manajemenrumahsakit.net :: CANBERRA — Rumah Sakit
Archive for 2014
Ini Alasan RS Swasta Harus Gabung BPJS
manajemenrumahsakit.net :: BANDUNG, Jumlah rumah sakit swasta yang bergabung dengan program Badan Penyelenggara Jaminan (BPJS) Kesehatan masih belum banyak. Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah keikutsertaan rumah sakit pemerintahan. Padahal, rumah sakit swasta yang bergabung dengan BPJS akan memiliki keuntungan sendiri.
Hal ini disampaikan oleh Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen, Agus Pambagio. “Terus terang bergabung dengan BPJS itu untung buat dokter,” ujar Agus Pambagio dalam diskusi bersama BPJS Kesehatan di Lembang, Bandung, Jumat (5/12/2014).
Agus mengatakan, banyak rumah sakit dan dokter yang beranggapan bahwa bergabung dengan BPJS Kesehatan tidak dibayar. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Pihak rumah sakit akan menerima besaran anggaran tiap bulan sesuai dengan banyaknya peserta BPJS kesehatan yang ada di wilayahnya. Walaupun, peserta BPJS yang datang berobat ke rumah sakit tersebut hanya sebagian saja.
“Misalkan di daerah itu ada 800 yang sakit dan datang berobat. Padahal di wilayah itu ada 1.000 orang peserta BPJS. Nah tiap bulan ya tetap 1.000 orang yang dibayar. Besar itu,” ujar Agus.
Agus berharap, rumah sakit swasta dapat meningkatkan kembali misi sosialnya dan tergerak untuk bergabung dengan BPJS sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapat akses pengobatan.
“Gabunglah agar memudahkan masyarakat yang ingin berobat,” ujar Agus.
Sumber: hartonocen.blogspot.com
BPJS minta Kemenkes dorong RS swasta untuk bekerjasama
manajemenrumahsakit.net :: Direktur Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar-Lembaga BPJS Kesehatan, Purnawarman Basudoro mengatakan setiap rumah sakit yang menolak peserta BPJS akan diberikan sanksi. Namun, sanksi itu berlaku hanya untuk rumah sakit pemerintah.
“Kalau provider pemerintah wajib, kalau rumah sakit swasta dapat. Dapat itu artinya tidak wajib jadi memang tidak (mendapat sanksi),” kata Purnawarman kepada media dalam acara ‘Media Gathering BPJS Kesehatan’ di Lembang, Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/12).
Melirik banyaknya peserta BPJS yang ditolak oleh beberapa rumah sakit, Purnawarman mengaku akan terus meningkatkan kerjasama dengan pihak rumah sakit swasta.
Menurut pengakuannya, jumlah rumah sakit swasta yang bekerjasama terus menunjukkan perkembangan. “Sekarang perkembangan jumlah rumah sakit swasta yang bekerjasama sudah meningkat,” ungkapnya.
Maka, tambah dia, pihaknya berharap rumah sakit swasta yang belum turut serta dalam program ini mau ikut bekerjasama dalam program melayani masyarakat. “Karena ini program pemerintah dan sosial,” tuturnya.
Selain itu, Purnawarman akan meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mendorong rumah sakit swasta agar ikut bekerjasama. Mengingat jumlah peserta BPJS tak sebanding dengan rumah sakit pemerintah.
“Kita memberikan masukan kepada Kemenkes untuk mendorong rumah sakit swasta punya misi sosial. Itu yang kita dorong. Ini terkait dengan ketersediaan supply side-nya dalam program (BPJS) ini,” tegas dia. [ren]
Sumber: merdeka.com
BPJS Diharapkan Tanggung Korban Narkoba, Agar Bisa Berobat ke RS
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan diharapkan juga dapat menanggung biaya pengobatan korban narkoba. Selama ini BPJS mengecualikan penyakit yang disebabkan oleh kesengajaan, termasuk konsumsi narkoba.
