jawa Barat. RS tersebut, akan siaga menangani pasien dengan gejala Mers terutama mereka yang baru kembali dari negara-negara wilayah Arab.
“Sebetulnya ada 7 RS yang disiapkan. Seperti RSHS, Gunung Jati, RS Subang, yang lainnya saya lupa. Pokoknya yang pernah disiapkan untuk flu burung dan Sars dulu,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar Alma Lucyati kepada wartawan, Senin petang (12/5).
Alma mengatakan, semua RS tersebut standarnya sama. Tapi, RSHS memang menjadi rujukan utama. Selain berkoordinasi dengan seluruh Dinkes Kabupaten Kota di Jabar, pihaknya pun berkoordinasi dengan biro-biro perjalanan haji dan umroh untuk menekan penyebaran virus mers di Jabar. ”Sudah ada 11 yang suspect, Insya Allah semuanya negatif,” katanya
Menurut Alma, Dinkes Jabar sudah mengeluarkan edaran kepada biro-biro perjalanan haji dan umroh untuk melakukan upaya pencegahan. Yakni, mulai dari memberikan wawasan, sosialisasi, pelatihan, upaya preventif, hingga membantu dan memantau jamaah yang baru pulang umrah.
“Setelah jemaah pulang, dua pekan dipantau. Karena masa inkubasinya 2 hari sampai 2 pekan. Kan biro-biro ini lah yang memiliki data lengkap jemaah,” katanya.
Namun, Alma berharap, masyarakat melakukan upaya aktif untuk memeriksakan diri jika merasakan gejala-gejala seperti demam serta batuk dan kebetulan baru pulang dari Arab. Dengan upaya aktif ini, setidaknya bisa mengurangi penularan kepada orang-orang terdekat seperti anak, istri, suami, dan yang kerabat dekat lainnya.
“Kalau sudah lewat dua pekan dari kepulangan, berarti aman,” katanya.
Upaya tersebut, kata dia, merupakan salah satu cara untuk melakukan deteksi dini. Dinkes Jabar, akan sangat senang dan bersukur kalau masyarakat bisa kooperatif. ”Pulang dari daerah Arab, Qatar, Oman dan sekitarnya, lalu datang ke kami,” katanya.
Sumber: berita.plasa.msn.com
Edisi Minggu ini: 13 – 19 Mei 2014
+ Artikel http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23931040 merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karalapillai D, Baldwin I, Dunnachie G, Knott C, Eastwood G, Rogan J, Carnell E, Jones D. dan dipublikasikan di Pubmed pada Juni 2013. Sebagaimana juga berbagai publikasi lainnya mengenai efektivitas komunikasi di dalam RS, komunikasi tertulis yang sistematis merupakan satu keharusan untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan akhirnya meningkatkan keselamatan pasien. |
||||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | ||||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
||||
|
Era JKN, RS Surplus atau Defisit? |
|
University hospitals as drivers of career success: an empirical study of the duration of promotion and promotion success of hospital physicians |
Keselamatan pasien masih tertinggal di RS-RS di AS
Keselamatan pasien masih tertinggal di RS-RS di AS[*]
Rating Tahun 2013 oleh Consumer Reports menunjukkan bahwa sebagian besar RS perlu pembenahan
Consumer Reports magazine: May 2013
Majalah Concumer Reports baru-baru ini merilis laporan mengenai RS-RS peringkat tertinggi dalam hal keselamatan pasien. Pada laporan tahun 2012 (Agustus), jumlah RS yang dianalisis ada sebanyak 1.159 dan tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi 2.031 RS di seluruh Amerika. Namun dari data yang dianalisis, menurut Consumer Report ada banyak aspek yang masih perlu mendapat perhatian, antara lain:
- RS dengan rangking terendah, yaitu Clinch Valley Medical Center di Richlands, Va., hanya memperoleh skor 14 dari skor total 100. Manajer Risiko dan Risiko, Beth Stiltner, mengatakan bahwa skor hanya merepresentasikan sebagian kecil dari keseluruhan kinerja RS dan tahun 2012 RS telah berhasil menurunkan angka infeksi nosokomial. RS ini juga selalu melaporkan data terbaru pada pemerintah.
- Skor rata-rata RS adalah 49. John Santa, M.D, Direktur Consumer Reports Health Rating Center mengatakan bahwa jika menyangkut pelayanan kesehatan, hasil skoring tidak pernah baik. Selalu ada yang kurang dan angka ini bahkan masih bisa berubah.
- RS dengan skor tertinggi yaitu Bellin Memorial Hospital di Green Bay, Wis., hanya memperoleh skor 74. Ini menunjukkan bahwa bahkan RS dengan ranking terbaik pun masih membutuhkan banyak perbaikan.
Sebagai informasi tambahan, RS pendidikan yang memiliki tugas mulia mempersiapkan dokter masa depan untuk, malah tertinggal. Sebanyak dua per tiga dari 258 RS Pendidikan yang menyetorkan cukup data untuk dianalisis dalam hal patient safety, berada di bawah garis rata-rata nasional. Menurut Santa, RS-RS Pendidikan harusnya memiliki pencapaian yang tinggi, namun kenyataannya hal tersebut tidak terjadi.
