Isu Global:
Ancaman Ebola dan Guideline untuk RS
Virus Ebola
Ebola yang disebabkan oleh virus merupakan salah satu bentuk demam berdarah yang menyebabkan penyakit berat dan sering berakibat fatal. Menurut WHO, angka kematian akibat Ebola bisa mencapai 90%, namun angka ini bisa bervariasi tergantung pada kondisi pasien. Ebola bisa menyerang dengan sangat cepat dengan symptom yang muncul antara 8-10 hari setelah terpapar. Meskipun hanya 20% pasien yang mengalami symptoms yang ekstrim namun pada hari ke-6 sampai dengan ke-10 pasien bisa survive atau meninggal. Dari seluruh pasien yang meninggal akibat Ebola, penyebabnya adalah turunnya tekanan darah secar drastis yang disebut sebagai hypovolemic shock.
Wabah Ebola
Wabah Ebola pertama kali muncul tahun 1976 di Sudan dan Kongo, Afrika Barat. Jumlah total orang yang terinfeksi saat itu adalah 602 orang dan yang meninggal sebanyak 431 orang. Sejak itu hingga tahun 2014 sudah ada 25 kali ledakan wabah Ebola yang seluruhnya terjadi di Afrika Barat dengan jumlah total korban meninggal sebanyak lebih dari 2600 orang.
Wabah kali ini pertama kali diumumkan oleh WHO pada 25 Maret yang lalu bersama dengan Kementerian Kesehatan Republik Kongo yang melaporkan adanya kejadian di bagian tenggara negara tersebut. Doctors Without Borders kemudian bergabung dengan WHO dan mendirikan pusat penanganan kasus Wbola. Juga ada usaha untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Kemudian di negara lain yaitu Sierra Leone, Guinea dan Nigeria juga terjadi wabah dengan jumlah korban meninggal sebanyak 932 orang. Sebagian penularan terjadi akibat kontak dari petugas kesehatan ke pasien setelah sebelumnya menangani pasien yang terinfeksi. Bahkan di Sierra Leone ada 9 orang petugas kesehatan yang meninggal akibat terinfeksi virus ini, menurut Wall Street Journal.
Dua orang tenaga kesehatan asal AS yang terinfeksi dipulangkan ke negara asalny auntuk mendapatkan penanganan. Obat-obatan yang digunakan merupakan obat baru yag belum pernah diujicobakan pada manusia. Meskipun demikian, saat ini kondisi pasien membaik. Pada 1 Agustus yang lalu, CDC lalu mengeluarkan guideline penanganan pasien Ebola di RS.
Guideline Penanganan Pasien Ebola di RS
Berdasarkan guideline tersebut, fasilitas kesehatan harus mengevaluasi pasien untuk EVD bila pasien memiliki faktor risiko berikut:
- kriteria klinis untuk demam lebih dari 101.5° Fahrenheit (atau 38,6° Celcius) dengan sakit kepala yang berat, nyeri otot, mual, diare, nyeri perut, perdarahan
- faktor risiko epidemiologis seperti kontak dengan orang yang terinfeksi, melakukan perjalanan ke daerah dengan EVD aktif atau kontak langsung dengan kelelawar, hewan pengerat atau primata di daerah epidemi Ebola
CDC kemudian juga merekomendasikan pengukuran kontrol infeksi untuk pasien yang dicurigai EVD, antara lain:
- Pasien harus ditempatkan di ruang khusus yang tersendiri dengan kamar mandi privat dan pintu tertutup
- Petugas kesehatan harus mengenakan sarung tangan, baju jubah, penutup sepatu, pelindung mata dan masker
- Petugas kesehatan harus menghindari prosedur-prosedur yang mengakibatkan dihasilkannya aerosol
- Sterilisasi lingkungan harus dilakukan dengan menggunakan disinfektan yang tepat, yang antara lain terdiri dari 10% sodium hypochlorite solution atau produk-produk fenolik atau amonium yang biasa digunakan di RS
- Zat yang berpotensi menularkan seperti darah, keringat, muntahan, feses, ekskresi lainnya dari tubuh harus ditangani secara aman.
Rekomendasi selengkapnya dari CDC mengenai penanganan pasien Ebola di RS dapat dilihat disini. (link: http://www.cdc.gov/vhf/ebola/hcp/infection-prevention-and-control-recommendations.html)
(pea)
terimakasih artikelnya menambah pengetahuan