Operasi Salah Sisi:
Mengapa Terjadi? | Bagaimana Mencegahnya?
Operasi salah sisi sebenarnya dapat dicegah. Bahkan. beberapa perusahaan asuransi menerapkan kebijakan klaim tidak akan dibayar jika kasus ini terjadi. Beberapa RS menerapkan sistem time-out, yaitu semua proses pada suatu titik sesaat sebelum operasi dimulai, dihentikan untuk memastikan bahwa semuanya berjalan dengan benar. Setiap anggota tim bedah diminta untuk mengecek dan memastikan apakah sisi yang akan dioperasi sudah benar, identitas pasien sudah benar, dan seterusnya. Sebelumnya, saat pasien masih di ruang persiapan atau bahkan di ruang rawat inap, setiap anggota tim bedah telah diinformasikan mengenai hal tersebut. Saat pasien tiba di ruang operasi semua anggota tim bedah diminta mengecek kesesuaian informasi pasien yang mereka miliki dengan fakta yang ada di hadapan mereka saat itu. Seluruh anggota tim harus memberikan respon. Perawat bedah tidak boleh menyodorkan pisau ke dokter bedah sebelum proses time-out ini benar-benar selesai.
Tahun 2003, Joint Commission menyelenggarakan sebuah summit yang mengundang asosiasi ahli bedah dan leaders dari berbagai organisasi pelayanan kesehatan. Pertemuan ini menghasilkan sebuah protokol yang disebut sebagai The Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedures and Wrong Person Surgery™. Protokol ini merupakan konsensus para ahli klinis dari spesialisas yang relevan dan disarankan oleh lebih dari 40 organisasi dan asosiasi profesi medis. Protokol ini didesain untuk digunakan pada semua area yang mengaplikasikan prosedur invasif, termasuk di fasilitas non-OK. Tujuannya adalah untuk menurunkan angka kejadian wrong site surgery (WSS) dengan menggunakan rutinitas standar dan proses verifikasi pasien dan sisi yang akan dioperasi sebelum operasi dilakukan, dimana dokter memberikan tanda pada sisi tersebut dengan inisialnya sebelum pasien dibius.
Dalam mengembangkan protokol ini, konsensus dibangun atas prinsip berikut:
- Operasi pada sisi yang salah, prosedur yang salah, atau pada pasien yang salah, dapat dan harus dicegah
- Pendekatan yang intensif – menggunakan strategi pelengkap – perlu dilakukan untuk mencapai tujuan mengurangi kejadian operasi salah sisi, salah prosedur, pada pasien yang salah
- Keterlibatan yang aktif dan komunikasi yang efektif diantara anggota tim bedah penting untuk keberhasilan operasi
- Sedapat mungkin pasien (atau perwakilan yang secara hukum ditunjuk untuk itu) terlibat dalam proses tersebut
- Implementasi yang konsisten dari pendekatan standar menggunakan protokol universal berbasis konsensus akan menjadi paling efektif
- Protokol harus cukup fleksibel untuk memungkinkan pelaksanaan dengan adaptasi yang tepat bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu
- Syarat untuk menandai bagian tubuh yang akan dioperasi harus difokuskan pada perbedaan antara sisi kiri dan kanan, struktur multipel (jari-jari tangan dan kaki), atau level (tulang belakang)
- The Universal Protocols harus dapat diaplikasikan dan adaptif untuk semua prosedur operatif atau invasif yang memaparkan pasien pada harm, termasuk prosedur yang dilakukan pada pasien di luar OK.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, langkah-langkah berikut dilakukan secara bersama-sama:
- Proses verifikasi pre-operasi
- Tujuan: untuk memastikan bahwa semua dokumen dan pemeriksaan yang terkait tersedia sebelum operasi dimulai dan dokumen serta hasil pemeriksaan tersebut telah di-review dan konsisten satu sama lain, dengan ekspektasi dari pasien, dan dengan pemahaman tim terhadap pasien, prosedur, sisi, dan setiap implants. Setiap informasi yang hilang harus dicari dan dilengkapi sebelum operasi dimulai.
- Proses: proses pengumpulan dan verifikasi informasi dimulai dari menentukan prosedur operasi yang akan dilakukan, dilanjutkan melalui seluruh setting dan intervensi para proses persiapan pasien sebelum operasi, sampai dengan dan termasuk “time-out” sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
- Menandai bagian tubuh yang akan dioperasi
- Tujuan: mengidentifikasi sisi dan bagian tubuh yang akan dioperasi atau diinisiasi
- Proses: untuk prosedur yang melibatkan organ pada sisi kanan/kiri, struktur multiple (misalnya pada jari tangan dan kaki) dan level yang multiple (misalnya pada tulang belakang), sisi yang akan dioperasi harus ditandai sejelas mungkin, dimana tanda itu akan tetap terlihat saat pasien disiapkan dan diselimuti (dengan linen operasi)
- Segera melakukan “time-out” sebelum operasi dimulai
- Tujuan: untuk melakukan verifikasi akhir terhadap pasien yang tepat, sisi yang tepat dan prosedur yang tepat dan juga terhadap implant yang tepat.
