Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, baru beberapa hari yang lalu memuntahkan jutaan meter kubik material membuat lebih dari 87 ribu warga di sekitar lereng gunung mengungsi. Beberapa daerah seperti Solo (sekitar 180 Km dari Kediri dengan perjalanan darat) dan Yogyakarta (242 Km) diselimuti abu tebal dari erupsi tersebut. Di beberapa tempat di Yogyakarta, ketebalan abu bisa mencapai 3-5 cm, lebih tebal daripada saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu.
Tahun 2013 setidaknya ada 21 gunung berapi aktif di Indonesia, yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku hingga Kepulauan Pasifik. Ini menyebabkan Indonesia dijuluki sebagai ring of fire atau cincin api. Saat ini 19 diantaranya berstatus waspada dan siaga. Gunung yang erupsi dapat mengeluarkan lava pijar, awan panas dan debu vulkanik. Jika hujan turun pasca erupsi, bahaya banjir lahar dingin mengancam.
Ada banyak masalah kesehatan yang dapat timbul dari erupsi gunung berapi. Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Pratama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE seperti yang dikutip oleh laman berita Depkes, pada Jumat 14 Februari yang lalu bahwa secara umum ada dua dampak letusan yang harus diwaspadai, yaitu akibat padatan/debu dan akibat gas. Secara fisik, debu yang nampak halus itu sebenarnya bertekstur tajam seperti kristal. Seringkali debu vulkanik mengandung logam, seperti silica, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan iritasi mata yang serius. Kandungan gas pada hasil erupsi gunung berapi sangat iritatif pada kulit, mata dan saluran pernapasan. Selain itu, ada juga CO2 yang mengikat oksigen sehingga bila terhirup akan menyebabkan kematian akibat kekurangan oksigen.
Luasnya area yang terkena dampak erupsi Kelud (termasuk Sinabung dan berbagai lutusan gunung lainnya) menyebabkan banyaknya korban yang juga mengalami gangguan kesehatan. Angka kunjungan pasien di rumah sakit meningkat drastis, menyebabkan antrean panjang dan beban kerja petugas meningkat. Seperti diberitakan di berbagai media, akibat letusan Gunung Kelud minggu lalu, TNI AL mendirikan RS lapangan yang kemudian menjadi rujukan untuk pengungsi Gunung Kelud. Banyak RS yang kemudian juga mengirim relawan berupa tim medis dan berbagai peralatan serta ambulance untuk membantu evakuasi dan pengobatan korban letusan gunung berapi ini.
Belajar dari berbagai bencana, khususnya letusan gunung berapi yang telah banyak terjadi, rumah sakit perlu menyusun sistem kewaspadaan dini untuk mengantisipasi bencana dan korban bencana yang datang mencari pertolongan. Secara umum, ada langkah-langkah kesiagaan dini yang dapat dilakukan oleh rumah sakit. Kita bisa belajar dari Filipina, misalnya, yang memiliki 300 gunung berapi dan 22 diantaranya aktif. Kementerian Kesehatan Filipina mengeluarkan inisiatif yang disebut 10 P*, yaitu:
- Policies (kebijakan)
Ada kebijakan di tingkat nasional berupa Kebijakan Nasional Kegawatdaruratan dan Bencana, sistem alert bagi RS milik kementerian selama terjadinya bencana dan sebagainya. Di level RS, ada staf manajemen bencana RS, response team, pengaturan shift saat bencana. - Plans (perencanaan)
Rencana kesiagaan berupa Hospital Emergency Preparedness, Response and Rehabilitation Plan menjadi syarat perijinan bagi semua RS. Rencana ini juga harus masuk dalam Rencana Strategis RS. - Protocols, Guidelines and Procedures
Meliputi manual mengoperasikan RS, termasuk alert (peringatan), pelaporan dan komunikasi, Pocket Emergency Tool serta manual dan protokol untuk menangani penyakit-penyakit umum yang dapat terjadi selama fase emergency. - People
Pelatihan-pelatihan yang direncanakan, termasuk manajemen dan skill, misalnya BLS, ACLS, pelatihan bedah esensial darurat untuk RS di tingkat daerah dan sebagainya. - Promotion and Advocacy
Banyak kegiatan yang dilakukan untuk mempromosikan dan mengadvokasi kesiagaan dini RS terhadap bencana, misalnya pada bulan Desember ada Minggu Darurat Kesehatan, menyusun Kompendium Pesan-pesan Kesehatan, kaji banding keterampilan menangani bencana hingga award. - Partnership Building
Sejak tahun 2001 Filipina telah mengembangkan kemitraan antar-RS, yaitu dengan adanya Organization of the health Sector. Tahun 2006 ada klaster Kesehatan yang dibangun, hingga kemudian adanya jejaring dengan RS lain di kawasan Asia (APEC, ASEAN). - Physical (Facility Enhancement)
Ini dilakukan dengan cara membangun dan meningkatkan kapabilitas unit-unit yang terkait, misalnya Bangsal Trauma, Unit Luka Bakar dan sebagainya, meningkatkan UTD (Unit Transfusi Darah) dan Laboratorium, hingga membuat ruangan bertekanan negatif di beberapa rumah sakit. Selain itu, juga peningkatan IGD, OK, layanan ambulans, menyediakan area triase dan sebagainya. - Program Development
Filipina menguatkan Pusat Penanganan Keracunan, meningkatkan respon terhadap darurat lingkungan khususnya kejadian yang melibatkan bahan kimia, menyusun buku assessment fasilitas kesehatan, hingga secara proaktif menggunakan perijinan sebagai strategi untuk memenuhi standar-standar tersebut di RS. - Practices
Misalnya dengan mendokumentasikan praktek-praktek terbaik dan mengkompilasinya dalam satu buku, mengelompokkan pendekatan-pendekatan dalam manajemen bencana, mengembangkan kepemimpinan dalam semua situasi darurat. Kegiatan ini akan mempengaruhi perencanaan RS, khususnya rencana pelatihan bagi staf yang terkait dengan tim emergency dan respon, serta membutuhkan koordinasi dengan semua anggota sektor kesehatan (polisi, militer, pemadam kebakaran dan unit-unit terkait lainnya). - Peso and Logistics
Mengalokasikan pendanaan untuk aktivitas tanggap darurat bencana kesehatan sesuai kebutuhan. Konsil Koordinasi Bencana Nasional merekomendasikan bahwa fasilitas kesehatan menyisihkan 5% dari anggarannya untuk aktivitas antisipasi bencana.
Berbagai RS di Indonesia kini juga sudah mulai menyadari pentingnya Hospital Disaster Plan dan menyusun HDP sebagai bentuk antisipasi terhadap bencana. Implementasi HDP ini sangat membutuhkan dukungan stakeholder RS, karena pada pelaksanaannya perlu melibatkan berbagai pihak di luar RS agar efektif. Staf RS perlu secara berkala melakukan simulasi bersama pasien maupun masyarakat agar dampak negatif bencana dapat diminimalisir. (pea)
*http://www.preventionweb.net