Badung adalah kabupaten terkaya di Bali. Betapa tidak, lebih dari 60% hotel seluruh kelas ada di kabupaten ini, dan 27% diantaranya adalah hotel bintang lima. Meskipun tujuan wisata internasional banyak terdapat di Gianyar dan Tabanan, namun transaksi dari pariwisata justru lebih banyak terjadi di Kabupaten Badung. Persentase penduduk miskinnya terkecil kedua setelah kota Denpasar, yaitu 2,5% di tahun 2013 (Provinsi Bali: 4,5%).
Dengan kondisi ini, Kabupaten Badung memiliki kemampuan yang paling besar untuk membangun fasilitas publik demi kesejahteraan masyarakat, termasuk rumah sakit. Namun kenyataannya, sejak awal berdiri, RSUD Badung yang dulu bernama RSUD Kapal tidak berkembang. Pembangunan gedung banyak yang mangkrak, peralatan medis minimalis, bahkan banyak tenaga dokter spesialis yang lebih betah praktek di luar RS dibandingkan melayani pasien di RSUD Badung. Komplain terhadap pelayanan RS tidak hanya berasal dari masyarakat namun juga dari pemerintah dan DPRD. Banyak faktor yang mendorong terjadinya situasi ini, yang berasal dari dalam maupun luar RSUD.
Kini terlihat perubahan yang drastis di RSUD ini. Tahun 2011, dr. Agus Bintang Suryadhi, MKes sebagai direktur memimpin RS ini dengan cara yang berbeda. Perubahan ini diawali dengan menetapkan target yang terlihat ambisius pada masa itu, yaitu meraih predikat terakreditasi versi 2012. Target ini cukup ambisius, karena kondisi RS yang jauh dari baik dan standar akreditasi 2012 yang lebih tinggi daripada versi sebelumnya.
Namun dengan kerja keras dan kepemimpinan yang kuat, direktur berhasil meyakinkan Pemda dan DPRD bahwa RS harus dikelola sebagai lembaga yang professional dan menerapkan PPK-BLUD. Selain itu, direktur juga berhasil menggalang komitmen internal agar seluruh pegawai dapat bekerja sama menjadi tim yang kompak untuk mendapat pengakuan nasional dalam hal mutu pelayanan (akreditasi). Penilaian akreditasi ini bersamaan dengan upaya RSUD dalam memperbaiki sarana pelayanan, dimana saat itu beberapa gedung lama yang tidak laik dan tidak memenuhi standar dibongkar untuk dibangun yang baru (antara lain rawat inap dan gudang farmasi), maka RSUD Badung hanya mendapat predikat akreditasi tingkat madya. Namun setelah seluruh gedung tersebut selesai dibangun, RSUD Badung dinilai ulang dan berhasil mendapatkan predikat terakreditasi paripurna.
Perubahan yang dilakukan bukannya tanpa hambatan. Tantangan yang paling sulit adalah bagaimana staf di ruangan bisa mengikuti proses dan mengaplikasikan standar-standar akreditasi. Pada fase awal persiapan akreditasi, sebagian tenaga RS menganggap hal tersebut hanya tugas Pokja Akreditasi. RSUD Badung membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk mengubah mindset hingga siap secara fisik dan mental untuk terakreditasi dan mengubah budaya organisasi.
Namun banyak juga faktor yang mendukung, antara lain semangat dan kemauan staf untuk mendukung keberhasilan, pemenuhan fasilitas dan pemenuhan standar kompetensi dan jumlah staf.
Dari sisi keuangan RSUD Badung juga menunjukkan peningkatan yang pesat. Tahun 2010 pendapatan RS ini sebesar Rp 9,8M, meningkat menjadi Rp 22,9M di tahun 2011 dengan dilakukannya pembenahan pada manajemen khususnya billing system serta mengganti staf di bagian pendaftaran. Tahun 2012 pendapatan meningkat lagi menjadi 29M dengan adanya peningkatan kapasitas pelayanan, antara lain OK dan ruang perawatan anak. Tahun 2013, pendapatan RS ini mencapai Rp 46M dengan meningkatnya volume operasi yang mampu ditangani oleh RS (seiring dengan peningkatan kapasitas SDM), serta bertambahnya fasilitas RSUD dengan HCU dan hemodialisis. RSUD Badung baru saja meresmikan gedung baru untuk pelayanan rawat inap, sehingga pada Januari 2015 diharapkan kapasitas perawatan mencapai 200 tempat tidur.
Kini RSUD Badung menjadi tempat belajar bagi RS, Pemerintah Daerah, DPRD bahkan puskesmas dari daerah lain. Setiap minggu RS ini kedatangan setidaknya satu rombongan untuk melihat perkembangan yang terjadi dan strategi yang telah diterapkan sehingga mencapai kemajuan yang signifikan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. (pea)
apresiasi buat rsud badung, keberhasilan institusi dibangun dengan komitmen bersama, banyak mmg rs terakreditasi tapi setelah lulus sop disimpan didalam almari, dokumen dianggap rahasia takut dicontoh rs lain, kalau rs lain mau softcopy harus menebus biaya yang lumayan besar, setelah itu copy paste dan tidak bisa diterapkan…kata kuncinya kemandirian dibangun atas keyakinan sendiri dan disesuaikan dengan lingkungan budaya sekitar…trims
Kami dari RSUP Dr Sardjito memberi apresiasi buat RSUD Badung atas suksesnya survey kars paripurna tetapi yang terpenting sustainable ini pekerjaan berat dan harus dilakukan…namun sekali lagi prestasi ini tentu sebagai pijakan ke arah lebih baik dalam pelayanan yang safety..selamat dan terus kreasi dan inovasi dalam pelayanan…salam dari RSUP Dr Sardjito