- Proses: komunikasi aktif diantara seluruh anggota tim bedah, diinisiasi secara konsisten oleh anggota tim, dan mode “fail-safe” diberlakukan (misalnya: operasi tidak akan dimulai jika ada pertanyaan yang belum dapat terjwab atau masalah yang belum dapat dipecahkan)
Verifikasi akhir pada pasien meliputi: pengecekan apakah pasien, prosedur dan sisi yang akan dioperasi sudah tepat, harus dilakukan saat operasi mulai dijadwalkan, saat pasien melakukan pendaftaran/masuk ke bangsal bedah untuk persiapan, setiap saat ketika ada transfer dari petugas yang satu ke petugas jaga berikutnya, sedapat mungkin melibatkan pasien saat pasien masih sadar, saat sebelum pasien meninggalkan area pre-operasi atau sebelum memasuki ruang OK. Dalam hal ini, pasti sangat berguna jika menggunakan check list untuk mengecek: dokumen yang relevan (history dan kondisi fisik pasien, serta concent), hasil foto X-Ray yang relevan, dilabeli dengan jelas dan mudah dilihat, serta implan atau alat khusus yang dibutuhkan.
Asosiasi Perawat Bedah Amerika merekomendasikan enam langkah untuk mencegah WSS, yang dirilis oleh Becker’s ASC Review baru-baru ini, yaitu:
- Lakukan kampanye terkait WSS di seluruh bagian fasilitas kesehatan
Kampanye pencegahan WSS harus dilakukan di semua level/posisi, mulai dari direktur sampai staf, menggunakan semua media komunikasi yang dimiliki oleh organisasi (newsletter, blog, intranet dan sebagainya). Amerika bahkan memiliki National Time Out Day (tanggal 15 Juni setiap tahunnya) untuk mengingatkan seluruh tim bedah mengenai pentingnya time out sebelum operasi dimulai. - Gunakan check list
Check list ini untuk memastikan bahwa semua yang perlu dilakukan sudah dikerjakan. Ini merupakan tanggung jawab perawat bedah (circulating nurse), sedangkan dokter bedah bertanggung jawab untuk membuat tanda pada bagian yang akan dioperasi. Pada RS besar dimana OK merupakan ruang yang sangat sibuk, check list dalam bentuk poster besar dapat dipadang di dinding sehingga setiap orang dapat melihat circulating nurse sudah atau belum melakukan langkah-langkah esensial yang diperlukan. - Awasi adanya miscommunication selama proses hand-off
Check list juga sangat membantu komunikasi antara petugas yang satu dengan yang lainnya. - Libatkan pasien saat menandai bagian yang akan dioperasi
Petugas bisa mengajukan pertanyaan pada pasien, misalnya “Kami akan mengoperasi lutut kanan anda hari ini dan saya akan menandainya. Apakah itu sudah betul?”. Dokter juga bisa menunjukkan tanggung jawabnya dengan mengindari pertanyaan yang mengintimidasi pasien. Dalam hal ini, cara bertanya yang dapat digunakan adalah sebagai berikut “Lutut Anda sebelah mana yang harus saya operasi hari ini?”. Cara bertanya pertama dan kedua dapat diterapkan dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan dan kognisi pasien. - Berpikir dari luar OK
Seringkali pengelola OK hanya melihat masalah WSS di dalam OK itu sendiri. Sebaiknya sudut pandang lebih diperluas dengan melihat juga masalah pada sistem di luar OK yang terkait. - Libatkan seluruh anggota tim bedah – termasuk dokter
Mungkin ada dokter senior yang telah melakukan operasi selama puluhan tahun dan tidak pernah melakukan kesalahan (WSS), sehingga menolak untuk melakukan time-out atau menggunakan check list. Pada kondisi ini, RS dapat menunjukkan statistik kejadian WSS dan memberi kesempatan pada staf untuk membeberkan pengalaman mereka (testimoni) terkait adverse event.
Mengurangi error akibat WSS membutuhkan pendekatan sistem. Sistem yang dibuat untuk memverifikasi pasien, sisi dan prosedur yang tepat harus diinternalisasi. Para leader RS harus mengevaluasi kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa WSS tidak terjadi pada titik manapun dalam siklus pelayanan.
Untuk belajar lebih jauh mengenai bagaimana mencegah operasi salah sisi, ada banyak sumber pembelajaran online yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Joint Commission for Transforming Healthcare (http://www.centerfortransforminghealthcare.org/multimedia/tst_WSS_playback_050212/) yang menyediakan video webminar dengan tema-tema terkait WSS secara gratis. (pea)
Sumber:
http://www.centerfortransforminghealthcare.org
http://www.infectioncontroltoday.com