Bojonegoro (beritajatim.com) – Aksi demo yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bojonegoro diwarnai kericuan. Sejumlah mahasiswa yang berusaha masuk ke Kantor Pemkab setempat dihadang oleh petugas dari Kepolisian Resort (Polres) dan Satpol PP.
Mahasiswa berusaha masuk ke dalam pemkab untuk bertemu dengan Bupati, Suyoto. Namun, aksi mahasiswa mendapat perlawanan dari petugas keamanan, baik Satpol PP maupun Polres Bojonegoro. Sebagai penyambung lidah masyarakat, mereka ingin menyampaikan beberapa tuntutan kepada Suyoto.
Mahasiswa PMII memanas karena dalam aksinya itu tidak ditemui oleh Bupati Bojonegoro, Suyoto maupun Wakilnya, Setyo Hartono. Padahal sebelumnya, kata salah seorang pendemo, Ahmad Syahid, Setyo Hartono telah berjanji akan merenovasi bangunan Rumah Sakit Tipe B, Dr. Sosodoro Djatikoesoemo, di Jalan Veteran itu pada awal tahun 2014.
“Tapi apa, kenyataanya sudah memasuki bulan Maret belum ada renovasi sama sekali. Kami muak dengan janji-janji saja. Itikah membangun RS Veteran hanya omong kosong,” tegasnya dalam orasi di depan kantor Pemkab Bojonegoro, Kamis (20/03/2014).
Merasa kecewa tidak boleh masuk, massa kemudian membakar beberapa poster yang dibawa. Selang beberapa menit, dua mahasiswa nekad masuk dan mengelabuhi petugas keamanan, keduanya mencari Suyoto di ruangannya, namun Suyoto diketahui tidak ada di ruang kerjanya. “Bupati kita (Suyoto), tidak mempunyai pri kemanusiaan, masyarakat ingin bertemu malah menghilang tidak jelas,” lanjutnya.
Akhirnya, massa ditemui Asisten II Pemkab Bojonegoro, Pemkab Bojonegoro, Setyo Yuliono. “Adek-adek (aktivis PMII) yang saya cintai, mohon maaf pak Bupati sedang ada acara, silahkan tuntutannya serahkan kepada saya, nanti akan saya sampaikan,” kata Yuliono.
Setelah berdiskusi dan memberikan beberapa tuntutannya, massa kemudian membubarkan diri dengan mengendarai sepeda motor masing-masing. Namun, lagi-lagi keributan terjadi, tepatnya di depan Alun-alun, massa bersitegang dengan anggota Pengendali Masyarakat (Dalmas) Polres Bojonegoro yang sudah bersiaga dibelakang demonstran.
Rumah Sakit Type B di Jalan Veteran yang dibangun era Bupati Santoso itu menelan biaya sebesar Rp110 miliar. Namun, hingga periode dua kali Suyoto dan sudah mangkrak selama 7 tahun itu tak kunjung adanya perubahan yang signifikan. Gedung tersebut hingga kini masih mangkrak. “Rumah sakit itu sengaja ditelantarkan oleh Pemerintah Daerah setempat,” jelas Koorlap Aksi PMII, MA Sadullah.
PMII menilai jika pemangkrakan bangunan RS itu merupakan pelanggaran Peraturan Pemerintah RI nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Penyalahgunaan Tanah Terlantar dan UU nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Publik serta UUPA nomor 5 tahun 1960 tentang Penelantaran Aset Daerah. “Bangunan yang dulu digadang-gadang rumah sakit bertaraf internasional itu sekarang kumuh,” tandasnya.
Padahal lanjut Sadullah, Pemkab memiliki modal besar untuk melakukan renovasi bangunan tersebut agar segera di fungsikan. Mengingat, Rumah Sakit Dr. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro itu kondisinya sering overload dan bangunan plafon atapnya ambrol. Sedangkan dalam catatan memiliki APBD tahun 2014 sebanyak 2,2 triliun dan PAD tahun 2013 yang terbesar dari sektor migas dan kedua RSUD.
Seperti diketahui, massa dari PMII melakukan aksi dari RSUD, Dr. Sosodoro Djatikoesoemo Type B di Jalan Veteran, kemudian melanjutkan aksinya ke kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU), dan terakhir di kantor Pemkab. Aksi itu diikuti sekitar 50an mahasiswa. Para demonstran dengan membawa beberapa bendera dan poster sebagai tuntutan mereka mengendarai sepeda motor. [uuk/kun]
Sumber: beritajatim.com