BPJS baru menanggung penyakit yang salah satu pemicunya adalah konsumsi narkoba yaitu Hepatitis C maupun AIDS.
15 Mahasiswa FKUI Magang di RSUD H Boejasin Pelaihari
manajemenrumahsakit.net :: Kalsel – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H Boejasin Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, diminati mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang ingin melaksanakan tugas magang.
“Sekarang saja sudah banyak mahasiswa FKUI yang ingin magang, bahkan ada yang memesan langsung,” ujar Direktur RSUD H Boejasin Pelaihari dr Edy Wahyudi, belum lama ini.
Kendati lokasinya berjarak 65 kilometer dari Banjarmasin, RSUD di ibu kota kabupaten itu selalu mendapat 15 mahasiswa FKUI.
Penerimaan mahasiswa kedokteran magang dilakukan dua kali, pada 2012
Wagubsu Harapkan RS USU Ciptakan Para Dokter Berkualitas
manajemenrumahsakit.net :: Medan, Wagubsu H Tengku Erry Nuradi MSi mengharapkan dengan Soft opening rumah sakit pendidikan Universitas Sumatera Utara (USU)bukan hanya mencari keuntungan secara materi, melainkan mampu mencetak para dokter, yang tidak hanya ahli secara medis, melainkan mampu memberikan sentuhan-sentuhan bahthin bagi pelayanan kesehatan secara hakiki. “Karena ini rumah sakit pendidikan diharapkan bisa menjadi tempat belajarnya mahasiswa-mahasiswa kedokteran, dan menciptakan dokter-dokter yang ahli khususnya dari USU,” ujar Tengku Erry.
Hal ini disampaikan Wagubsu H Tengku Erry Nuradi MSi pada sambutannya saat membukan Soft Opening Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, Kamis (4/12/2014) di Jl. Dr Mansur Medan.
Hadir pada acara tersebut Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI Prof Dr dr Akmal Taher, Sp.U(K), Rektor USU Prof Dr dr Syahril Pasaribu, mewakili FKPD Provsu, para dekan dan guru besar di lingkungan USU, Kepala BKKBN Widwiono, Kadis Kesehatan Medan, Dirut Islamic Development Bank (IDB), Dirut RS USU Prof dr Chairul Yoel, Sp.A(K), para direktur RS di Medan serta para dokter dan mahasiswa kedokteran USU.
Erry juga mengharapkan agar rumah sakit USU agar segera dioperasinalkan mengingat pentingnya bagi masyarakat Sumatera Utara dan mahasiswa-mahasiswa kedokteran USU pada khususnya dan mahasiswa-mahasiswa kedokteran lainnya pada umumnya. “Rumah sakit ini sudah selesai diharapkan agar sesegera mungkin manfaatnya dapat dirasakan masyarakat Sumut dan mahasiswa-mahasiswa kedokteran USU pada khususnya serta mahasiswa-mahasiswa kedokteran di Sumut lainnya.
Mengenai masih banyaknya masyarakat Sumut yang berobat ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura, menurut Erry karena sistem pelayanan medis di sana mampu memberikan rasa yakin, aman dan nyaman bagi para pasien. Selain itu letak geografis Sumut yang berhadapan langsung dengan negara tentangga Malaysia dan Singapura, didukung kemudahan transportasi menyebabkan masyarakat sering membandingkan kualitas pelayanan kesehatan di Sumut dengan pelayanan yang ada di negara tersebut.
Oleh sebab itu, RS USU ini kelak dapat menyahuti berbagai tantangan itu, sehingga selain dapat meningkatkan kualitas para calon dokter, juga akan bisa menghempang masyarakat Sumut untuk berobat ke luar negeri. “Dengan kehadiran rumah sakit yang cukup baik ini, tentunya dengan meningkatkan mutu pelayanan, diharapkan akan memberikan rasa percaya yang tinggi masyarakat terhadap rumah sakit-rumah sakit yang ada di Sumut, karena rumah sakit USU ini juga tempat menempa para dokter yang akan menjadi pelayan di rumah sakit USU ini dan juga rumah sakit-rumah sakit yang ada di Sumut,” imbuhnya.