Menyedihkannya, tren tersebut justru terjadi secara akut di New York yang merupakan salah satu kota terbesar dan icon AS. Di NY, 27 dari 28 RS Pendidikan memperoleh skor dibawah rata-rata nasional. Dalam hal ini ada pengecualian, yaitu Winthrop University Hospital di Mineola, N.Y. Secara keseluruhan, 58 dari 70 RS di area tersebut memiliki skor di bawah rata-rata nasional.
Skor keselamatan ini difokuskan pada lima ukuran kunci, yaitu: angka readmisi, komplikasi, komunikasi, penggunaan CT scan yang berlebihan dan angka infeksi. Data yang berasal dari pemerintah “pusat” dan pemerintah di negara bagian, mencakup area yang berbeda, tergantung pada pengukuran spesifik yang dilakukan. Untuk melihat deskripsi lengkap mengenai hal tersebut, anda bisa masuk ke link aslinya dengan mengklik how we rate hospitals.
Rating yang dihasilkan oleh Consumer Reports menunjukkan suatu hasil pengukuran yang penting, namun hasil ini ini bukan satu-satunya sumber yang dapat Anda jadikan referensi. Rating ini, misalnya saja, tidak menilai seberapa sukses sebuah RS dalam memberikan terapi medis. Jadi dalam hal ini, calon pasien dapat mencari informasi dari berbagai sumber lain dan memadukannya menjadi suatu informasi yang komprehensif, misalnya di Hospital Compare yang dikelola oleh pemerintah dan di Leapfrog Group, suatu organisasi independen yang merekam keselamatan dan mutu di RS.
[*] Artikel ini dipublikasi di http://www.consumerreports.org pada Mei 2013
Krisis Oksigen di RSUD Simeulue Mulai Teratasi
SINABANG – Kebutuhan oksigen (O2) serta obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Simeulue mulai teratasi setelah pasokan oksigen dan obat-obatan yang diperlukan tiba via kapal laut di Simeulue, Senin (12/5). Para pasien diharapkan tak lagi gelisah karena apa yang mereka butuhkan sudah tersedia dalam jumlah memadai di rumah sakit itu.
Kabar tentang tibanya pasokan oksigen dan obat-obatan itu disampaikan kepada wartawan melalui konferensi pers di ruang kerja Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Simeulue, Senin (12/5). Temu pers itu dihadiri Direktur RSUD, Kadiskes, Ketua IDI, serta Kabag Humas, dan Kabid Pelayanan
RSUD Gambiran Kediri Bentuk Timsus Tangani Virus Korona
“Kami bentuk tim khusus, agar tidak bisa menyebar kemana-mana. Ada dokter jantung, panyakit dalam, sesuai dengan bidangnya masing-masing,” kata Dr Syahril Hidayat Sp.P, salah seorang dokter RSUD Gambiran, Kediri, kepada wartawan, Senin.
Ia mengatakan penyakit mers ini menjadi sorotan nasional, bahkan di Arab Saudi dikabarkan ada sekitar 133 orang meninggal karena penyakit ini. Terlebih lagi, di Indonesia, banyak masyarakat yang melakukan umrah, sehingga dibentuk tim khusus untuk mengantisipasi penularan virus tersebut.
Ia juga mengatakan, RSUD Gambiran, Kediri juga merawat salah seorang pasien yang sakit mirip dengan gejala sakit mers. Ia adalah EN (44), warga Kabupaten Kediri. Ia sakit setelah pulang umrah.
Saat ini, tim medis masih melakukan pemeriksaan intensif pada pasien tersebut. Tim medis juga masih menunggu hasil uji laboratorium terkait dengan kesehatan pasien tersebut. Namun, ia menyebut, dari pemeriksaan foto rontgen di paru tidak ditemukan ada tanda-tanda “pneumonia” seperti pada pasien yang diduga terserang virus mers.
Sebelumnya, RS Bhayangkara, Kediri juga merawat pasien yang sakit dengan gejala mirip sakit mers. Pasien tersebut adalah Nyonya SU (69), warga Kabupaten Kediri. Ia dirawat setelah sakit usai pulang umrah. Tubuhnya panas, yang disertai dengan sesak nafas dan batuk.
Sampai saat ini, tim dokter RS Bhayangkara, Kediri, masih terus melakukan pengawasan pada kondisi pasien. Ia masih menjalani perawatan di rumah sakit untuk pemulihan kesehatannya.
Direktur RS Bhayangkara, Kediri, AKBP Prima Heru Y menyebut, telah melakukan pemeriksaan awal pada pasien bersangkutan. Bahkan, tim dari Dinas Provinsi Jatim serta Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi Jatim juga datang, untuk memeriksa pasien bersangkutan. Hasil foto rontgen, menunjukkan tidak terindikasi atau mengarah ke mers, sehingga dimungkinkan terkena virus biasa.
Dalam perawatan pasien pun, tim rumah sakit juga menerapkan proteksi para petugasnya, di antaranya perawat serta tim medis yang memeriksa pasien menggunakan pakaian khusus serta memakai masker. (*)