Sementara Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI Prof Dr dr Akmal Taher mengharapakan agar Rumah Sakit USU ini meningkatkan mutu dan kualitasnya sebagai rumah sakit pendidikan. Karena menurut Prof Akmal RS di Sumut punya banyak potensi. “Rumah sakit ini diharapkan dapat meningkatkan mutunya dan bisa bergerak cepat mengikuti perubahan-perubahan yang ada,” ujarnya seraya menambahkan sebagai rumah sakit pendidikan, sebagai kriteria yang paling utama adalah adanya kesiapan antara proses pendidikan dan dosen.
Rektor USU Prof Dr dr Syahril Pasaribu mengatakan bahwa RS USU ini akan siap dioperasikan dalam waktu dekat dan sambil berjalan akan membenahi kekurangan-kekurangan yang ada. “Sebagai RS pendidikan tentunya RS USU ini berbeda dengan rumah sakit rumah sakit lainnya,” ujarnya.
(Mt)
Sumber: matatelinga.com
Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital Dengan Konsep Hotel Bintang 5
manajemenrumahsakit.net :: Rumah sakit bersalin Melinda Hospital memang sengaja dibuat dengan konsep hotel bintang 5 dan galeri seni yang menawarkan fasilitas kesehatan bagi wanita, khususnya ibu dan anak. Rumah sakit bertaraf internasional ini dilengkapi tenaga medis yang profesional.
Menurut dr. Susan Melinda, SpOG, pendiri RSIA Melinda Hospital mengatakan, “Kesehatan adalah kunci utama kecantikan dan kebahagiaan seorang wanita. Dengan tulus kami berkomitmen mewujudkan impian setiap wanita untuk tampil cantik, sehat dan bahagia.” Sebagai rumah sakit yang dikhususkan bagi wanita, Melinda Hospital dibangun agar seluruh wanita dapat mengekspresikan sisi mulianya, baik itu ketika berada di posisi sebagai wanita atau pun sebagai ibu bagi anak-anaknya.
Rumah sakit bersalin Melinda Hospital yang mengusung tema unik ini, tentu akan membuat pasien serta pengunjug merasakan kenyamanan. Melinda Hospital terdiri dari lima lantai dengan kapasitas 33 bed, modern, hemat energi, arsitektur minimalis, kamar serta koridor yang luas. Art & Craft Gallerynya yang terpasang di sepanjang koridor pun menambah suasana semakin hangat dan nyentrik, serta siap menyambut siapa pun yang datang ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Melinda Hospital.
Sumber: melindahospital.com
Menjenguk RSUD Kota Bogor
manajemenrumahsakit.net :: Bogor – Pada peresmian RSUD 7 Agustus 2014 lalu, Walikota Bogor, Bima Arya berharap supaya di masa peralihan dari RS Karya Bakti menjadi RSUD, pelayanan medis harus bisa tetap berjalan normal. Juga tidak ada pemutusan hubungan kerja bagi seluruh pegawai, baik tenaga medis maupun tenaga non medis.
Sebuah harapan yang wajar, karena sulit dibayangkan apa yang akan terjadi apabila rumah sakit itu tiba-tiba menghentikan sementara pelayanan medisnya. Maklum, rumah sakit yang sebelumnya bernama RS Karya Bakti itu sudah sangat akrab dan dibutuhkan oleh sebagian warga Kota Bogor dan sekitarnya.
Genset RSUD Kabupaten Tangerang Buatan Shanghai
manajemenrumahsakit.net :: SERANG – Kasus dugaan korupsi pengadaan genset berkapasitas 1.000 KVA dan instalasinya pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang tahun 2012 senilai Rp 3,33 miliar memasuki tahap pemeriksaan saksi. Kali ini saksi ahli dari sebuah penyalur genset merk dagang MAN produk asal dari Jerman.
Menurut keterangan saksi, genset bermerk MAN hanya dibuat di Jerman. Adapun negara lain hanya memasok produk serupa dari Jerman. “Saya nggak tahu kalau ada produk lain yang serupa. Tapi kalau produk asli itu pasti dari Jerman. Perusahaan saya ambil dari Jerman,” ungkap Anrey, salah seorang di hadapan majlis hakim yang dipimpin Parnaehan Silitonga, Selasa (2/12/2014).
Diketahui, genset yang ada di RSUD Kabupaten Tangerang merk dagang MAN namun dibuat di Shanghai, Cina. Anrey yang sudah lama menjadi distrobutor genset tidak bisa memastikan bahwa produk yang sama dibuat di negara lain selain Jerman. “Saya nggak tahu kalau ada buatan Shanghai. Setahu saya produk ini built up buatan Jerman,” ujarnya.
Humas Kejati Banten Yopi Rulianda sebelumnya mengatakan, dalam kasus ini kerugian negara berdasarkan hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Miris! Pasien Miskin Kembali Ditolak Banyak Rumah Sakit
manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA — Sebelumnya dikabarkan bahwa seorang warga melahirkan bayi laki-laki dengan kondisi tidak sehat. Dengan berbekal Kartu Jakarta Sehat, dirinya membawa putra pertamanya tersebut ke rumah sakit pemerintah, naas, bukan mendapatkan perawatan, ia malah dianjurkan pulang.
Hal ini dialami oleh Nurahma (25 tahun), dirinya mengaku harus memiliki uang Rp 3 juta agar anaknya bisa dirawat oleh salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta. Ia pun kembali merawat bayi nya di Puskesmas Koja tempat anaknya dilahirkan.
Sebelum wartawan menyambangi lokasi di mana bayi itu dirawat. Pihak Puskesmas Koja meletakkan Muhammad Firdaus di atas kasur milik ibunya dalam keadaan kepalanya dibalut mengunakan perban putih seadaanya.
Namun, Pelayanan berubah ketika pihak puskesmas melihat kedatangan awak media, mereka langsung bergegas memasukkan bayi tersebut ke dalam keruangan observasi.
Sementara, Hasanuddin (56) ayah dari Nurahma mengatakan dirinya sangat mengeluhkan pelayanan yang didapatkan oleh cucu pertamanya itu.
Ketika masa Presiden SBY, kata Hasanuddin, meskipun keluarganya belum memiliki biaya mereka masih diberikan tenggang waktu selama 20 hari untuk mengumpukan uang sementara bayi dalam perawatan.
“Pak Jokowi jadi presiden katanya ingin berpihak kepada rakyat kecil tapi ini kok malah pelayanan yang kita dapat seperti ini,” ujarnya.
Hasanuddin sempat menangis melihat cucunya pertamannya yang baru berumur dua hari itu harus merasakan buruknya pelayan rumah sakit di negara ini.
“Kalau harus ngasih 3 juta, nanti cucu saya keburu mati. Apa lagi bikin kartu dulu. Itu tidak mungkin, karena memakan waktu yang cukup lama,” katanya.
Hasanuddin berharap Presiden Joko Widodo lebih nyata mementingkan kebutuhan rakyat masalah kesehatan bukan hanya janji dan bicara saja. “Masih banyak masyarakat yang kesulitan kesehatan seperti saya ini,”ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Puskesmas Koja, dr. Lysbeth Pandjaitan mengakui keluhan dari pasien bernama Nurahman. Lysbeth menjelaskan alasan puskesmas merujuk RS Koja demi perawatan lanjut bagi bayi itu.
“Ia memiliki kelainan Konginetal Multipel. Beratnya dan panjangnya di bawah standar bayi normal. Sehingga kami rujuk ke RS Koja sebab